Mitra

Dewan Kesenian Lampung Gelar Temu Wacana, Deni Ribowo: Budaya Lampung Harus Terus Dijaga dan Dilestarikan

Kamis, 31 Juli 2025 | 21:03 WIB

Dewan Kesenian Lampung Gelar Temu Wacana, Deni Ribowo: Budaya Lampung Harus Terus Dijaga dan Dilestarikan

Dewan Kesenian Lampung saat menggelar Temu Wacana Dewan Kesenian se-Provinsi Lampung Tahun 2025 di Hotel Hexton, Bandar Lampung, Kamis (31/7/2025). (Foto: Istimewa)

Bandar Lampung, NU Online Lampung

Dewan Kesenian Lampung (DKL) menggelar Temu Wacana Dewan Kesenian se-Provinsi Lampung Tahun 2025 di Hotel Hexton, Bandar Lampung, Kamis (31/7/2025).


Pertemuan ini sekaligus berdiskusi dengan tema “Sinergitas dan Penguatan Ekosistem Seni Budaya melalui Dewan Kesenian dalam Merespons Tantangan Global”.


Hadir dua narasumber dalam diskusi ini, yakni Budayawan Lampung Iwan Nurdaya Djafar dan Anggota Komisi V DPRD Provinsi Lampung Deni Ribowo. Diskusi dipandu oleh Iin Zakaria, Koordinator Komunitas Dongeng Dakocan Provinsi Lampung.


Deni Ribowo mengatakan, Provinsi Lampung ini cukup unik, karena dari data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, bahwa 65,80 persen penduduknya berasal dari etnis jawa. Etnis Lampung hanya 12,80 persen. Lalu Sunda 11,36 persen, Minangkabau 3,57 persen, Batak 2,13 persen, Bali 1,73 dan lainnya 2,15 persen.


“Meski suku Lampung bukan mayoritas di Lampung. Tapi kita bisa menjaga kerukunan. Boleh siapa saja di Lampung, tetapi budaya Lampung harus terus dijaga dan dilestarikan,” kata Deni Ribowo.


Ia berjanji akan menyampaikan masukan-masukan dari DKL kepada Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal. Dia meyakini, Gubernur punya kepedulian yang tinggi terhadap pelestarian budaya Lampung.


“Gubernur ingin dipanggil Kiyay (panggilan untuk kakak dalam Bahasa Lampung) Mirza, dan ibu Gubernur ingin dipanggil Batin Wulan. Ini sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 11 Tahun 2024 mengatur tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Lampung, mereka ingin mencontohkan dari hal kecil,” ungkapnya.


Selain itu, ia juga mendukung masukan dari Fasilitator Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pringsewu, Tian Hestiarto yang menginginkan Pemerintah Provinsi mendukung regenerasi lagu anak-anak.


“Tadi jadi kesepahaman di diskusi DKL yang ingin menggagas pembuatan lagu yang dinyanyikan lagi anak dengan muatan konten Bahasa Lampung, ini sangat bagus,” lanjut politisi Demokrat ini.


Pada kesempatan itu, Ketua Dewan Kesenian Lampung, Prof Satria Bangsawan menilai pelestarian budaya harus dimulai dari pendidikan usia dini. Ia mencontohkan bagaimana anak-anak saat ini telah mulai dikenalkan pada bahasa dan kesenian daerah sejak di taman kanak-kanak.


“Cucu saya di TK sudah mementaskan tarian dan mengenal Bahasa Lampung. Saat masuk SD, mereka belajar seni rupa dan bahasa daerah. Ini bagian dari upaya membangun kecintaan terhadap budaya sejak kecil,” ujarnya.


Menurutnya, pendekatan edukatif sejak dini menjadi langkah penting untuk menjaga keberlanjutan identitas budaya daerah, sekaligus membentengi generasi muda dari pengaruh budaya luar yang bisa menggerus nilai-nilai lokal.


Prof Satria juga menekankan pentingnya implementasi Perda Nomor 11 Tahun 2024 tentang Penguatan dan Kemajuan Kebudayaan Daerah, serta mengajak semua pihak untuk mendukung lahirnya art entrepreneur atau pelaku usaha berbasis seni.


“Seni dan budaya bukan sekadar warisan, tapi aset yang jika dikembangkan dapat memberi dampak luas, baik secara ekonomi maupun sosial,” katanya.


Ia juga memperkenalkan program Cawa Lampung yang mendorong masyarakat menggunakan bahasa Lampung dalam kehidupan sehari-hari secara santai, sebagai bagian dari revitalisasi budaya lokal.


Prof Satria menegaskan bahwa seluruh fasilitas Dewan Kesenian Lampung dapat dimanfaatkan secara gratis oleh pelajar, seniman, dan masyarakat umum. Ia berharap forum seperti Temu Wacana ini terus berlanjut sebagai ruang kontribusi nyata bagi keberlanjutan seni dan budaya Lampung.