• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Syiar

Menyambut Tahun Baru dengan Tetap Istikamah dalam Kebaikan

Menyambut Tahun Baru dengan Tetap Istikamah dalam Kebaikan
Pergantian tahun harus tetap membuat kita istikamah dalam kebaikan (Foto: NU Online)
Pergantian tahun harus tetap membuat kita istikamah dalam kebaikan (Foto: NU Online)

Manusia hidup di dunia selalu menandai segala sesuatu dengan waktu, karena dengan waktu kita bisa mengukur usia manusia, usia suatu benda dan suatu peristiwa (sejarah). 

 

Waktu-waktu tersebut yang dijadikan patokan manusia merupakan hasil dari gerak alam semesta pada edarannya masing-masing. Sehingga edaran-edaran tersebutlah yang dijadikan manusia sebagai pokok untuk kelangsungan hidup di dunia. 

 

Kita bisa mengetahui adanya pergantian hari Senin ke Selasa karena perputaran bumi pada porosnya dan kita mengetahui terjadinya pergantian tahun Masehi yakni perputaran Bumi terhadap Matahari. Semua itu merupakan penanda yang paling mudah digunakan oleh manusia, meski setiap manusia di masa lampau memiliki penandanya masing-masing, bisa karena edaran bulan, matahari dan planet yang lainnya. 

 

Secara internasional manusia di muka bumi menggunakan kalender Masehi (Al Masih) yakni diawali dengan kelahiran Nabi Musa as sebagai tahun pertama Masehi hingga berjalan sampai sekarang di penghujung tahun 2023 Masehi. 

 

Di penghujung tahun Masehi ini semua umat manusia di seluruh dunia pasti memiliki euforianya masing-masing, tak luput juga dengan umat Muslimnya. Meski ada sebagian Muslim yang melarang perayaan tahun baru Masehi, tak sedikit juga yang membolehkannya. 

 

Karena penanggalan tahun merupakan karya agung umat manusia terkait astronomi (dalam Islam disebut dengan Falak), sehingga wajar saja para pewarisnya (umat manusia sekarang) melestarikan dengan tetap memakai dan merayakannya. 

 

Sebenarnya merayakan tahun baru boleh-boleh saja akan tetapi harus dengan berbagai pertimbangan, karena segala sesuatu ada dampak positifnya dan negatifnya. Maka sebagai umat Islam harus pandai-pandai memilah dan memilih.

 

Sebaik-baiknya perayaan tahun baru yakni dengan tetap intropeksi diri dari perbuatan masa lampau dan tetap menjaga amal perbuatan yang baik di masa yang akan datang. 

 

Jika perbuatan masa lampau merupakan perbuatan baik maka harus tetap dilestarikan, dan sebaliknya, jika perbuatan buruk maka cepat-cepat ditinggalkan. Jadikan perbuatan masa lampau sebagai pelajaran hidup yang berharga, sehingga bisa menjadikan nilai untuk kehidupan yang akan datang. 

 

Abu Darda dan Al Hasan ra menuturkan: "Hari demi hari datang kepadamu dan meninggalkan kamu. Karena itu, ambillah pelajaran sebaik-baiknya, agar engkau tidak dalam keadaan lalai ketika ajalmu tiba."

 

Dari pernyataan Abu Darda tersebut maka sebaik-baik manusia ketika menghadapi tahun baru yakni manusia yang tetap mempersiapkan bekal (perbuatan yang baik) di masa yang akan datang. 

 

Sebagaimana firman Allah swt dalam surat Al Hasyr ayat 18: 

يا آيها الذين أمنوا اتقواالله ولتنظر نفس ما قدمت لغد واتقواالله إن الله خبير بما تعملون (الحشر: ١٨). 

 

Yaa ayyuhal ladziina aamanut taqullaha wal tandzhur nafsummaa qaddamat lighat, wat taqullaha innallaha khabiirum bimaa ta'maluun.

 

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS Al Hasyr: 18).

 

Dengan tetap istikamah dalam kebaikan berarti kita juga telah mempersiapkan bekal yang baik untuk pulang ke kampung halaman (negeri akhirat). Karena kebaikan akan mengantarkan kita kepada kampung halaman surga. 

 

Seorang berkata kepada Dawwud Ath-Tha'i: "Berilah aku nasehat." Maka kedua mata Dawwud meneteskan air mata seraya berkata kepadanya: "Saudaraku, sesungguhnya malam dan siang datang kepada manusia silih berganti sampai usia seorang berakhir. Karena itu, jika engkau dapat menyiapkan bekal, maka lakukanlah segera, karena perjalanan usia seseorang akan segera berakhir. Karena itu, perbanyaklah perbekalanmu, laksanakan perintahku. Seorang yang pandai adalah orang yang selalu mempersiapkan dirinya untuk menghadapi segala sesuatu yang akan datang".

 

Maka sudah selayaknya kita sebagai Muslim yang baik selalu istikamah dalam kebaikan dan meninggalkan keburukan, karena tetap melaksanakan kebaikan dan kebajikan merupakan mempersiapkan bekal yang akan datang (akhirat). 

Yudi Prayoga


Syiar Terbaru