Pernik

Tradisi Penjamasan Pusaka Malam Satu Sura Bukan Hal yang Musyrik

Selasa, 9 Juli 2024 | 11:09 WIB

Tradisi Penjamasan Pusaka Malam Satu Sura Bukan Hal yang Musyrik

Penjamasan keris (Foto: Istimewa)

Bandar Lampung, NU Online Lampung

Masyarakat Islam di Indonesia memiliki kesenian dan budaya yang beragam serta unik, salah satunya tradisi penjamasan pusaka dan Grebeg Suro ketika memasuki malam 1 Muharram.Ā 


Bulan Muharram sendiri jika di tanah Jawa dikenal dengan bulan Sura/Suro yang berasal dari kata Asyura yang berarti hari ke-10. Karena pada hari ke-10 Muharram banyak kisah yang terjadi, baik bagi para Nabi maupun umat Islam.


Tradisi penjamasan pusaka juga dilaksanakan oleh Komunitas Keris Nusantara (KKN) Lampung di pondok pesantren Al Hikmah Kedaton Bandar Lampung, Ahad (7/7/2024) malam.


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ā€˜jamas’ bermakna membersihkan dan menyucikan (tentang keris), sedangkan kata ā€˜jamasan’ bermakna ritual penyucian benda-benda pusaka, seperti keris, dengan menggunakan air kembang.Ā 


Dari KBBI tersebut sebenarnya sudah jelas, bahwa penjamasan pusaka merupakan suatu pekerjaan membersihkan pusaka dari kotoran. Jika keris dibersihkan karatnya, jika pakaian dibersihkan nodanya, dan sebagainya.Ā 


Dalam ritual tersebut tidak ada kemusyrikan (menyekutukan Allah swt) sama sekali. Tidak ada yang menyembah keris dan pusaka lainnya, tidak ada yang menganggapnya sebagai Tuhan.Ā 


Perlu diketahui, sesungguhnya keris dan pusaka tidak memberikan manfaat dan madlarat (bahaya) kecuali atas izin dari Allah swt. Jika ada kemanfaatan itu berasal dari Allah semata, bukan dari bendanya. Karena benda pusaka merupan makhluk, dan seluruh makhluk di alam semesta tidak memiliki kekuatan, kecuali atas izin Allah swt.Ā 


Lalu di mana kemusyrikannya seperti yang digembor-gemborkan? Jawabannya tidak ada. Karena musyrik terletak di dalam hati dan pikiran. Seperti jika kita menganggap pusaka memiliki kekuatan atas dirinya sendiri. Hal ini sama dengan kita, jika kita meyakini yang menyembuhkan kita adalah obat tertentu, atau meminum obat tertentu, atau kita meyakini yang membakar kayu adalah api, padahal api hanyalah makhluk, sedangkan yang membakar sejatinya adalah Allah swt.


Kenapa keris dan pusaka lainnya harus dijamas atau dicuci? Karena jika tidak, maka akan berkarat dan lama kelamaan akan rusak, padahal keris sendiri merupakan benda warisan dunia yang diakui Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melalui United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pada 25 November 2005.Ā 


PBB menganggap keris dari Indonesia sebagai karya agung warisan kemanusiaan yang dimiliki seluruh bangsa di dunia. Maka dari itu memerlukan upaya pelestarian dan pemeliharaan kelangsungan keris. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Hindu yang baru dilantik pertengahan September 2022, Prof Nengah Duija menegaskan, keris juga mencerminkan nilai persahabatan (solidaritas) karena dapat digunakan sebagai cenderamata lintas budaya, bangsa dan agama.


Dalam penjamasan perawatan pusaka, dibutuhkan beberapa media, seperti air kelapa dan jeruk purut untuk merontokkan karat, air mineral biasa untuk membilas, bunga sebagai pewangi alami dan minyak wangi oles untuk pewangi buatan. Apakah ada penyekutuan kepada Allah swt? Jawabannya tidak ada sama sekali.Ā 


Setelah pusaka dijamas, maka pusaka akan diberi kain dan diberi minyak wangi kembali, umumnya dengan kain mori atau kafan, tujuannya untuk melindungi kerangka/warangka/wadah keris dari kerusakan yang disebabkan oleh hewan rayap (pemakan kayu), maupun yang lainnya.Ā 


Jika ada yang bertanya kenapa tidak dibungkus dengan kain yang lainnya, ataupun plastik, jawabanya silakan saja, tetapi dengan warna putih kita akan lebih tahu tentang seberapa kotornya kain ketika terkena kotoran. Juga dalam Islam sendiri warna putih melambangkan kemuliaan, kejernihan dan kesucian.


Sedangkan penjamasan dilakukan pada malam 1 Muharram itu juga hanya teknis waktu saja, mengikuti adat istiadat. Dalam kaidah fiqih, adat bisa menjadi hukum asalkan tidak menyalahi syariat. Apakah membersihkan pusaka pada malam 1 Muharram menyalahi syariat? Jawabannya tidak.Ā 


Hal ini sebagaimana juga dengan upacara kenaikan bendera merah putih yang umumnya di sekolah dilakukan setiap hari Senin. Apakah boleh di luar hari Senin? Boleh saja yang penting saling menyetujui, baik pemerintah maupun rakyat. Apakah boleh juga menjamas pusaka di luar 1 Muharram? Jawabannya juga sama, yakni boleh dan sangat boleh.Ā 


Maka dari itu, mari lestarikan penjamasan pusaka. Jangan-jangan selama ini, kita sengaja dijauhkan dengan seni dan budaya leluhur baik kita sendiri, dengan mengatasnamakan doktrin agama, seperti musyrik, sesat dan kufur.Ā 


Jika ada yang memiliki maupun membawa keris dilabeli sebagai dukun, dianggap seolah anti syariat Islam (agama). Padahal di zaman kerajaan Islam awal, jika di pulau Jawa dikenal dengan era Wali Songo, para ulama, kiai, pejabat semua menggunakan keris sebagai jati diri bangsa, sebagai kewibawaan dan sebagai seni budaya yang luhur.Ā 


Kita didoktrin agar menjauhi pusaka milik kita sendiri, dengan fitnah bersekutu dengan jin, dan kita juga dipaksa mengakui kebudayaan orang lain, seperti pedang ala Timur Tengah, Katana Jepang, pedang ala Eropa dan menganggapnya hal yang keren jika di pajang di rumah.Ā 

(Yudi Prayoga)Ā 
Ā