Yudi Prayoga
Penulis
Puasa Muharram merupakan puasa yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw, sehingga menjadikannya puasa sunnah. Puasa tersebut umumnya terkenal dengan puasa Asyura yang mengacu pada tanggal 10 Muharram. Dan puasa sebelumnya yakni Tasu’a yang dikerjakan pada tanggal 9 Muharram.
Lalu bagaimana hukumnya yang berpuasa pada 11 Muharram?
Puasa 10 Muharram sangat dianjurkan mengingat kandungan fadhilahnya yang cukup besar. Orang yang berpuasa pada 10 Muharram akan diampuni dosanya setahun lalu. Dan untuk puasa 9 Muharram adalah sebagai pembeda dari kaum Yahudi yang hanya berpuasa pada 10 Muharramnya.
Sedangkan untuk puasa 11 Muharram tetap dianjurkan, meski sudah puasa tanggal 9 Muharram. Sebenarnya puasa 11 Muharram juga menjadi pembeda dari kaum Yahudi jika pada tanggal 9 Muharramnya belum berpuasa.
Hal ini disebutkan dalam Fathul Mu‘in karya Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari:
و) يوم (عاشوراء) وهو عاشر المحرم لأنه يكفر السنة الماضية كما في مسلم (وتاسوعاء) وهو تاسعه لخبر مسلم لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع فمات قبله والحكمة مخالفة اليهود ومن ثم سن لمن لم يصمه صوم الحادي عشر بل إن صامه لخبر فيه
Artinya: (Disunahkan) puasa hari Asyura, yaitu hari 10 Muharram karena dapat menutup dosa setahun lalu sebagai hadits riwayat Imam Muslim. (Disunahkan) juga puasa Tasu‘a, yaitu hari 9 Muharram sebagai hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah saw bersabda, kalau saja aku hidup sampai tahun depan, niscaya aku akan berpuasa tasu‘a. Tetapi Rasulullah saw wafat sebelum Muharram tahun depan setelah itu. Hikmah puasa Tasu‘a adalah menyalahi amaliyah Yahudi. Dari sini kemudian muncul anjuran puasa hari 11 Muharram bagi mereka yang tidak berpuasa Tasu‘a. Tetapi juga puasa 11 Muharam tetap dianjurkan meski mereka sudah berpuasa Tasu‘a sesuai hadits Rasulullah saw (Lihat Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari, Fathul Mu‘in pada hamisy I‘anatut Thalibin, Beirut, Darul Fikr, 2005 M/1425-1426 H, juz II, halaman 301).
Sementara Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi menjelaskan lebih lanjut bahwa puasa 11 Muharram tetap dianjurkan meskipun yang bersangkutan telah mengiringi puasa Asyura dengan puasa 9 Muharram. Anjuran ini didasarkan pada sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal:
قوله بل وإن صامه) أي بل يسن صيام الحادي عشر وإن صام التاسع (قوله لخبر فيه) أي لورود خبر في صيامه الحادي عشر مع ما قبله من صيام العاشر والتاسع وهو ما رواه الإمام أحمد صوموا يوم عاشوراء وخالفوا اليهود وصوموا قبله يوما وبعده يوما ذكره في شرح الروض وذكر فيه أيضا أن الشافعي نص في الأم والإملاء على استحباب صوم الثلاثة ونقله عنه الشيخ أبو حامد وغيره اهـ
Artinya: Maksud (perkataan, bahkan sekalipun ia telah memuasakannya) bahkan tetap dianjurkan puasa 11 Muharram sekalipun ia telah berpuasa pada Tasu‘a 9 Muharram. Maksud (perkataan sesuai hadits Rasulullah saw perihal ini) adalah sesuai hadits yang menganjurkan puasa pada 11 Muharram setelah puasa 9 dan 10 Muharram. Sabda Rasulullah saw perihal ini diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal yang berbunyi, ‘Puasalah kalian pada Asyura (10 Muharram). Berbedalah dari kaum Yahudi dengan berpuasa sehari sebelum dan sesudahnya. Hal ini tersebut di Syarhur Raudh. Di sini disebutkan bahwa Imam As-Syafi‘i mencantumkan anjuran puasa tiga hari ini di kitab Al-Umm dan Al-Imla' sebagai dikutip Syekh Abu Hamid dan ulama lain (Lihat Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I‘anatut Thalibin, Kota Baharu-Penang-Singapura, Sulaiman Mar‘i, tanpa catatan tahun, juz II, halaman 266).
Baca Juga
Dalil Anjuran Berbagi di Bulan Muharram
Dari beberapa redaksi di atas dapat disimpulkan bahwa puasa pada tanggal 11 Muharram tetap dianjurkan meskipun sudah berpuasa pada 9 Muharram.
Terpopuler
1
Berikut Dua Amalan Wirid pada 10 Muharram
2
Ketua PWNU Lampung: Pelantikan Pengurus NU Bukan Seremoni, Tapi Komitmen Kolektif
3
Buka PD PKPNU, Prof Alamsyah: NU Mencetak Khaira Ummah Melalui PD-PKPNU
4
Tata Cara dan Doa Mengusap Kepala Anak Yatim
5
14 Peristiwa para Nabi pada 10 Muharram
6
Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah, LBMNU Paparkan Dam Jamaah Haji Boleh Dipotong di Indonesia
Terkini
Lihat Semua