• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Syiar

6 Hikmah Disyariatkannya Puasa

6 Hikmah Disyariatkannya Puasa
foto ustadzah Siti Masyithah
foto ustadzah Siti Masyithah

Oleh Ustadzah Siti Masyithah, M.Pd.

 

PUASA memiliki banyak sekali hikmah dalam pelaksanaannya. Namun tidak semua dapat kita temukan atau kita sadari, mengingat keterbatasan akal dan pikiran  kita sebagai manusia biasa.

 

Mengutip dari kitab Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuhu, karangan Syaikh Ali Ahmad Al-Jurjawi, salah seorang ulama di Universitas Al-Azhar Kairo, menyebutkan bahwa ada 6 hikmah diwajibkannya berpuasa yang secara ringkas dijelaskan sebagai berikut:

 

Pertama, ungkapan syukur kepada Allah swt melalui puasa yang merupakan salah satu ibadah. Karena ibadah dalam bentuk apapun adalah wujud syukur hamba kepada penciptanya.

 

Kedua, menjadi hamba yang dapat menjaga amanah dari Allah. Karena perintah menahan untuk tidak makan, minum dan menahan dari segala yang dapat membatalkan puasa adalah sebuah amanah. Sedang yang bisa melaksanakannya hanyalah hamba yang dapat menahan hawa nafsunya, bahkan dalam keadaan tersembunyi sekalipun.

 

Ketiga, ikhlas dalam beribadah. Manusia yang tidak berpuasa tidak berbeda jauh dengan hewan. Tidak bisa menahan hawa nafsunya dalam banyak keinginan terutama, makan, minum dan syahwat. Sementara dalam keadaan berpuasa, manusia akan berpaling pada mode ke-malaikat-an. Melaksanakan ibadah dengan penuh keikhlasan. Maka tidak salah jika mayoritas ulama menganjurkan agar mengurangi atau menahan perut dari banyak makan ketika ingin konsentrasi belajar, apalagi ketika mengarang kitab.

 

Keempat, menjaga kesehatan. Betapa banyak keterangan yang bisa kita dapatkan tentang manfaat puasa untuk kesehatan. Imam Hafizhuddin Abdullah bin Ahmad Annisfi menambahkan kisah dalam mentafsiri ayat Al-Quran Surat Al-A’raf ayat 13:

 

وكلوا واشربوا ولا تسرفوا إن الله لا يحب المسرفين.

 

Ketika ada seorang dokter Nasrani pintar yang bertanya kepada Ali bin Husain Al-Waqid, tentang apa yang telah Tuhanmu ajarkan tentang ilmu fisik (kesehatan)?. Ali menjawab, ada dalam separuh ayat di surat Al-A’raf di atas. Dan apa yang diajarkan Nabimu tentang kesehatan?. Ali menjawab ada dalam sabda Nabi: 

 

المعدة بيت الداء والحمية رأس الدواء واعط كل بدن ما عودته

 

Lambung adalah tempat segala penyakit, menjaga adalah inti dari segala pengobatan, maka berilah pada setiap anggota tubuh apa saja yang menjadi kebiasaannya.”

 

Maka puaslah dokter tersebut dengan jawaban itu, sambil berkata “Sungguh kitabmu dan Nabimu telah meninggalkan resep kedokteran yang ampuh.”

 

Kelima, melemahkan hawa nafsu yang berkaitan dengan syahwat. Sesuai sabda Nabi Muhammad saw:

 

يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء

 

Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk menikah, maka menikahlah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat membentengi dirinya.”

 

Keenam, timbulnya rasa kasih sayang atau kepedulian sosial terhadap sesama. Karena apa yang dirasakan oleh orang yang berpuasa sama halnya dengan yang dirasakan oleh kaum dhu’afa, yang selalu menahan haus dan lapar.

 

Dikisahkan bahwa Nabi Yusuf As konon tidak makan dan tidak minum hingga beliau merasa sangat lapar demi merasakan apa yang telah dirasakan oleh orang fakir miskin yang sangat sengsara. 


Diantara hikmah puasa yang dapat diambil dari hadits Nabi saw yang lainnya yakni: 

 

من جاع بطنه عظمت فكرته وفطن قلبه

 

Barang siapa yang lapar perutnya, maka akan fokus pikirannya dan cerdas hatinya”.
Demikian pula Luqman al-Hakim memberikan nasihat kepada anaknya: 

 

يا بني إذا امتلأت المعدة نامت الفكرة وخرست الحكمة وقعدت الأعضاء عن العبادة

 

Wahai anakku, ketika lambungmu terasa penuh, maka daya fikirmu akan tertidur, banyak hikmah akan menghilang, dan malasnya anggota tubuh untuk melaksanakan ibadah”.  

 

Para ahli kedokteran pun menyarankan pada hal demikian dari puasa:

 

الدواء الذي لا داء معه لا تأكل الطعام حتى تشتهيه

 

Obat yang tidak akan terkena lagi penyakit padanya adalah tidak makan sampai ia menginginkannya atau membutuhkannya.

 

Dan sebagaimana yang telah disampaikan diatas, bahwa masih banyak sekali hikmah- hikmah puasa yang lain yang mungkin bisa kita temukan pada hadits- hadits Nabi ataupun kalam hikmah para ulama bahkan juga dari sisi kedokteran. Semoga kita juga dapat menemukan hikmah mulia dari puasa sebagai ibadah yang telah diwajiban oleh Allah swt kepada hamba-Nya.

 

Penulis adalah Ketua Jam'iyyah Perempuan Pengasuh Pesantren dan Muballighah (JP3M) Bandar Lampung


Syiar Terbaru