• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Minggu, 30 Juni 2024

Syiar

Dalil Menghadiahkan Pahala Kepada Orang yang Telah Meninggal

Dalil Menghadiahkan Pahala Kepada Orang yang Telah Meninggal
Ilustrasi seseorang mendoakan yang sudah meninggal (Foto: NU Online)
Ilustrasi seseorang mendoakan yang sudah meninggal (Foto: NU Online)

Masyarakat Muslim Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja), terkhusus warga Nahdlatul Ulama (NU) sering melakukan ibadah dan perbuatan baik lainnya yang dikhususkan kepada orang yang telah meninggal dunia.


Biasanya menyebutkan secara khusus niat sedekahnya dengan kata-kata yang langsung ditujukan kepada mayit, contohnya lafadz khususan ila ruh, atau jika menggunakan bahasa Indonesia dengan kata-kata, aku/kami niatkan sedekah atau ibadah ini (disebutkan bentuk sedekah atau ibadahnya) yang pahalanya diberikan kepada mayit ini (sebutkan namanya). 


Mengenai tradisi tersebut, apakah diperbolehkan dalam ajaran Islam? Lalu apakah pahala yang dikirimkan kepada orang yang telah meninggal akan sampai?


Mengenai masalah mendoakan dan menghadiahkan pahala kepada orang yang telah meninggal dunia, mayoritas ulama berpendapat sampai. Hal ini berdasarkan Hadits Rasulullah saw dari Aisyah ra yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: 


عن عائشة رضي الله عنهما أن رجلا أتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال يا رسول الله إن أمي أفتلتت نفسها ولم توص وأظنها لو تكلمت تصدقت أفلها أجر إن تصدقت عنها؟, قال نعم (صحيح مسلم, رقم ١٦٧٢). 


An ‘Aisyata radliyallahu ‘anhaa anna rajulan atan Nabiyya shallallahu ‘alaiihi wasallama faqaala yaa Rasulallahi inna ummiy uftulitat nafsuhaa wa lam tushi wa adzunnuhaa lau takallamat tashaddaqat afalahaa ajrun in tashaddaqtu ‘anhaa? Qaala na’am.


Artinya: Dari ‘Aisyah ra, seorang laki-laki bertanya kepada Nabi saw, “Ibu saya meninggal dunia secara mendadak dan tidak sempat berwasiat. Saya menduga seandainya ia dapat berwasiat, tentu ia akan bersedekah. Apakah ia akan mendapat pahala jika saya bersedekah atas namanya?” Nabi Muhammad saw menjawab, “Iya” (Shahih Muslim, 1672). 


Sependapat dengan perkataan Rasulullah saw, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa pahala yang diberikan kepada mayit maka akan sampai pahala tersebut. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Hukm al-Syari’ah al-Islamiyah fi Ma’tam al-Arba’in halaman 36: 


قال شيخ الأسلام تقي الدين احمد بن تيمية في فتاويه، الصحيح أن الميت ينتفع بجميع العبادات البدنية من الصلاة والصوم والقراءة كما ينتفع بالعبادات المالية من الصدقة ونحوها باتفاق الأئمة وكما لو دعي له واستغفر له (حكم الشريعة الإسلامية في مأتم الأربعين: ٣٦). 


Qaala Syaikhul Islami Taqiyuddini achmadu Ibnu taymiyyata fii fataawiihi, ashahihu annal mayta yantafi’u bijamii’il ‘ibaadaatil maaliyyati minash shadaqati wa nahwihaa bittifaaqil aimmati wa kamaa lau du’iya lahu wastughfira lahu.


Artinya: Syaikh Islam Ibnu Taimiyah mengatakan dalam kitab Fataawanya bahwa pendapat yang benar dan sesuai dengan kesepakatan para imam adalah bahwa mayit dapat memperoleh manfaat dari semua ibadah, baik ibadah badaniyah seperti shalat, puasa, membaca Al-Qur’an, ataupun ibadah maliyah seperti sedekah dan lain-lainnya. Hal yang sama juga berlaku untuk orang yang berdoa dan membaca istighfar untuk mayit (Hukm al-Syari’ah al-Islamiyah fi Ma’tam al-Arba’in halaman, 36). 


Dari keterangan di atas sangat jelas bahwa mensedekahkan harta maupun bacaan-bacaan doa dan Al-Qur’an yang pahalanya ditujukan kepada mayit, maka pahala tersebut akan sampai. 


Pernyataan tersebut juga banyak ditemukan diberbagai kitab para ulama salaf, seperti dalam kitab Nailul Awthar juz 4 halaman 142, kitab Al-Adzkar Imam Nawawi halaman 150, kitab Al-Ruh halaman 143, dan yang lainnya. 


Dalam kitab Al-Dakhirah al-Tsaminah halaman 64, dikatakan bahwa Imam Syafi’i pernah berziarah ke makam Layts bin Sa’d kemudian beliau membaca Al-Qur’an sekali khatam, kemudian Imam Syafi’i berkata: Saya berharap semoga perbuatan seperti ini (membaca Al-Qur'an di depan makam Imam al-Layts) tetap berlanjut dan senantiasa dilakukan.


Sedangkan dalam kitab Dalil Al-Falihin juz 6 halaman 103, Imam Syafi'i menyatakan bahwa: 


ويستحب أن يقرأ عنده سيء من القرأن وإن ختموا القرأن كله كان حسنا (دليل الفالحين ، ٦: ١٠٣). 


Wa yustahabbu an yuqra a ‘indahu syaiun minal qur’aani wa In khatamul qur’ana kullahu kaana hasanan.


Artinya: Disunnahkan membaca sebagian ayat Al-Qur’an di dekat mayit, dan lebih baik lagi jika mereka (pelayat) membaca Al-Qur’an sampai khatam (Dalil Al-Falihin, 6: 103). 

(Yudi Prayoga)
 


Syiar Terbaru