• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Warta

Ketua PWNU Lampung: Manfaatkan Teknologi, Jihad Medsos Jadi Dakwah NU di Era Disrupsi

Ketua PWNU Lampung: Manfaatkan Teknologi, Jihad Medsos Jadi Dakwah NU di Era Disrupsi
Ketua PWNU Lampung, H Puji Raharjo saat menjadi narasumber pada LKD Fatayat NU Bandar Lampung, Jumat (20/10/2023). (Foto: Istimewa).
Ketua PWNU Lampung, H Puji Raharjo saat menjadi narasumber pada LKD Fatayat NU Bandar Lampung, Jumat (20/10/2023). (Foto: Istimewa).

Bandar Lampung, NU Online Lampung

Menghadapi era disrupsi digital, memanfaatkan teknologi dan menggunakannya sebagai jihad dalam bermedia sosial adalah bagian dakwah dari warga Nahdlatul Ulama (NU). 


Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung, H Puji Raharjo saat menjadi narasumber Latihan Kader Dasar (LKD) Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Bandar Lampung. 


LKD Fatayat itu diselenggarakan di Aula Asrama Haji, Kecamatan Telukbetung Utara, Bandar Lampung, Jumat (20/10/2023). Kegiatan tersebut bertema, Mencetak Kader Fatayat NU yang Militan, Progresif dan Berdayaguna dalam Bingkai Aswaja. 


“Nahdlatul Ulama berdiri 1926 M. 1926-1990 tantangan dan pola relatif sama. Sejak tahun 1990-an sampai saat ini 2023 pola perubahan sosial sangat begitu cepat,” ujarnya. 


Ia mengatakan era disrupsi adalah situasi sosial dan era perubahan pola hidup yang begitu cepat. Seperti penjual jilbab di pasar konvensional tentu akan sangat jauh berbeda dibandingkan dengan aplikasi e-commerce shopee maupun tiktok.


“Ada lagi contoh, seorang ustadz pernah mondok dan banyak sekali hafalan belum siap tampil di stasiun televisi. Sementara ustadz atau ustadzah yang baru belajar, berani tampil di TV,” ungkapnya. 


Menurut Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil Kemenag) Lampung itu, di era disrupsi seperti ini ada dua hal penting yang harus dipahami.  


Pertama, perubahan teknologi yaitu kader Fatayat NU harus bisa memanfaatkan era disrupsi, mampu mengambil peluang. Kader Fatayat NU harus mampu menjadi influencer, selebgram, karena itu kader NU harus dekat dengan digitalisasi. 


Kedua, perubahan tatanan sosial kemasyarakatan. Misalnya sosok guru, sosok teladan bagi siswa, bagi masyarakat, dan lainnya. Guru harus mampu memperhatikan akhlak muridnya agar tidak terjadi perundungan. 


“Kita semua patut bersyukur karena mendapatkan kesempatan yang sangat berharga karena mengikuti kegiatan LKD Fatayat NU ini,” katanya. 


Ia melanjutkan, setelah selesai LKD memiliki tanggung jawab harus menjaga nama baik NU. Harus hadir di dunia maya dan memberi edukasi. Bergerak dengan platform media sosial  untuk menunjukkan sikap moderat. 


“Para kader NU dalam menghadapi tahun politik, harus berada di tengah-tengah yaitu tidak ke kiri dan ke kanan,” tuturnya. 

 

Ia juga memberikan doorprize atau hadiah berupa sarung kepada peserta LKD yang aktif bertanya.

(Rifai Aly)


Warta Terbaru