Penjelasan Hadits: Pintu Surga Dibuka, Pintu Neraka Ditutup, dan Setan Dibelenggu
Sabtu, 8 Maret 2025 | 07:34 WIB
H Puji Raharjo
Penulis
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan dan keistimewaan. Allah swt menjadikannya sebagai bulan yang dipenuhi dengan limpahan rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka. Salah satu hadits yang menggambarkan keagungan bulan ini adalah:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ، فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ
Artinya: Apabila datang bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu (HR Bukhari No 3277, Muslim No 1079).
Hadits ini memberikan motivasi bagi umat Islam untuk memanfaatkan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Namun, bagaimana para ulama memahami hadits ini? Apa makna sebenarnya dari dibukanya pintu surga, ditutupnya pintu neraka, dan dibelenggunya setan?
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, menunjukkan derajatnya yang shahih, sehingga dapat dijadikan pedoman dalam memahami keutamaan Ramadhan. Berikut beberapa penjelasan mengenai hadits tersebut:
Baca Juga
Meraih Keberkahan di Bulan Ramadhan
1. Pintu Surga Dibuka
Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan bahwa dibukanya pintu surga adalah bentuk kemurahan Allah bagi hamba-Nya. Di bulan ini, setiap amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya, doa-doa lebih mudah dikabulkan, dan jalan menuju ketaatan semakin terbuka lebar.
Ibnu Rajab menambahkan bahwa pintu surga dibuka sebagai ajakan bagi umat Islam untuk memperbanyak amal saleh, seperti shalat, sedekah, membaca Al-Qur’an, dan ibadah lainnya.
2. Pintu Neraka Ditutup
Ditutupnya pintu neraka menunjukkan betapa besar rahmat Allah di bulan Ramadhan. Ini juga menjadi simbol bahwa di bulan ini dosa-dosa diampuni bagi mereka yang sungguh-sungguh bertaubat dan memperbanyak amal kebajikan.
Imam Al-Qurtubi menjelaskan bahwa berkurangnya maksiat di bulan ini menjadikan pintu neraka seakan tertutup bagi orang-orang yang menjaga puasanya dengan baik.
3. Setan Dibelenggu
Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyatakan bahwa maksud dari setan dibelenggu adalah berkurangnya pengaruh setan terhadap manusia di bulan Ramadhan.
Imam Al-Qurtubi menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah setan-setan dari golongan yang paling jahat (Maradatul Syayathin) yang dibelenggu, sehingga mereka tidak bisa menggoda manusia seperti di bulan lainnya.
Syaikh Ibnu Utsaimin menambahkan bahwa meskipun setan dibelenggu, hawa nafsu manusia tetap ada, sehingga godaan tetap bisa terjadi, tetapi lebih berasal dari kebiasaan buruk seseorang sendiri, bukan karena setan.
Para ulama juga menjelaskan bahwa pembelengguan setan hanya efektif bagi mereka yang menjaga puasanya dengan baik. Orang yang tidak menjaga puasanya dari maksiat, tetap bisa tergoda karena faktor nafsu dan kebiasaan buruk.
Mewujudkan Hakikat Ramadhan dalam Kehidupan Sehari-hari
Hadits tentang dibukanya pintu surga, ditutupnya pintu neraka, dan dibelenggunya setan bukan sekadar informasi, tetapi juga seruan untuk bertindak. Ramadhan adalah kesempatan emas untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah swt dan sesama manusia. Berikut beberapa langkah nyata yang bisa kita lakukan untuk merealisasikan pesan dari hadits ini:
1. Memperbanyak Ibadah dan Ketaatan
Jika pintu surga dibuka, maka kita harus memasukinya dengan amal saleh. Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang meningkatkan kualitas ibadah.
Peningkatan ibadah itu dapat dilakukan seperti dengan shalat berjamaah dan shalat sunnah seperti Tarawih dan Tahajud harus diperbanyak. Membaca dan mentadabburi Al-Qur’an untuk mendapatkan petunjuk dalam hidup.
Kemudian memperbanyak doa dan istighfar, karena Ramadhan adalah waktu mustajab untuk berdoa. Bersedekah dan berbuat baik kepada sesama, sebab amal kebaikan di bulan ini akan dilipatgandakan pahalanya.
2. Menjaga Diri dari Maksiat dan Perbuatan Sia-Sia
Jika pintu neraka ditutup, maka kita harus menjauhi segala bentuk dosa dan kemaksiatan. Ramadhan bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari hal-hal yang bisa merusak pahala puasa, seperti:
Ghibah (menggunjing), fitnah, dan berkata kasar, karena Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan buruk, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya” (HR Bukhari).
Kemudian juga menahan diri dari menonton atau mendengarkan hal-hal yang melalaikan, yang dapat mengurangi kekhusyukan ibadah. Marah dan emosi yang tidak terkendali, karena Ramadhan mengajarkan kesabaran dan pengendalian diri.
3. Mengalahkan Hawa Nafsu dan Kebiasaan Buruk
Jika setan dibelenggu, maka yang tersisa adalah hawa nafsu dan kebiasaan buruk kita sendiri. Ini adalah kesempatan terbaik untuk melatih diri agar lebih disiplin dalam kebaikan.
Puasa mengajarkan kesabaran, dan sabar dalam ibadah adalah kunci untuk terus istiqamah setelah Ramadhan. Ramadhan membentuk kebiasaan baik, seperti bangun malam untuk sahur dan shalat, yang seharusnya dijaga setelah bulan suci ini. Bulan ini adalah waktu terbaik untuk berhenti dari kebiasaan buruk, seperti merokok, malas beribadah, atau menunda-nunda kebaikan.
Ramadhan adalah Momentum Perubahan
Hadits ini memberikan optimisme dan motivasi bahwa Ramadhan adalah saat terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan pintu surga yang terbuka, pintu neraka yang tertutup, dan setan yang dibelenggu, Allah telah memberi kita kemudahan untuk menjadi lebih baik. Namun, semua itu tetap bergantung pada usaha kita dalam mengoptimalkan ibadah dan melawan hawa nafsu.
Jika selama ini kita sulit untuk meninggalkan dosa, sulit untuk memperbaiki ibadah, atau sulit untuk istiqamah dalam kebaikan, maka Ramadhan adalah jawabannya. Mari jadikan bulan ini sebagai awal perubahan yang nyata, bukan hanya dalam ibadah, tetapi juga dalam karakter dan kepribadian kita sebagai seorang Muslim.
Jangan biarkan Ramadhan berlalu tanpa makna. Jangan sia-siakan kesempatan yang Allah berikan. Mari berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, agar setelah Ramadhan kita tetap menjadi insan yang bertakwa.
H Puji Raharjo Soekarno, Ketua Tanfidziyah PWNU Lampung
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Ilmu dan Adab Lebih Tinggi daripada Nasab
2
3 Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Membangun Masjid
3
Khutbah Jumat: Bijak dalam Bermedia Sosial
4
Hindari Tafsir Liberal dan Radikal pada Pancasila
5
PCNU Pringsewu Imbau Masyarakat Senantiasa Menjaga Kondusifitas Daerah
6
Pernikahan, Ibadah Paling Panjang dalam Kehidupan Manusia
Terkini
Lihat Semua