Cerita Lucu Veteran Bohongi Komandan Karena Tak Bisa Naik Sepeda
Ahad, 18 Agustus 2024 | 08:15 WIB
Yudi Prayoga
Penulis
Kemerdekaan bangsa Indonesia tidak terjadi begitu saja, tetapi dengan perjuangan yang panjang, melalui berbagai pertempuran, diplomasi, hingga genjatan senjata. Jutaan orang rela mati demi mempertahankan harga diri bangsanya, keluarganya dan tanah airnya.
Banyak kisah pejuang yang tidak tertulis, bisa jadi belum diceritakan secara menyeluruh oleh keluarganya. Meski begitu, mereka tetap merupakan pahlawan bagi bangsa dan negaranya.
Sebetulnya banyak sekali kisah yang beragam dan unik dari pahlawan kita yang patut kita baca dan ceritakan kepada khalayak umum.
Salah satunya kisah veteran dari Sumatra Barat yang menyimpan cerita unik dan lucu ketika sedang bertugas. Ia seorang pejuang Tentara Keamanan Rakyat (TKR), bernama Syahidar Sutan Marajo bin Jamin Tuangku Rawang.
Warga kampung akrab memanggilnya dengan sebutan Tuan Sedan atau Tuan Syahidar. Ia memiliki pengalaman pernah membohongi komandannya, lantaran tidak bisa mengayuh sepeda.
Hal ini diceritakan langsung oleh anak kandungnya, Syafrizal yang saat ini tinggal di Kelurahan Panjang Selatan, Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung.
Syafrizal bercerita bahwa ketika dirinya masih sekolah kelas 1 SMP di kampung, diceritakan langsung oleh ayahnya yaitu Tuan Syahidar, bahwa ia adalah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Bukit Tinggi. Selain itu, Tuan Sedan juga merupakan seorang santri.
Sebelum menikah Tuan Sedan bergabung dengan TKR dan pernah diberikan tugas oleh komandannya untuk mengantar surat ke posko satunya (berbeda dengan posko ia saat ini), yang jaraknya lumayan jauh. Ia diperintahkan untuk menggunakan sepeda sebagai alat transportasinya, agar lebih menyingkat waktu.
Akan tetapi, di luar dugaan, ternyata Tuan Sedan tidak bisa mengayuh atau mengendarai sepeda. Karena sudah diperintah oleh komandan untuk menggunakan sepeda dan tidak berani menolak, ia juga akan malu jika mengatakan tidak bisa mengayuh sepeda. Akhirnya, Tuan Sedan mengempesi ban sepedanya dan menuntunnya sampai pos yang dituju.
Kemudian beliau menuntun kembali sampai posko tempat komandan berada. Lantas komandannya bertanya “Kenapa sepedanya didorong?.” Tuan Sedan menjawab, “Karena kehabisan angin,” dengan singkat, karena takut ketahuan dan malu.
“Karena ini perintah atasannya, maka tetap didoronglah sepeda sampai keluar dari pos. Setelah agak jauh, beliau sengaja mengempesi ban sepedanya, dan menuntunnya sampai ke pos satunya,” ujar Syafrizal kepada NU Online Lampung.
Itulah cerita singkat mengenai perjuangan veteran Indonesia yang ditugaskan oleh atasannya untuk mengantar surat dalam masa perjuangan kemerdekaan RI. Tuan Sedan lahir pada tahun 1932 M di Bukit Tinggi, Tilatang Kamang, Simpang Koto, Sumatra Barat.
Ia wafat pada tahun 1994 di kampung Air Haji, Balaiselasa Painan Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Sumatra Barat. Tuan Sedan dimakamkan di sana, bersebelahan dengan makam istrinya. Beliau wafat dengan umur 62 tahun.
Secara silsilah Tuan Sedan masih bersuku Koto dan keturunan dari Tuanku Imam Bonjol Pasaman, seorang pahlawan Nasional.
Sebenarnya Tuan Sedan bukan asli penduduk Air Haji. Diceritakan, ketika istri pertamanya yang berada di Bukit Tinggi wafat, beliau hijrah ke Air Haji dan menikah dengan istri keduanya hingga memiliki anak dan wafat di sana.
(Yudi Prayoga)
Terpopuler
1
KH Saifuddin Zuhri dan KH Muhtar Ghozali Terpilih Jadi Rais dan Mudir JATMAN Lampung pada Muswil 2025
2
GP Ansor Way Kanan Gelar PKD, Tingkatkan Kapasitas dan Kualitas Kader
3
Ketua PWNU Lampung: Santri Harus Siap Menanggung Pahitnya Belajar Demi Terangnya Masa Depan
4
Sosialisasi PIP dan Wawasan Kebangsaan, Fauzi Heri Ajak Masyarakat Amalkan Nilai Pancasila
5
Ketua PWNU Lampung: Thariqah Jadi Penyejuk dan Penuntun Umat dalam Menjawab Keresahan Zaman
6
Memaknai Doa Nabi Musa Minta Jodoh, KH Sujadi: Ciptakan Suasana Surgawi dalam Rumah Tangga
Terkini
Lihat Semua