Opini

Makna dan Tingkatan Puasa Menurut Imam Al-Ghazali

Senin, 3 Maret 2025 | 08:00 WIB

Makna dan Tingkatan Puasa Menurut Imam Al-Ghazali

Ketua Tanfidziyah PWNU Lampung, H Puji Raharjo. (Foto: Istimewa)

Puasa bukan hanya ibadah fisik, tetapi juga latihan spiritual untuk membersihkan hati dan menundukkan hawa nafsu. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin dan Asrarus Shaum menegaskan bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, melainkan jalan menuju kesempurnaan rohani.


Beliau mengutip hadis Rasulullah saw yang menegaskan keutamaan puasa:


Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŲ§ Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŁŠŁŽŲ§Ł…Ł Ų¬ŁŁ†Ł‘ŁŽŲ©ŁŒŲŒ ŁŁŽŲ„ŁŲ°ŁŽŲ§ ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽ ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…Ł ŲµŁŽŁˆŁ’Ł…Ł Ų£ŁŽŲ­ŁŽŲÆŁŁƒŁŁ…Ł’ŲŒ ŁŁŽŁ„Ų§ŁŽ ŁŠŁŽŲ±Ł’ŁŁŲ«Ł’ ŁˆŁŽŁ„Ų§ŁŽ ŁŠŁŽŲµŁ’Ų®ŁŽŲØŁ’ŲŒ ŁŁŽŲ„ŁŁ†Ł’ Ų³ŁŽŲ§ŲØŁ‘ŁŽŁ‡Ł Ų£ŁŽŲ­ŁŽŲÆŁŒ Ų£ŁŽŁˆŁ’ Ł‚ŁŽŲ§ŲŖŁŽŁ„ŁŽŁ‡ŁŲŒ ŁŁŽŁ„Ł’ŁŠŁŽŁ‚ŁŁ„Ł’: Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŁŠ ŲµŁŽŲ§Ų¦ŁŁ…ŁŒ


Artinya: Sesungguhnya puasa adalah perisai. Maka pada hati seseorang di antara kalian berpuasa, janganlah ia berkata kotor dan janganlah ia bertengkar. Jika seseorang mencacinya atau mengajaknya berkelahi, hendaklah ia berkata: ā€˜Aku sedang berpuasa’ (HR Bukhari dan Muslim).


Hadits ini menegaskan bahwa hakikat puasa bukan hanya menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi juga menjaga lisan, perbuatan, dan hati dari segala keburukan. Oleh karena itu, dalam ajaran Al-Ghazali, puasa memiliki tingkatan spiritual yang menunjukkan kualitas hubungan seseorang dengan Allah.


Tiga Tingkatan Puasa menurut Al-Ghazali

Puasa kaum awam, yaitu tingkatan dasar, merupakan menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri dari fajar hingga maghrib. Puasa dalam tingkatan ini hanya berfokus pada aspek fisik, tanpa menyentuh aspek spiritual yang lebih dalam seperti pengendalian diri dari dosa-dosa batin.


Puasa kaum khusus, adalah pada tingkatan ini seseorang tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan seluruh anggota tubuh dari dosa. Mata dijaga dari pandangan haram, lisan dijaga dari ucapan yang sia-sia, dan hati dijaga dari kebencian serta kesombongan. Rasulullah saw bersabda:


Ł„ŁŽŁŠŁ’Ų³ŁŽ Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŁŠŁŽŲ§Ł…Ł Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ų£ŁŽŁƒŁ’Ł„Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų“Ł‘ŁŲ±Ł’ŲØŁŲŒ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŲ§ Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŁŠŁŽŲ§Ł…Ł Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŲŗŁ’ŁˆŁ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŁŁŽŲ«Ł


Artinya: Puasa bukan hanya menahan makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari ucapan sia-sia dan perbuatan keji (HR Ibnu Hibban).


Puasa ini adalah usaha untuk menjaga kesucian batin, sebagaimana dikatakan dalam Ihya Ulumuddin, bahwa puasa yang hanya sekadar menahan lapar tanpa menjaga hati dan lisan, bisa jadi tidak mendapatkan apa-apa selain rasa lapar dan haus.


Puasa kaum yang sangat khusus, adalah tingkatan tertinggi, di mana seseorang tidak hanya menahan diri dari makanan dan dosa fisik, tetapi juga menjaga hati dari segala sesuatu selain Allah. Orang yang mencapai level ini benar-benar menghayati puasa sebagai ibadah yang menyucikan jiwa, sehingga hati mereka hanya terisi dengan dzikir, ibadah, dan kecintaan kepada Allah.


Rahasia Puasa menurut Asrarus Shaum

​​​​​​​Dalam Asrarus Shaum, Al-Ghazali menjelaskan enam rahasia puasa yang harus dijaga agar ibadah ini benar-benar diterima oleh Allah:

  1. Menjaga pandangan dari segala hal yang diharamkan, karena pandangan adalah pintu pertama masuknya godaan.
  2. Menjaga lisan dari ucapan sia-sia, ghibah, fitnah, dan pertengkaran.
  3. Menahan telinga dari mendengar hal-hal yang haram atau tidak bermanfaat.
  4. Menjaga tangan dan kaki dari perbuatan maksiat serta menghindari makanan syubhat ketika berbuka.
  5. Tidak berlebihan dalam berbuka, karena tujuan puasa adalah menundukkan hawa nafsu, bukan sekadar menunda makan.
  6. Ā Merasa takut dan berharap kepada Allah, karena seorang mukmin sejati tidak pernah merasa aman dari tertolaknya amal.


Relevansi Puasa dalam Konteks Kekinian

Dalam kehidupan modern yang penuh distraksi, kita bisa merenungi ajaran Al-Ghazali dengan cara berikut:

Sabar dalam menahan godaan. Teknologi dan media sosial sering kali menguji kesabaran kita. Saat puasa, kita belajar mengendalikan diri dari ujaran kebencian, hoaks, dan perilaku konsumtif yang berlebihan.


Menahan syahwat duniawi. Dalam era materialisme, banyak orang terjebak dalam keinginan berlebihan terhadap harta dan ketenaran. Puasa mengajarkan kita kesederhanaan dan keikhlasan dalam beramal.


Puasa sebagai latihan kesadaran spiritual. Ramadhan bukan hanya soal ibadah, tetapi juga tentang membangun hubungan yang lebih dekat dengan Allah. Dengan memahami tingkatan puasa ini, kita bisa menjadikan Ramadan sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas iman dan takwa.


Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin dan Asrarus Shaum telah memberikan peta jalan bagi kita untuk memahami esensi puasa yang lebih mendalam. Ramadhan bukan sekadar ajang menahan diri dari lapar dan haus, tetapi juga momen untuk membersihkan hati dan meningkatkan kesadaran spiritual. Allah berfirman:


Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŁŠŁŁˆŁŽŁŁ‘ŁŽŁ‰ Ł±Ł„ŲµŁ‘ŁŽŁ€Ł°ŲØŁŲ±ŁŁˆŁ†ŁŽ Ų£ŁŽŲ¬Ł’Ų±ŁŽŁ‡ŁŁ… ŲØŁŲŗŁŽŁŠŁ’Ų±Ł Ų­ŁŲ³ŁŽŲ§ŲØŁ


Artinya: Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang diberikan pahala mereka tanpa batas (QS Az-Zumar: 10).


Sebagaimana dikatakan dalam Asrarus Shaum, puasa sejati adalah ketika jiwa turut berpuasa, bukan hanya tubuh. Maka, mari kita tingkatkan kualitas puasa kita, dari level awam menuju puasa yang lebih khusus, hingga akhirnya mencapai derajat tertinggi di mana hati kita benar-benar hanya tertuju kepada Allah. Semoga Ramadhan kali ini menjadi lebih bermakna dan membawa kita lebih dekat kepada-Nya. Aamiin.


H Puji Raharjo Soekarno, Ketua Tanfidziyah PWNU Lampung