• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Opini

Zionis Israel, Yahudi Non Ya’kubiyah

Zionis Israel, Yahudi Non Ya’kubiyah
Sekretaris MUI Kota Bandar Lampung, Ustadz Abdul Aziz. (Foto: Istimewa)
Sekretaris MUI Kota Bandar Lampung, Ustadz Abdul Aziz. (Foto: Istimewa)

Doktrin ‘bangsa pilihan Tuhan dan bumi yang dijanjikan Tuhan’ muncul pertama kali dan terus digemakan oleh para pemuka Yahudi saat Bangsa Yahudi dalam kekangan pada masa perbudakan Raja Nebuchadnezzar II di wilayah Kerajaan Babilonia, setelah Nebuchadnezzar II berhasil menghancurkan Kerajaan Israel di Bumi Yerusalem pada 585 SM. 


Efek jangka pajang doktrin ini luar biasa, berhasil membangun militansi persaudaraan sesama Yahudi. Solidaritas dan soliditas etnis yang kuat, selalu memandang rendah etnis Non-Yahudi, sehingga mengalami surplus kepercayaan diri yang melampaui batas, adanya kesamaan harapan besar yang harus diperjuangkan, yaitu ‘Bumi yang dijanjikan Tuhan’.


Hal tersebut yakni Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim, keturunan Ya’kub disebut Bani Israil. Nabi Ya’kub memiliki 12 anak dari 4 orang istrinya, yaitu Syam’un, Rawbin, Lewi, Yahuda, Yazakir, dan Zabulan dari istri pertama. Benyamin dan Yusuf dari istri kedua. Kan dan Asyar dari istri ketiga. Daan dan Naftali dari istri keempat. 


Sepeninggal Raja Daud as, dan Raja Sulaiman as, suku Benyamin dan Yahuda bergabung mendirikan Kerajaan Yahuda atau Yehuda. Sedangkan 10 suku yang lain bergabung mendirikan Kerajaan Israel, namun kelak dikemudian hari dikoloni oleh Bangsa Syiria atau Asyiria.


Penduduknya banyak diperdagangkan ataupun ditransmigrasikan ke suluruh wilayah Syiria, baik sebagai budak maupun pekerja. Sisanya melarikan diri, asimilasi yang lama dan melelahkan membuat identitas sebagai Bani Israil hilang ditelan peradaban, kemudian populer dengan istilah ‘sepuluh suku yang hilang’.


Kerajaan Yahuda atau Yehuda masih bisa bangkit kembali pasca dihancurkan oleh Nebuchadnezzar II dari Babilonia, namun betul-betul luluh lantak setelah dihancurkan oleh Kaisar Titus Romawi pada tahun 70 M. 


Hal itu Karena yahudi berusaha memberontak pada Romawi, banyak yang meninggal, diperbudak, dijual sebagai budak, sebagian kecil sisanya lari ke berbagai belahan dunia, serta berasimilasi dengan banyak ras dan etnis lainnya.


Sejumlah kabilah pengembara berdarah blasteran Turki-Mongolia pada abad pertama Masehi, bergerak menuju arah Barat Asia, melintasi daerah utara Laut Kizwin dan Laut Mati, lalu mendirikan Kerajaan Kojar. 


Efek panjang dari diaspora pemuka Yahudi pasca dihancurkan Raja Nebuchadnezzar II, ada yang sampai dan bermukim di Kerajaan Kojar, tentu dalam jumlah yang sangat sedikit. Karena tidak mungkin mengajarkan agama Yudaisme kepada minoritas etnis Yahudi di pengasingan, Yudaisme akhirnya diajarkan kepada masyarakat kojar. 


Jadilah rakyat Kojar menjadi pemeluk setia agama dan Bangsa Yahudi baru. Kerajaan Kojar Yahudi mengalami kejayaan cukup lama, dari abad 1 sampai 9 M. 


Sejarah berubah drastis setelah pada tahun 965 M. Kerajaan Kojar dikalahkan, dikuasai dan dikoloni oleh Kerajaan Slavia, sebagian besar Yahudi Kojar berdiaspora ke Eropa Timur, Rusia, Eropa Barat, dan Amerika Utara. 


Kelompok inilah yang disinyalir kuat oleh para pakar sejarah yang menginisiasi Zionisme Internasional dan berhasil menginvasi Bumi Palestina menjelang berakhirnya Perang Dunia Pertama. 


Jadi, Zionis Israel yang mendirikan Negara Israel dan menganeksasi Palestina saat ini bukanlah Bani Israil (Nabi Ya’kub as), bukanlah keturunan Nabi Ishaq as bin Nabi Ibrahim as, bukanlah anak cucu Nabi Ya’qub as. 


Mereka adalah Yahudi Non-Semitik, yakni Yahudi Kojar dengan ras induknya Turki-Mongolia. Inilah yang dikenal dengan Yahudi Ashkenazi atau Yahudi Ezkinaz. Wallahua’lam bish shawab.


Ustadz Abdul Aziz, Sekretaris MUI Kota Bandar Lampung
 


Opini Terbaru