• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Minggu, 5 Mei 2024

Opini

Al-Qur’an Sebagai Obat Syifa’

Al-Qur’an Sebagai Obat Syifa’
Wakil Ketua Lakpesdam PCNU Bandar Lampung, Agus Hermanto (Foto: Istimewa)
Wakil Ketua Lakpesdam PCNU Bandar Lampung, Agus Hermanto (Foto: Istimewa)

Al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah) yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad secara mutawatir. Allah swt telah menurunkan  wahyu-Nya yang pertama yaitu pada tanggal 17 Ramadhan di Gua Ghira pada saat Nabi sedang mengasingkan diri, sebagaimana juga dilakukan oleh masyarakat Arab Jahiliyah pada saat itu.


Pada bulan Ramadhan, Allah menurunkan wahyunya Al-Qur’an sebagai petunjuk dan penjelas antara yang benar dan yang salah. Al-Qur’an juga diturunkan oleh Allah, dari ayat-ayat Al-Qur’an tersebut memiliki fungsi dan manfaat, di antara ayat-ayatnya itu juga terdapat syifa’ yaitu obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. 


Syifa’ yang berarti obat, sedangkan penyakit memiliki dua pengertian yaitu sakit fisik (medis) dan non fisik (non medis). Dalam istilah lain bahwa penyakit kerap kali dalam bahasa Arab disebut da’ dan obatnya adalah dawa’. Ketika seseorang mengalami sakit, maka hendaklah berikhtiar untuk mencari obat. 


Sebagaimana dalam suatu kisah salah seorang sahabat sedang sakit, lalu datang kepada Nabi, dan berkata: Ya Nabi, aku ini sakit, mohon didoakan agar aku sembuh. Lalu Nabi menjawab: datanglah ke Tabib, mintalah obat. Lalu sahabat tersebut berkata kembali: Ya Nabi, engkau adalah orang yang dekat kepada-Nya, sedangkan penyakit adalah dari Allah, dan Allah pula yang memiliki obatnya, maka mintakanlah. Lalu Nabi menjawab: datanglah ke Tabib, karena Allah telah menitipkan kepada tangan-tangan mereka.


Dari riwayat hadits ini bahwa manusia diperintahkan untuk berikhtiar, dan jika sudah tidak menemukan obatnya maka bertawakal kepada Allah dengan kepasrahan hati. 


Dalam riwayat lain, ada salah seorang sahabat yang tersengat serangga ganas dan berbisa, dalam beberapa saat kemudian bisanya menyebar keseluruhan tubuhnya. Sehingga mulai membiru, kemudian meminta doa kepada Nabi, lalu Nabi menyuruhnya satu kali membaca Al-Fatihah, dan kemudian sahabat tersebut sembuh. 


Dalam dua cerita tersebut bahwa di satu sisi manusia tidak boleh putus asa dalam berikhtiar, dan dalam konteks lain juga diminta untuk tawakal kepada Allah. 


Obat yang kerap kita temukan biasanya ada dua yaitu halal dan haram, maka selama ada obat yang halal kita harus gunakan obat yang halal. Ketika dalam kondisi darurat maka baru kita dapat menggunakan yang haram jika dibutuhkan, dan jika tidak lagi ditemukan hendaklah kita tawakal dengan penuh kepasrahan. Sehingga Allah senantiasa memberikan kesembuhan, sampai diangkat penyakitnya. 


Selain sakit fisik secara medis juga terdapat penyakit hati, maka Allah senantiasa menunjukkan kepada manusia. Sesungguhnya telah datang kepada manusia dari Tuhannya yaitu sebuah petunjuk yang dapat melapangkan dada dan petunjuk rahmat bagi orang-orang yang beriman. 


Sehingga dengan kita menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman, bacaan, dan sahabat yang selalu menemani kita, maka akan senantiasa memliki ketenangan hati pada diri kita. Wallahua’lam.


Agus Hermanto, Wakil Ketua Lakpesdam PCNU Bandar Lampung


Opini Terbaru