• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Senin, 6 Mei 2024

Syiar

8 Hikmah di Balik Pelaksanaan Ibadah Haji

8 Hikmah di Balik Pelaksanaan Ibadah Haji
Ilustrasi haji (Foto: NU Online)
Ilustrasi haji (Foto: NU Online)

Haji adalah salah satu ibadah yang sangat penting, dan wajib dilakukan bagi mereka yang sudah mampu melaksanakannya. Berbeda dengan ibadah lain, haji harus dilakukan pada waktu tertentu (pada bulan Zulhijah), dan dilaksanakan di Tanah Suci Makkah.


Sebelum menunaikan ibadah haji, calon jamaah akan mengikuti rangkaian bimbingan manasik haji di daerahnya masing-masing. Dalam pelaksanaan bimbingan manasik haji itu, calon jamaah mendapat materi dan praktik tata cara pelaksanaan ibadah haji, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kehidupan selama di Tanah Suci.


Dilansir dari NU Online, Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha dalam Kitab I‘anatut Thalibin mengutip hikmah rukun, wajib, dan sunnah ibadah haji. Ketika ditanya hikmah haji, sahabat Ibnu Abbas ra menjawab bahwa tidak ada satupun rangkaian ibadah haji kecuali di dalamnya mengandung hikmah luar biasa, nikmat yang melimpah, dan rahasia yang tidak cukup diungkapkan oleh kata-kata.


Pertama, hikmah sunnah mandi ihram

Hikmah mandi ihram adalah memastikan jamaah haji untuk menginjakkan kaki pada tanah bekas jejak kaki para nabi. Jamaah haji dianjurkan untuk mandi ihram terlebih dahulu untuk mendapatkan keberkahan dari jejak kaki para nabi sebagaimana keterangan Surat Al-Baqarah ayat 222.


Kedua, hikmah pakaian ihram.

Manusia biasanya akan memilih pakaian tertentu bila akan bertemu sesama manusia lainnya, disesuaikan dengan berbagai situasi. Sementara Allah seakan mengatakan, “Pakaian untuk menemui-Ku berkebalikan dengan pakaian ketika menemui mereka agar Kudapat melipatgandakan ganjaran dan pahala hamba-hamba yang taat.”


Pakaian ihram mengandung hikmah agar orang menanggalkan dunia (seperti) ketika memasuki kamar mandi (untuk pembersihan) sebagaimana manusia awalnya terlahir dari rahim ibunya tanpa mengenakan pakaian. Pakaian ihram juga mirip dengan kondisi manusia pada hari hisab sebagaimana keterangan Surat An-Nisa ayat 40 dan Surat Al-An’am ayat 94.


Ketiga, hikmah talbiyah.

Manusia jika dipanggil oleh pejabat atau penguasa yang terhormat di dunia, maka ia akan menjawabnya dengan talbiyah dan ucapan hangat yang baik. Apalagi seharusnya jika diseru oleh Tuhan yang maha kuasa dan maha mengetahui dan mengajaknya untuk mendekat untuk diampuni segala kesalahan dan dosanya. 


Apabila jamaah haji berkata, “Labbaik,” Allah mengatakan, “Aku dekat denganmu, Aku tampak di hadapanmu. Mintalah apa yang kau inginkan. Aku lebih dekat denganmu daripada urat nadimu sendiri.”


Keempat, hikmah wukuf di Arafah.

Wukuf di Arafah memiliki hikmah dan makna luar biasa. Wukuf merupakan simbol yang mengingatkan kita pada saat telanjang dada, tanpa alas kaki dan penutup kepala, di hadapan Allah pada hari Kiamat kelak, berdiri di atas kaki penyesalan, menangis dan menyeru-Nya sebagai seruan hamba yang hina.  


Sebaik kaki adalah kaki anak Adam yang diseru oleh Tuhan untuk menuju Ka’bah, lalu memenuhi panggilan Tuhan dengan senang dan penuh kerinduan, mereka berjalan dengan kaki ketulusan sebagaimana keterangan Surat Al-Hajj ayat 24.


Kelima, hikmah zikir pada Masy’aril Haram (Arafah, Muzdalifah, dan Mina).

Zikir di Masy’aril Haram mengandung pahala yang sangat besar. Allah swt seakan berkata, “Wahai hamba-Ku, sebutlah nama-Ku, niscaya Kusebut namamu. Siapa saja yang menyebut-Ku dalam hati, maka Aku menyebutnya dalam diri-Ku. Siapa yang menyebut nama-Ku di keramaian, maka Aku menyebutnya di forum terbuka yang lebih baik dari keramaiannya. Bila kalian menyebut nama-Ku di Masya’aril Haram, Aku menyebut kalian di tengah malaikat-Ku yang mulia dan Kugores tanda tangan jaminan dari datangnya siksa.”


Keenam, hikmah lempar jumrah.

Lempar jumrah memiliki hikmah dan sir luar biasa bagi ulama dan para wali. Jamaah haji seolah mengatakan, “Tuhanku, aku membawa batu-batu dosa dan kekhilafan. Aku pun telah melemparnya melalui pengakuan di dalam ketaatan pada-Mu. Sungguh Engkau maha pemurah lagi maha pengampun.”


Ketujuh, hikmah tawaf.

Tawaf memiliki hikmah luar biasa. Jamaah haji yang tawaf seolah berkata dengan lisannya, “Tuhanku, Kau yang dituju, Kau Tuhan yang disembah, dan aku mendatangi-Mu bersama tamu-Mu yang lain. Aku tawaf mengelilingi rumah-Mu yang disaksikan para malaikat. Aku berdiri di pintu-Mu mengharap kemurahan dan belas kasih. Perintah-Mu kepada hamba kesayangan-Mu telah lama berlalu” (sebagaimana keterangan Surat Al-Hajj ayat 26).


Kedelapan, hikmah Cukur.

Cukur di Mina mengandung hikmah di mana jamaah haji akan mencapai segala harapan yang dicita-citakan. Cukur di Mina merupakan kesadaran dan peringatan yang hanya dipahami oleh ulama dengan ilmu yang mendalam karena jamaah haji ketika wukuf di Arafah, zikir di Masy’aril Haram, menyembelih kurban di Mina, mencukur rambut, dan membersihkan diri dari kotoran dan dosa, niscaya Allah mencatat semua itu sebagai pahala, melipatgandakan ganjaran, melindunginya dari neraka Jahim dan Sa‘ir, menjadikan setiap helai rambutnya yang dicukur sebagai cahaya, dan memberikan jaminan keamanan dan keselamatan sebagaimana keterangan Surat Al-Fath ayat 27. 


Demikianlah delapan hikmah manasik haji yang perlu diketahui oleh para calon jamaah. Semoga dimudahkan dalam menjalankan ibadah nanti dan mendapatkan haji yang mabrur.
 


Syiar Terbaru