• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Senin, 29 April 2024

Syiar

Tata Cara Shalat Tarawih: Keutamaan, Lafal Niat, dan Waktunya

Tata Cara Shalat Tarawih: Keutamaan, Lafal Niat, dan Waktunya
Tata Cara Shalat Tarawih: Keutamaan, Lafal Niat, dan Waktunya (Ilustrasi foto: NU Online).
Tata Cara Shalat Tarawih: Keutamaan, Lafal Niat, dan Waktunya (Ilustrasi foto: NU Online).

Kementerian Agama RI telah menetapkan awal Ramadhan 1445 H jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024. Dengan demikian, pada Senin malam, 11 Maret 2024 kita sudah bisa melaksanakan shalat tarawih.


Shalat Tarawih adalah shalat sunnah yang sangat dianjurkan pada bulan Ramadhan. Apalagi di bulan penuh berkah ini, semua pahala akan dilipatgandakan, dan dosa-doa akan diampuni.


Shalat Tarawih memiliki keutamaan yang sangat besar, mengingat amaliah ini tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah semasa hidupnya, dan diteruskan oleh para sahabat dan umat Islam setelah kepergiannya.


Waktu Shalat Tarawih

Waktu pelaksanaan shalat Tarawih adalah pada malam hari setelah shalat Isya dan sebelum shalat Witir. Hukum shalat Tarawih secara berjamaah adalah sunnah kifayah. Karena itu shalat Tarawih juga bisa dilakukan sendiri.  


Rasulullah saw bersabda:


مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ  (متفق عليه)


Artinya: Barang siapa melakukan shalat (Tarawih) pada Ramadhan dengan iman dan ikhlas (karena Allah ta’âlâ) maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu  (Muttafaq ‘Alaih).  


Lafal Niat Shalat Tarawih

Shalat Tarawih sebenarnya tidak memiliki perbedaan jauh dengan shalat pada umumnya. Perbedaannya hanya terletak pada lafal niat yang akan diucapkan. Berikut lafal niat shalat tarawih bagi Imam:  


أُصَلِّي سُنَّةَ التَّرَاوِيْحَ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اِمَامًا لِلهِ تَعَالَى


Ushallî sunnatat tarâwîhi rak’ataini mustaqbilal qiblati imâman lillâhi ta’âlâ.


Artinya: Saya niat shalat Tarawih dua rakaat menghadap kiblat, menjadi imam karena Allah ta’âlâ.


Lafal niat shalat Tarawih bagi makmum:


أُصَلِّي سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى


Ushallî sunnatat tarâwîhi rak’ataini mustaqbilal qiblati ma’mûman lillâhi ta’âlâ.


Artinya: Saya niat shalat Tarawih dua rakaat menghadap kiblat, menjadi makmum karena Allah ta’âlâ.


Teknis  Shalat Tarawih

Setelah membaca lafal niat, dilanjut dengan rukun-rukun setelahnya, yakni takbiratul ihram, membaca doa iftitah, membaca ta’awudz, surat Al-Fatihah, membaca surat-surat pendek, ruku’, i’tidal, berdiri untuk melakukan sujud, sujud, tahiyat, membaca dua kalimat sahadat, membaca shalawat Ibrahim, dan diakhiri salam.


Jumlah rakaat shalat Tarawih sebagaimana pendapat mayoritas mazhab Syafi’i adalah sebanyak 20 rakaat dengan sepuluh salam. Hal itu berdasarkan hadits Rasulullah saw riwayat al-Baihaqi melalui jalur Ibnu Abbas, yaitu:


أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي فِي شَهْرِ رَمَضَانَ فِي غَيْرِ جَمَاعَةٍ عِشْرِينَ رَكْعَةً وَالْوِتْرَ


Artinya: Sungguh Nabi Muhammad saw melakukan shalat di bulan Ramadhan tanpa berjamaah sebanyak dua puluh rakaat dan (ditambah) shalat witir.


Tidak hanya hadits di atas, dalil yang dijadikan pijakan oleh mayoritas ulama mazhab Syafi’i adalah tindakan sahabat Umar bin Khattab ra yang mengumpulkan umat Islam untuk melakukan shalat Tarawih sebanyak 20 rakaat secara berjamaah di masjid. Tindakan ini kemudian diikuti oleh para sahabat.


Sementara Rasulullah saw memerintahkan umat Islam untuk selalu berpedoman pada sunnahnya dan sunnah al-Khulâfâ’ur Râsyidîn setelahnya (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ra).


Rasulullah saw bersabda:


عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ مِنْ بَعْدِيْ


Artinya: Berpegang teguhlah kalian semua dengan sunnahku dan sunnah al-Khulâfâ’ur Râsyidîn sesudahku (az-Zuhaili, al-Fiqhul Islâmi, juz II, halaman 226).


Melalui dalil di atas, ulama mazhab Syafi’i menyepakati bahwa jumlah rakaat shalat Tarawih yang lebih utama adalah 20 rakaat. Mengenai teknisnya, ulama sepakat shalat Tarawih dilakukan dengan 10 kali salam. Artinya, setiap dua rakaat shalat Tarawih ditutup dengan salam, kemudian kembali melakukan dua rakaat dan salam, begitupun seterusnya sampai 20 rakaat.


Keutamaan Shalat Tarawih

Keutamaan shalat Tarawih tidak diragukan. Banyak hadits yang sangat menganjurkan umat Islam untuk melakukannya. Di antara keutamaannya adalah:


Pertama, diampuni semua dosa yang telah lalu. Keutamaan ini sesuai dengan teks hadits yang telah disebutkan di atas, yang artinya, “Barang siapa melakukan shalat (Tarawih) pada bulan Ramadhan dengan iman dan ikhlas (karena Allah ta’âlâ) maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (Muttafaqun ‘Alaih).


Kedua, mendapatkan pahala beribadah satu malam penuh. Keutamaan kedua ini berdasarkan hadits Rasulullah saw riwayat at-Tirmdzi, Ibnu Majah dan an-Nasa’i:


مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ، كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ


Artinya: Barang siapa shalat Tarawih bersama imam sampai selesai, maka untuknya dicatat seperti beribadah semalam.


Demikian penjelasan tentang tata cara shalat tarawih, mulai dari waktu, lafal niat, teknis, dan keutamaannya, sebagaimana dilansir dari NU Online. Semoga dapat memotivasi kita semua untuk tekun dan istiqamah melakukan shalat Tarawih pada bulan Ramadhan ini.
 


Syiar Terbaru