H Puji Raharjo
Penulis
Hari ini, lembaran baru kehidupan kita terbuka. Ramadhan 1446 H telah tiba, membawa kesempatan emas untuk menjadikan diri lebih baik dari sebelumnya. Ramadhan bukan sekadar ritual tahunan.
Ramadhan adalah momen perubahan, medan latihan ketakwaan, dan ajang pembuktian diri. Puasa kali ini tidak boleh sama seperti tahun lalu. Kita harus menjadikannya lebih bermakna, lebih bernilai, dan lebih berkesan dalam perjalanan spiritual kita.
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS Al-Baqarah: 183).
Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus. Ia adalah alat untuk menguji kesabaran, menahan hawa nafsu, memperbaiki akhlak, dan mendekatkan diri kepada Allah. Ramadhan ini adalah momentum untuk elevasi spiritual. Tidak boleh ada Ramadhan yang berlalu tanpa perubahan.
Ramadhan bukan sekadar rutinitas tahunan yang berlalu begitu saja, melainkan momentum untuk perubahan nyata dalam diri kita. Jika sebelumnya kita hanya menjalani Ramadhan secara otomatis berpuasa di siang hari, berbuka saat maghrib, dan kembali ke kebiasaan lama setelahnya.
Maka kali ini kita harus memaksimalkan setiap momen dengan tekad yang lebih kuat. Kita harus menetapkan target yang jelas, memastikan bahwa Ramadhan ini benar-benar membawa peningkatan dalam ibadah, akhlak, dan hubungan dengan sesama.
Tidak cukup hanya berniat ingin menjadi lebih baik, tetapi harus disertai dengan langkah konkret dan konsisten. Dengan kesadaran penuh, kita perlu menjalani Ramadhan dengan komitmen untuk menjadikannya lebih bermakna, lebih produktif, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu, ada lima resolusi utama yang harus kita laksanakan agar Ramadan tahun ini benar-benar menjadi titik balik dalam kehidupan spiritual kita.
1. Puasa dengan Kualitas, Bukan Sekadar Menahan Lapar
Puasa bukan hanya soal tidak makan dan minum, tetapi mengendalikan diri dari keburukan. Ramadan ini kita harus lebih menjaga hati, lisan, dan tindakan. Rasulullah saw bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Artinya: Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak butuh pada puasanya, meskipun ia meninggalkan makan dan minumnya (HR Bukhari)
Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang mengendalikan diri secara menyeluruh, termasuk emosi, perkataan, dan perbuatan. Banyak orang mampu menahan diri dari makan dan minum, tetapi gagal menahan amarah, gosip, dan perkataan yang menyakiti orang lain.
Padahal, Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak butuh pada puasanya, meskipun ia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR Bukhari).
Oleh karena itu, Ramadhan ini harus menjadi latihan pengendalian diri yang lebih baik dari sebelumnya. Saat muncul rasa marah, ingatlah bahwa puasa adalah bentuk ibadah yang membutuhkan kesabaran.
Saat muncul keinginan untuk berbicara yang tidak bermanfaat, tahan dan ganti dengan dzikir atau kata-kata yang membawa kebaikan. Hindari pertengkaran, perdebatan yang tidak perlu, serta kebiasaan menghabiskan waktu dengan hal-hal yang sia-sia.
Ramadhan ini harus menjadi ajang perbaikan diri yang nyata, di mana kita benar-benar mampu mengontrol emosi, menjaga lisan, dan menjauhkan diri dari segala perbuatan yang tidak membawa manfaat bagi dunia maupun akhirat.
2. Ramadhan Ini Harus Lebih Dekat dengan Al-Qur’an
Ramadhan adalah bulan turunnya Al-Qur’an. Tidak ada alasan untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai bacaan sampingan.
Allah berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًۭى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍۢ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ
Artinya: Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang benar dan yang batil) (QS Al-Baqarah: 185).
Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an, sehingga interaksi kita dengan kitab suci ini harus lebih intens daripada bulan-bulan lainnya. Tidak cukup hanya membaca, tetapi juga memahami maknanya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka, Ramadhan ini harus menjadi momen peningkatan kualitas hubungan kita dengan Al-Qur’an. Tidak cukup hanya membaca sekadarnya, tetapi harus lebih terstruktur dan disiplin.
Target minimal 1 juz per hari harus diusahakan, bahkan lebih jika memungkinkan. Jika sebelumnya kita hanya membaca tanpa memahami, Ramadhan ini harus berbeda, luangkan waktu untuk mentadabburi ayat-ayatnya, mencari makna, dan menerapkannya dalam kehidupan.
Al-Qur’an bukan sekadar bacaan, tetapi pedoman hidup yang harus diamalkan. Ramadhan ini adalah waktu terbaik untuk membiasakan diri hidup bersama Al-Qur’an, agar keberkahannya terus mengalir bahkan setelah Ramadan berlalu.
3. Ramadhan Ini Harus Lebih Dermawan
Jangan hanya sibuk memperbaiki diri, tetapi perbaiki juga hubungan sosial dengan berbagi kepada sesama. Rasulullah saw adalah manusia paling dermawan, terutama di bulan Ramadhan.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:
كَانَ النَّبِيُّ ﷺ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ
Artinya: Nabi saw adalah manusia yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadan (HR Bukhari).
Sedekah tidak harus menunggu kaya, karena kebaikan bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan dalam bentuk apa saja. Rasulullah saw dan para sahabat telah mencontohkan bahwa bersedekah bukan hanya soal harta, tetapi juga bisa berupa tenaga, ilmu, perhatian, bahkan sekadar senyuman dan kata-kata yang baik.
Salah satu contoh inspiratif adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq yang menyedekahkan hampir seluruh hartanya di jalan Allah, sementara Umar bin Khattab menyedekahkan separuhnya. Namun, ada pula sahabat seperti Abu Dzar Al-Ghifari yang meskipun tidak memiliki banyak harta, tetap bersedekah dengan membantu orang lain, memberi motivasi, dan menunjukkan akhlak yang baik.
Rasulullah saw bersabda, “Setiap amal kebaikan adalah sedekah.” (HR. Muslim). Oleh karena itu, Ramadhan ini harus menjadi momentum untuk memperbanyak sedekah, bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk bantuan nyata bagi sesama.
Berbagi makanan berbuka dengan orang lain, membantu mereka yang membutuhkan, atau sekadar memberikan doa dan dukungan kepada orang yang sedang kesulitan juga merupakan bentuk sedekah. Jangan menunggu berlimpah harta untuk bersedekah, karena yang terpenting adalah keikhlasan dan kepedulian kita terhadap sesama.
4. Lebih Banyak Berdiri dalam Shalat Malam
Ramadhan bukan hanya tentang siang hari, tetapi juga menghidupkan malam dengan ibadah. Tarawih, witir, tahajud, dan doa adalah kunci keberkahan Ramadan.
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya:Barang siapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (HR Bukhari dan Muslim)
Ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan, di mana setiap ibadah dilipatgandakan pahalanya. Oleh karena itu, jangan sampai kita melewatkan kesempatan emas ini dengan bermalas-malasan.
Shalat tarawih harus dijaga dengan penuh kesungguhan, karena ia merupakan salah satu amalan utama di bulan Ramadan. Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim).
Selain tarawih, tambahkan juga shalat tahajud sebagai bentuk kedekatan dengan Allah di sepertiga malam terakhir, waktu terbaik untuk berdoa dan memohon ampunan. Jangan lewatkan pula untuk memperbanyak doa, karena doa di bulan Ramadan sangat mustajab. Ini adalah waktu di mana kita bisa meminta apa saja kepada Allah, baik itu ampunan, hidayah, keteguhan iman, dan segala kebaikan dunia serta akhirat. Jangan biarkan Ramadan berlalu tanpa memanfaatkan malam-malamnya dengan ibadah terbaik!
5. Ramadhan Harus Jadi Titik Balik Hidup
Ramadhan bukan hanya sekadar ibadah, tetapi harus menjadi transformasi karakter dan kebiasaan. Tidak boleh ada Ramadan yang berlalu tanpa ada perubahan. Allah berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri (QS Ar-Ra’d: 11)
Ramadhan bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga momen terbaik untuk melakukan perubahan nyata dalam diri kita. Ini adalah kesempatan untuk membersihkan jiwa, memperbaiki akhlak, dan meninggalkan kebiasaan buruk yang selama ini menghambat kedekatan kita dengan Allah.
Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang berpuasa Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim).
Namun, perubahan tidak boleh berhenti hanya di bulan ini. Ramadhan harus menjadi titik balik untuk membangun karakter baru, yaitu lebih disiplin, lebih sabar, lebih dermawan, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Jika selama ini kita lalai dalam shalat, Ramadhan harus menjadi awal kedisiplinan. Jika kita sering berkata kasar, Ramadan adalah waktu untuk memperbaiki lisan.
Jika kita masih enggan berbagi, saatnya kita membiasakan diri dengan sedekah. Yang terpenting, perubahan ini harus terus kita pertahankan setelah Ramadan berlalu, agar keberkahan bulan suci ini terus mengalir dalam kehidupan kita sepanjang tahun.
Ramadhan bukan tentang menggugurkan kewajiban, tetapi tentang memaksimalkan kesempatan! Hari pertama ini adalah awal perjalanan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (HR Bukhari dan Muslim)
Ramadhan 1446 H bukan Ramadhan biasa. Ini adalah kesempatan emas untuk berubah, jangan sia-siakan. Tingkatkan ibadah, perbaiki diri, dan manfaatkan Ramadhan sebagai titik balik kehidupan. Selamat menjalankan Puasa Ramadan 1446 H! Mari kita buktikan bahwa puasa tahun ini benar-benar lebih baik.
H Puji Raharjo Soekarno, Ketua Tanfidziyah PWNU Lampung
Terpopuler
1
Keutamaan Hari Tasyrik dan Amalan yang Dapat Dilakukan
2
Resmi Dilantik, Berikut Susunan Kepengurusan PW GP Ansor Lampung Masa Khidmah 2024-2028
3
GP Ansor Lampung Gelar Pelantikan Pengurus 2024-2028 di UIN Raden Intan, Tandai Kebangkitan Baru
4
Bolehkah Menerima Kurban dari Non-Muslim?
5
Saat Kang Jalal Pringsewu Robohkan Sapi Presiden Prabowo
6
PW GP Ansor Lampung Lantik LP3H, Komitmen Kuat Dampingi Sertifikasi Halal UMKM
Terkini
Lihat Semua