• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Syiar

Hukum Berwisata Tahun Baru dalam Agama Islam

Hukum Berwisata Tahun Baru  dalam Agama Islam
Tahun baru Masehi sering diidentikanndengan berwisata (Ilustrasi: NU Online)
Tahun baru Masehi sering diidentikanndengan berwisata (Ilustrasi: NU Online)

Tahun baru Masehi merupakan momentum bagi umat manusia di seluruh dunia tak terkecuali juga umat Islam untuk memanjakan mata ke tempat-tempat wisata. Sehingga setiap pergantian tahun banyak tempat wisata yang dipenuhi umat manusia, seperti laut, gunung, taman, lembah, wahana bermain, sungai, dan sebagainya. 

 

Karena sesungguhnya, dengan kita melakukan perjalanan wisata, kita  bisa menyaksikan pemandangan yang terhampar di muka bumi ini. Agama Islam sendiri tidak pernah melarang umatnya untuk berwisata , justru menganjurkan umatnya untuk melakukan perjalanan wisata.

 

Dengan berwisata kita akan mendapatkan banyak manfaat. Akan tetapi tentu harus sesuai dengan ajaran Islam. Dikutip dari buku Kumpulan 101 Kultum tentang Islam Prof M Quraish Shihab menukil ungkapan dari Imam Syafi’i ra, bahwa setidaknya ada lima manfaat yang dapat diperoleh ketika kita berwisata. Berikut kutipannya:

 

“Tinggalkan negeri untuk meraih kejayaan dan berwisatalah karena di sana ada lima manfaat, yaitu mengenyahkan gelisah, meraih kehidupan, ilmu, adab, dan pertemanan dengan yang jaya. Kalau ada yang berkata: Dalam bepergian, ada kehinaan dan cobaan atau kesulitan menempuh jalan dan memikul beban, maka ketahuilah bahwa kematian lebih baik daripada kehidupan di satu negeri yang hina di antara pembohong dan pengiri". 

 

Al-Qur'an juga menguatkan untuk berwisata dengan memberikan beberapa dalil, sebagaimana yang tercantum surat Al-Mulk ayat 15: 

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ

 

Huwalladzii ja'ala lakumul ardla dzaluulan famsyuu fii manakibihaa wa kuluu mirrizqihi wa ilaihin nusyuur.

 

Artinya: Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.

 

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa Allah menyuruh umat manusia untuk menjelajahi bumi, salah satunya berbentuk wisata, karena dengan berwisata kita bisa mengetahui kebesaran Allah swt yang menciptakan keindahan bumi. 

 

Selain itu juga anjuran berwisata tercantum di dalam surat Muhammad ayat 10:

اَفَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَيَنْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۗ دَمَّرَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ ۖوَلِلْكٰفِرِيْنَ اَمْثَالُهَا

 

Afalam yasiiruu fil ardli fayanzuruu kaifa kaana 'aaqibatul ladziina min qablihim dammarallahu 'alaihim wa lilkaafiriina amtsaaluhaa.

 

Artinya: Maka apakah mereka tidak pernah mengadakan perjalanan di bumi sehingga dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Allah telah membinasakan mereka, dan bagi orang-orang kafir akan menerima (nasib) yang serupa itu.

 

Selain dari menyaksikan alam kita juga dianjurkan oleh Allah untuk bertafakur dari umat sebelumnya, apakah mereka meninggalkan perkara baik atau perkara buruk. 

 

Ketika kita sudah melihat kebesaran Allah dengan segala penciptaan yang  indah di muka bumi, maka kita juga jangan sombong dan congkak, karena kebanyakan umat terdahulu banyak dibinasakan oleh Allah karena sombong dan congkaknya. 

 

Selian itu juga, kita harus menjaga lingkungan, bumi Allah yang indah ini dengan baik. Jangan sampai dirusak hanya demi kepentingan sesaat dan menjadikan mafsadat (kerusakan) bagi umat dan lingkungan. 

(Yudi Prayoga)


Syiar Terbaru