• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Warta

Pengasuh Pesantren Lirboyo: Anak Siapapun, Jika Tidak Mau Belajar Maka Tidak Akan Pintar

Pengasuh Pesantren Lirboyo: Anak Siapapun, Jika Tidak Mau Belajar Maka Tidak Akan Pintar
Pengasuh Pesantren Lirboyo: Anak Siapapun, Jika Tidak Mau Belajar Maka Tidak Akan Pintar (Foto: Istimewa).
Pengasuh Pesantren Lirboyo: Anak Siapapun, Jika Tidak Mau Belajar Maka Tidak Akan Pintar (Foto: Istimewa).

Bandar Lampung, NU Online Lampung

Anak siapapun jika tidak mau belajar maka tidak akan pintar, meski dia anak seorang guru, dosen, kiai, dan sebagainya. Sementara jika dia anak orang yang biasa saja (bukan terpelajar), tetapi mau belajar maka akan pintar.

 

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Pengasuh Pesantren Lirboyo Jawa Timur, KH Athaillah Anwar ketika sarasehan bersama santri Al Hikmah Bandar Lampung di Masjid Nurul Yaqin Kedaton Bandar Lampung, Sabtu (10/2/2024) sore.

 

Menurutnya ilmu itu harus dipelajari sendiri, tidak bisa mengandalkan kedua orang tua, karena yang merasakan dia memiliki ilmu atau tidak yakni dirinya sendiri.

 

“Jika orang tua makan kemudian kenyang, apakah anaknya ikut merasakan kenyang, jawabannya tidak. Apakah ketika orang tua minum dan dahaga, apakah anaknya juga ikut merasakan dahaga, tentu juga tidak,” ujarnya.

 

Ia melanjutkan, belajar ilmu, terutama ilmu agama itu sulit, karena manusia menjadi pintar tidak serta merta dalam kandungan.

 

“Maka kita harus bersungguh-sungguh, karena sesungguhnya tidak ada manusia yang dilahirkan dalam keadaan langsung pintar,” ungkapnya.

 

Mencari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim baik laki-laki maupun perempuan. Karena ini merupakan anjuran dan perintah dari Rasulullah saw.

 

“Manusia jika masih bodoh, maka wajib belajar, dan ketika tidak mau belajar padahal memiliki kesempatan dan diberi kesempatan yang baik, maka ia berdosa,” tuturnya.

 

Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo itu juga menegaskan kepada para santri bahwa santri juga memilki kewajiban untuk menyebarkan ilmunya kepada masyarakat yang telah didapat selama di pesantren.

 

“Jika sudah belajar dan sudah memiliki ilmu, maka wajib diamalkan kepada orang lain. Jika ada yang meminta diajari ilmu agama, maka santri wajib mengajari, karena jika tidak, dan orang tersebut tetap bodoh, maka santri akan berdosa,” katanya.

 

Setelah ilmu tersebut disampaikan kepada masyarakat, ini yang disebut ilmu yang berkah dan bermanfaat. Dan andaikata santri yang sudah alim, bisa membedakan mana yang hak dan yang batil, yang halal dan haram, tetapi ia melakukan keharaman dan kemunkaran maka akan berbahaya dan berat dosanya.

 

Ketika santri mencari ilmu, lanjutnya, maka carilah ilmu yang pokok dahulu (ilmu hal) yang menjadi kewajiban kita sehari-hari. Seperti ilmu shalat, yang wajib dikerjakan 5 kali setiap hari, ilmu membersihkan najis, ilmu istinja’ (bersuci) dan sebaginya.

 

“Santri ketika sudah selesai mempelajari ilmu hal, fardlu ain, maka ia memiliki fondasi yang baik dan kokoh. Sehingga ke depannya ia bebas menjadi apapun, mau menjadi pengusaha, pejabat, dan ketika sudah menjadi apapun ia akan tetap menjadi baik, karena fondasinya sudah baik,” katanya.

 

Jika untuk santri perempuan maka ia wajib mengetahui masalah haid, harus bisa membedakan mana yang termasuk darah haid, mana darah istihadlah, harus bisa caranya bersuci yang baik dan benar. Karena ilmu tersebut merupakan bagian dari ilmu yang wajib (fardlu ain) karena menentukan sahnya shalat.

 

Di akhir nasihatnya, kiai menyelipkan nasihat tentang anjuran shalat berjamaah, dan faedah shalat berjamaah bagi seorang santri yang sedang mencari ilmu.

 

“Jika di pesantren (para santri) jangan sampai meninggalkan shalat berjamaah, karena nanti akan merasakan faedahnya shalat jamaah, serta jangan meninggalkan membaca Al-Qur’an, meski hanya beberapa ayat saja,” ujarnya.

(Yudi Prayoga)


Warta Terbaru