• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Minggu, 5 Mei 2024

Syiar

Inilah Dua Bacaan yang Wajib Diajarkan pada Anak

Inilah Dua Bacaan yang Wajib Diajarkan pada Anak
Inilah Dua Bacaan yang Wajib Diajarkan pada Anak (Foto: NU Online)
Inilah Dua Bacaan yang Wajib Diajarkan pada Anak (Foto: NU Online)

Pendidikan anak menjadi salah satu tanggung jawab utama bagi setiap orang tua. Selain memberikan pengetahuan tentang dunia, pendidikan agama juga menjadi fondasi yang penting dalam membentuk karakter dan nilai-nilai moral anak. 


Dalam agama Islam, ada dua bacaan yang memiliki nilai penting dan dianggap wajib diajarkan kepada anak sejak dini. Bukan hanya sebagai pembelajaran, dua bacaan ini juga membawa makna mendalam dalam perjalanan spiritual anak.


Orang tua mempunyai peran yang sangat vital terhadap masa depan anaknya. Melalui teladan, nilai-nilai, dan pendidikan moral yang diberikan, orang tua sangat berpengaruh terhadap pembangunan sikap, nilai, dan prinsip yang akan menjadi dasar perilaku anak di masa depan.


Peran orang tua dalam mengenalkan Allah atau tauhid kepada anak di masa kecil menjadi satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Melalui percakapan, teladan, dan lingkungan yang kaya akan nilai-nilai agama, akan membantu peningkatan anak dalam pemahaman-pemahaman tauhid pada level dasar. 


Dilansir dari NU Online, dalam Al-Qur’an, Allah memberikan sosok teladan yang bernama Luqman al-Hakim. Pria berkulit hitam ini bukanlah seorang nabi, namun Allah mengabadikan namanya dan menjadikan Luqman sebagai teladan umat Muhammad. 


Pendidikan dasar yang diajarkan Luqman kepada anaknya sehingga ia menjadi teladan adalah soal tauhid, yaitu meyakini keesaan Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah menceritakan:


وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ


Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar (QS Luqman: 13).


Tauhid adalah satu hal yang bersifat teologis-dogmatis, keyakinan tentang Allah sebagai Tuhan menjadi pelajaran pertama seorang anak. Imam Ibnu Ruslan dalam Nadzam Matan Az-Zubad mengatakan: 


أول واجب على الإنسان معرفة الإله باستيقان 


Artinya: Kewajiban pertama kali bagi manusia adalah mengenal Tuhan dengan penuh keyakinan.


Dalam nadzam berikutnya, Ibnu Ruslan menjelaskan:


و النطق بالشهادتين اعتبرا لصحة الإيمان ممن قدرا ان صدق القلب


Artinya: Mengucapkan kedua kalimat syahadah, untuk keabsahan iman bagi orang yang mampu, jika hati membenarkannya (Ibnu Ruslan, Matan Az-Zubad, [Makkah, Maktabah Ats-Tsaqafah, 1984], hlm. 9) 


Pendidikan orang tua yang wajib diajarkan pertama kali terhadap anak yaitu: 

1. Mengenalkan Allah dengan cara mengajari mereka dengan dua kalimah syahadat yaitu: 


أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ


Asyhadu an lâ ilâha illallâh, wa asyhadu anna muhammadar rasûlullâh.


Artinya: Saya bersaksi tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Dan saya bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah.


Iman yang paling tepat adalah hatinya yakin, mulutnya berikrar mau mengakui atau ber-tauhid, serta amal atau tindakannya sesuai. Barangsiapa mulut dan sikapnya sudah tepat, namun hatinya tidak iman, orang ini disebut sebagai orang munafik. Barangsiapa hatinya yakin, sikapnya bagus, namun mulutnya tidak mau berikrar iman, orang ini namanya adalah orang kafir. Sedangkan hati iman, mulut sesuai, tapi sikapnya tidak sesuai, orang seperti ini masuk kategori orang fasik (Ahmad ar-Ramli, Fathurrahman, [Beirut: Darul Minhaj, 2009], hlm. 50)


2. Kerelaan mereka terhadap Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Nabi Muhammad sebagai utusan. Habib Ali bin Abdurrahman al-Masyhur mengatakan, satu hal yang pertama kali diajarkan ulama salaf terhadap anak-anak mereka adalah bacaan:


رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وِبِالإِسْلَامِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَرَسُوْلًا


Radhītu billāhi rabbā, wa bil islāmi dīnā, wa bi Muhammadin shallallāhu ‘alaihi wa sallama nabiyyan wa rasūlā.


Artinya: Aku rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Nabi Muhammad ﷺ sebagai nabi dan rasul (Habib Zein bin Ibrahin bin Sumaith, Al-Manhajus Sawi, [Tarim: Darul Ilmi wad Da’wah, 2005] hlm. 506)


Ikrar ‘radhîtu’ ini sangat penting karena kalimat ini merupakan sebuah pengakuan atau sebuah bentuk deklarasi seseorang atas keimanannya. Barangsiapa yang benar-benar mengakui bahwa Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Nabi Muhammad sebagai Nabi, berarti eksistensi ketiga hal ini diakui oleh orang tersebut.


Apabila seseorang meyakini ketiga hal ini eksis, otomatis orang tersebut akan patuh terhadap semua aturan-aturan yang telah ditetapkan baik soal ibadah, halal-haram, hudud, muamalat, munakahat, dan lain sebagainya. 


Demikian dua bacaan yang wajib diajarkan pertama kali oleh orang tua pada anaknya yaitu pelajaran membaca dua kalimat syahadah dan radlitu. Semoga dengan mengajarkan dua bacaan ini kepada anak-anak, kita dapat membantu mereka membangun fondasi agama yang kokoh dan mengarahkan mereka menuju kehidupan yang penuh makna dan berkah.
 


Syiar Terbaru