• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Opini

Eksistensi Penyunting dalam Sebuah Tulisan di Era Teknologi ChatGPT

Eksistensi Penyunting dalam Sebuah Tulisan di Era Teknologi ChatGPT
Eksistensi Penyunting dalam Sebuah Tulisan di Era Teknologi ChatGPT (Foto: OpenAi.com)
Eksistensi Penyunting dalam Sebuah Tulisan di Era Teknologi ChatGPT (Foto: OpenAi.com)

Dewasa ini, kita telah melewati masa pandemi Covid-19. Banyak hal yang mengalami perubahan pada masa pandemi Covid-19 yang berpengaruh hingga sekarang setelah selesai dari masa pandemi Covid-19. 


Mulai dari lini kesehatan berupa wajib menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak dalam setiap berkegiatan di luar rumah sampai dengan bidang pendidikan berupa belajar dari rumah dengan memanfaat teknologi telekonferensi. 


Dalam hal ini, perlu kita tinjau bagaimana pengaruh akibat situasi pandemi terhadap kemajuan signifikan dalam sains dan teknologi pada penulisan akademik di bidang pendidikan. 


Aiman Faiz dan Imas Kurniawaty dalam jurnal penelitiannya tentang tantangan penggunaan ChatGPT dalam pendidikan, memberi pengertian ChatGPT, yaitu ChatGPT (Generative Pre-Trained Transformer) adalah robot atau chat bot yang memanfaatkan artificial intelegent atau kecerdasan buatan yang mampu melakukan interaksi dan membantu manusia dalam mengerjakan berbagai tugas. Aplikasi berbasis Artificial Iintelegency (AI) seperti ChatGPT sedang marak di dunia pendidikan.


Naushad Ahmad Khan, Kudaibergen Osmonaliev, dan Mohammad Zahed Sarwar dalam jurnalnya yang berjudul Pushing the Boundaries of Scietific Research with the one of Artificial Intelegency tools: Navigating Risks and Unleashing Possibilities, menjelaskan pengenalan pola dasar dari GPT, AI yang dapat belajar dari konten online untuk memberikan jawaban atas pertanyaan pengguna sebagai tanggapan atas permintaan tertulis. 


Model ini dapat menghasilkan teks yang mirip dengan tulisan manusia, sehingga cocok untuk tugas-tugas seperti penerjemahan bahasa, peringkasan teks, dan menjawab pertanyaan.


Bentuk aplikasi ChatGPT yang mengandalkan AI dalam penelitian berpeluang mengubah disiplin ilmu juga menimbulkan kelebihan dan kekurangan. Teks yang dihasilkan oleh ChatGPT dinilai cukup bagus, akurat, logis, dan benar dari segi tata bahasa, terlepas dari nontransparanya. 


Teks yang juga dihasilkan menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga berpeluang digunakan oleh masyarakat atau nonspesialis. Teks yang dihasilkan menyajikan apa yang menjadi fokus utama. 


Tak lebih dari dua menit, ChatGPT dapat menghasikan 500 kata, sebagaimana diungkapkan oleh Elisa L.Hill-Yardin, Mark R Hutchinson, Robin Laycock, dan Sarah J Spencer dalam jurnalnya yang berjudul A Chat(GPT) About the Future of Scientific Publishing.


Namun, pemanfaatan ChatGPT ini dapat menghasilkan teks yang tidak akurat, masalah hak cipta, peluang plagiarism, atribusi, dan kepengarangan. ChatGPT  ketika dihubungkan dengan bahasa AI yang canggih akan membuat makalah palsu menjadi efektif dan efisien. 


Hal itu membuat manusia dan aplikasi cek plagiarism kesulitan dalam membedakan antara makalah yang palsu atas bantuan ChatGPT dan makalah yang ditulis murni oleh manusia.


Mengetahui adanya kekurangan dalam ChatGPT, perlu adanya editing dalam teks yang dihasilkannya. Hal itu menunjukkan bahwa penyunting masih berperan dalam kasus ini. Menulis dengan bantuan ChatGPT ataupun menulis dengan kejujuran tetap keduanya membutuhkan penyunting.


Dapat disimpulkan bahwa kasus penyalahgunaan ChatGPT saat ini tidak mempengaruhi eksistensi penyunting sampai ChatGPT tidak meningkatkan kualitasnya yang melampaui kemampuan manusia berupa evaluasi dan penialaian publikasi.


Nahdliya Izzatul MutammimahMahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung


Opini Terbaru