• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Opini

Puasa, Jauhkan Diri dari Akhlak Buruk

Puasa, Jauhkan Diri dari Akhlak Buruk
Dekan FDIK UIN Raden Intan, KH Abdul Syukur (Foto: Istimewa).
Dekan FDIK UIN Raden Intan, KH Abdul Syukur (Foto: Istimewa).

Puasa Ramadhan pada dasarnya panggilan iman bagi orang-orang yang beriman kepada Allah. Realisasi iman adalah amal ibadah, termasuk puasa salah satu ibadah mahdhah. Ibadah yang harus terpenuhi syarat dan rukun sesuai tuntunan syariat disebut ibadah mahdhah.


Syarat puasa menunjukkan bagi orang yang beriman (mukmin atau islam) laki-laki dan perempuan wajib berpuasa selama memenuhi syarat dan rukun puasa, yaitu beragama Islam, berakal sehat (aqil), cukup umur (baligh), sehat jasmani dan rohani (istitha’ah), bersuci dari hadats besar seperti haid, nifas dan wiladah.


Begitu juga rukun puasa, maka orang yang berpuasa selalu diawali dengan niat puasa di malam hari. Konsekuensi niat puasa, maka ia mulai imsak harus menjaga puasanya, yaitu menahan diri. Jika rukun puasa itu dilanggar, tidak ditaati, maka batal puasanya bagi orang yang berpuasa (shaim).


Oleh karena itu, shaim harus atau wajib menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Berikut perlu diperhatikan hal-hal yang membatalkan puasa: 


1. Hindari makan dan minum selama berpuasa. Jika minum ataupun makan, itu pasti batal puasanya. Apalagi membatalkan puasa yang tanpa alasan syar’i (‘illatul hukmi) tak jelas. Kecuali ia membatalkan puasa karena tiba-tiba datang sakit yang menurut dokter ia harus membatalkan puasa, maka shaim wajib batalkan puasa. Tak boleh memaksakan berpuasa, bukan dapat pahala, karena jaga jiwa bagian dari tujuan agama Islam (maqashidud din).


Jadi, menahan diri untuk tidak makan dan minum, atau menghindari dari makanan dan minuman lebih mudah daripada menahan diri dari keburukan seperti bohong, janji palsu, ghibah, namimah, dan nafsu syahwat. 


2. Hindari dari keburukan atau akhlak yang buruk. Keburukan dari ucapan, sikap dan perilaku ini yang sering susah dihindari karena orang sering lalai, lupa, dan tak mampu menahan luapan emosi. Sehingga yang keluar dari hati dan mulut adalah ucapan bohong, adu domba, provokasi, fitnah, membuka aib dan kejelekan orang lain, janji palsu, mengumbar janji yang dikhianatinya, dan nafsu syahwat yang tak dikendalikan.


Maka berpuasa harus bisa menahan pandangan mata dari melihat lawan jenis, melihat makanan dan minuman. Itu semua, jika salah satu pun tak bisa ditahan, maka batal puasanya. Apalagi semua keburukan itu, yaitu bohong, janji palsu, buka aib, adu domba/fitnah, dan nafsu syahwat tak bisa dihindari, maka batal lah puasanya, bahkan berdosa dari akibat keburukannya itu.


Oleh sebab itu, puasa mendidik kita, orang yang berpuasa. Maka jadikanlah puasa sebagai jalan, thariqah, dan media pendidikan akhlak yang baik untuk menghindari akhlak yang buruk (akhlaq al-sayyiah).


Rasulullah saw bersabda: ada lima perkara yang membatalkan puasa, menghapus pahala puasa yaitu bohong (kidzb), buka aib orang lain (ghibah), fitnah, adu domba, provokasi (namimah), janji palsu (yaminul ghamus), dan mengumbar nafsu syahwat (al-nadhr bis-syahwat).


Kelima perkara ini termasuk keburukan, dalam ilmu akhlak disebut akhlaq al-sayyiah berarti perilaku buruk. Oleh karena itu, orang ysng berpuasa hindarilah akhlak buruk agar puasanya tidak batal, puasanya diterima Allah, puasanya mendatangkan pahala untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah. 


Tujuan puasa adalah untuk meningkatkan iman, karena orang yang dipanggil berpuasa adalah mukmin atau muslim. Dan buahnya iman adalah amal saleh atau ibadah termasuk puasa, dan hiasan amal saleh adalah akhlak yang baik yaitu akhlaq al-karimah atau akhlaq al-mahmudah.


Maka jadikanlah puasa mendidik diri kita agar terhindar dari keburukan atau akhlak yang buruk. Berpuasa tapi masih berakhlak buruk seperti ia berpuasa tapi berbohong, ia berpuasa tapi mengadu domba atau memfitnah, membuka aib orang lain, berjanji palsu, dan tak tahan nafsu syahwat, itu akhlak buruk yang membatalkan puasa.


Semoga Allah selalu memberi hudan, rahmat, maghfirah, dan berkah kepada kita orang yang berpuasa agar mampu menahan diri dari keburukan. Wallahu a’lam bish shawab.


KH Abdul Syukur, Dekan FDIK UIN Raden Intan dan Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung
 


Opini Terbaru