Dakwah adalah sebuah ajakan kepada masyarakat, dengan tujuan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Seorang pendakwah, haruskah berupaya secara terus menerus melakukan instrospeksi diri, baik dalam hal intertum maupun ekstertum.Â
Seorang pendakwah adalah manusia sebagaimana masyarakat yang mendapatkan materi dakwah, sehingga secara intertum harus tetap berupaya dengan istiqamah menjadi sesosok yang ideal. Meskipun kriteria ideal adalah relatif dan kesempurnaan hanya ada pada para kekasih Allah yaitu para Nabi Muhammad saw.Â
Namun, secara intertum ia harus berupaya mengendalikan diri dari segala keinginan yang akan menjatuhkan posisinya. Ia harus berupaya memperbaiki ibadahnya ataupun peka terhadap lingkungannya.Â
Baca Juga
Al-Qur’an Sebagai Obat Syifa’
Sedangkan secara ekstertum, seorang pendakwah haruslah memperhatikan hal-hal berikut:
Pertama, materi yang disampaikan. Setiap even pasti ada tujuan yang diraihnya, sehingga ketika seseorang ingin melakukan perubahan dengan cara mengajak yang disebut dakwah. Maka ia harus melihat materi yang relevan dengan kegiatan, sehingga apa yang disampaikan tetap ilmiah, meskipun materinya sederhana, ilmiah bukan karena menunjukkan referensi yang digunakan, tapi ilmiah dalam hal tema atau topik yang dibahas tidak loncat dari kegiatan.Â
Selain itu juga materi yang disampaikan adalah ilmiah dalam hal tidak berlebihan, misalnya ketika bicara tentang fadhilah pada suatu ibadah, maka pilihlah materi yang dapat dicerna oleh masyarakat, jangan sampaikan materi yang tidak logis. Jika ada suatu hadits, tafsir atau pendapat ulama, haruslah dipahami secara benar, sehingga kita konsisten terhadap materi yang kita sampaikan.Â
Misalnya bicara tentang fadilah salah satu ibadah yang seakan-akan dengan amaliah tersebut seseorang terhapus semua dosanya. Tapi masih di acara yang sama bicara setiap manusia akan masuk neraka, sebelum dimasukkan ke surga, maka materi tersebut terkadang tidak relevan dengan materi yang disampaikan sebelumnya.Â
Baca Juga
Jenis-Jenis dan Tingkatan Orang Mukmin
Kedua, metode dakwah. Dalam berdakwah, seorang penyeru haruslah menggunakan metode yang dapat diterima oleh masyarakat, bukan kita egois terhadap keilmuan yang kita miliki. Sehingga kita lupa tujuan dakwah adalah mengajak orang lain menjadi lebih baik. Seorang pendakwah harus mampu mengajak dengan cara yang moderat, dalam arti metode adalah seni dari dakwah itu sendiri, dan evaluasi yang terbesar dari para penceramah adalah ketika kita tidak mampu menggunakan metode yang diinginkan  oleh masyarakat.Â
Karena metode adalah seni, sehingga kita juga tidak dapat menyampaikan dengan bangganya metode yang saya gunakan lebih baik, karena setiap lingkungan yang ada di masyarakat menuntut metode yang tidak sama antara yang satu dengan lainnya. Metode sangatlah penting dipelajari dan dikuasai, karena orang yang paling berhasil dalam dakwahnya adalah ketika ia mampu menguasai ragam metode dalam berdakwah.Â
Ketiga, body language. Seorang penceramah, selain harus menguasai materi dakwah, metode dakwah juga harus menguasai body language yaitu peraga tubuh kita saat menyampaikan materi, misalnya ketika kita bicara satu hal, maka tangan harus menunjukkan isyarat satu dan bukan yang lainnya.Â
Kalimat menunjukkan ajakan misalnya, tangan penceramah tidak harus menunjuk-nunjuk dengan satu jari, melainkan dengan semua cari terbuka dan bukan tergenggam. Misal lain ketika menyampaikan materi yang membutuhkan penekanan, maka mimik wajah penceramah haruslah terlihat serius, dan bukan penuh canda, begitu juga sebaliknya, ketika berbicara suatu hal yang ringan, tidak elok juga ketika justru menunjukkan keseriusan.Â
Keempat, penampilan yang digunakan. Penampilan berupa pakaian, seorang pendakwah harus berpakaian yang sopan, tidak harus mahal, namun pakaian yang digunakan haruslah relevan dengan kedudukannya sebagai seorang pendakwah. Seorang pendakwah adalah penyeru, sehingga ia harus berpikir pada hal yang menunjukkan ketulusannya kepada masyarakat, sehingga dia harus tahu masyarakat akan mencontoh penampilan kita, atau bahkan memberikan penampilan kita.Â
Istilah nyentrik acap kali kita dengar, dengan pernyataan jika ingin populer harus menampilkan yang asing. Hal ini tidaklah dianggap salah, namun juga harus dibarengi dengan akhlakul karimah. Sehingga pakaian yang digunakan tidak berlebihan, apalagi bertujuan ingin populer, tentunya suatu hal yang karus mampu dikendalikan.Â
Kemudian peka terhadap lingkungan. Lingkungan adalah tempat dimana masyarakat tinggal, seorang penceramah boleh memiliki kekayaan, kemewahan. Namun ketika berdakwah di masyarakat minim, pelosok, maka ia harus menunjukkan sikap yang santun, terlebih masyarakat pelosok hidupnya sangat sederhana.Â
Begitu juga sebaliknya, ketika seseorang berdakwah di lingkungan menengah atau bahkan intelektual, hendaklah ia mampu menampilkan yang relevan dengan kebutuhan, sehingga tidak ada suatu paradigma kurang elok bagi para audiens.Â
Demikianlah beberapa hal yang harus dipahami oleh setiap pendakwah, sehingga tujuan dakwah yang kita kenal adalah mengajak bukan mengejek, merangkul bukan memukul. Jika hal tersebut dapat dilakukan oleh para penceramah, maka hasil yang disampaikan akan senantiasa diterima oleh masyarakat. Wallahua'lam.
Agus Hermanto, Dosen Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Terpopuler
1
KH Saifuddin Zuhri dan KH Muhtar Ghozali Terpilih Jadi Rais dan Mudir JATMAN Lampung pada Muswil 2025
2
GP Ansor Way Kanan Gelar PKD, Tingkatkan Kapasitas dan Kualitas Kader
3
Ketua PWNU Lampung: Santri Harus Siap Menanggung Pahitnya Belajar Demi Terangnya Masa Depan
4
Sosialisasi PIP dan Wawasan Kebangsaan, Fauzi Heri Ajak Masyarakat Amalkan Nilai Pancasila
5
Ketua PWNU Lampung: Thariqah Jadi Penyejuk dan Penuntun Umat dalam Menjawab Keresahan Zaman
6
Memaknai Doa Nabi Musa Minta Jodoh, KH Sujadi: Ciptakan Suasana Surgawi dalam Rumah Tangga
Terkini
Lihat Semua