• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Khutbah

Khutbah Jumat: Syariat Shalat 5 Waktu ketika Isra' dan Mi'raj dan Dimensi Sosial

Khutbah Jumat: Syariat Shalat 5 Waktu ketika Isra' dan Mi'raj dan Dimensi Sosial
Shalat memiliki dimensi sosial yang mendalam
Shalat memiliki dimensi sosial yang mendalam

Shalat merupakan ibadah yang terdiri dari komponen ibadah lisan (ucapan) perbuatan (gerak badan) dan hati (keyakinan). Maka ketiganya menjadi satu kesatuan di dalam rukun shalat, yang dimulai dari niat, gerak badan, hingga tertib. 

 

Shalat 5 waktu pertama kali diperintahkan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad ketika Mi'raj dan diperintahkan kepada umatnya ketika siang harinya, ketika turun kembali ke muka bumi. 

 

Dari perjalanan Isra' dan Mi'raj itulah, umat Islam memiliki rutinitas yang menjadi ibadah mahdlah yakni sehari 5 kali untuk menghadap kepada Allah swt. 

 

Ibadah shalat sendiri memiliki berbagai hikmah, salah satunya dimensi sosial. 

 

Khutbah I

 

اَالْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةُ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُه، مَاشَاءَاللهُ كَانْ وَمَالَمْ يَشَأْلَمْ يَكُنْ لَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلاَّ بِ اللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْم، أَمَّا بَعْد.  فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ،  فَيَآيُّهَا اْلمُؤْمِنُونَ، اُوْصِيْكُمْ فَإيَّايَ بِتَقْوَالله، فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، فَقَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ، آَعُوْذُبِاللّٰهِ مِنَ اْلشَّيْطَانِ اْلرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، يَآأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

 

Jamaah rahimakumullah 

Pada hari yang mulia, bulan yang mulia dan tempat yang mulia ini, khatib berwasiat kepada jamaah Jumat sekalian dan khususnya kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa meningkatkan takwa kita kepada Allah swt, yakni dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena sesungguhnya bertakwa akan mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah swt. Hal ini sebagaimana tercantum di dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 103 yang berbunyi: 


وَلَوْ أَنَّهُمْ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَمَثُوبَةٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ خَيْرٌ ۖ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

 

Artinya: Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui.

 

Dalam surat Ali Imran ayat 76 menerangkan bahwa Allah swt juga menyukai hamba-hamba-Nya yang bertakwa: 

بَلَىٰ مَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ وَاتَّقَىٰ فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ

 

Artinya: (Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.


Hadirin rahimakumullah

Segala puji milik Allah swt, Dzat yang memberikan kekuatan jasmani dan rohani sehingga kita bisa berkumpul bersama untuk melaksanakan shalat Jumat di masjid yang mulia ini. 

 

Shalawat beserta salam tetap kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, Nabi yang membawa syariat Shalat 5 waktu bagi umatnya. Sehingga dengan shalat tersebut umatnya senantiasa dimudahkan untuk berinteraksi dan berkomunikasi kepada Allah swt. Karena shalat merupakan ibadah yang langsung berkomunikasi antara hamba dan pencipta. 

 

Hadirin rahimakumullah 

Shalat merupakan ibadah yang purba (tua), karena para Nabi dan Rasul Allah, selalu shalat kepada Allah swt, meski dengan syariat yang berbeda-beda. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Ibrahim ayat 37 bahwa Nabi Ibrahim, Ismail, dan Ishak juga diperintahkan shalat:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

 

Artinya: Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur (QS Ibrahim [14]: 37). 


Pada ayat di atas sangat jelas bahwa para Nabi dan Rasul juga diperintahkan untuk shalat kepada Allah swt, tidak hanya itu, masih banyak bener dalil dalam Al-Qur'an yang menjelaskan bahwa para Nabi dan Rasul shalat 5 waktu. 

 

Dalam Islam kita mengenal shalat 5 waktu ketika Nabi Muhammad saw Isra' dan Mi'raj. Isra, perjalanan dari masjid Haram Makkah ke masjid Aqsa Yerusalem. Dan Mi'raj, dari masjid Aqsa ke Sidratul Muntaha pada malam 27 Rajab. Dari kisah menghadapnya Nabi Muhammad saw kepada Allah, maka Allah memberikan oleh-oleh berupa shalat 5 waktu. 

 

Hadirin rahimakumullah 

Pada kesempatan yang mulai ini, marilah kita merenungkan firman Allah swt dalam Al-Qur'an surat Al-Ankabut ayat 45:

اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ (العنكبوت[٢٩]:  ٤٥

 

Artinya: Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

 

Dari ayat di atas disebutkan bahwa shalat mampu menghindarkan kita dari perbuatan keji dan mungkar. 

 

Menurut bahasa, “shalat” berarti “doa”, sedangkan secara terminologi berarti ucapan-ucapan maupun perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat yang telah ditentukan. Shalat juga merupakan ritual ibadah yang berkaitan dengan waktu, serta sebagai syiar tegaknya ajaran agama.

 

Nabi Muhammad saw bersabda tentang bahwa shalat sebagai tiangnya agama:

اَلصَّلاَةُ عِمَادُ الدِّيْنُ وَمَنْ اَقَامَهَا فَقَدْ اَقَامَ الدِّيْنَ وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ تَرَكَ الدِّيْنَ

Artinya: Shalat adalah tiang agama. Barang siapa menegakkan shalat, maka berarti telah menegakkan agama. Dan barang siapa meninggalkan shalat, maka ia telah merobohkan agamanya.

 

Hadirin rahimakumullah

Sesungguhnya shalat bukan hanya ibadah ritual semata kepada Allah swt, tetapi juga mengandung dimensi sosial yang tinggi. 

 

Seperti dalam takbiratul ihram, kita semua diwajibkan mengangkat tangan. Mengangkat tangan Ini menandakan bahwa ketika kita menghadap Allah, maka kita harus sepenuhnya berserah diri, benar-benar pasrah kepada-Nya, dan tidak membawa apa-apa kecuali iman di dalam hati. 

 

Setelah itu kita sedekap dan fokus ke arah depan, tidak menengok ke samping kanan dan kiri. Ini juga menjadi bukti bahwa kita juga hanya difokuskan benar-benar mengahadapi Tuhan, tanpa main-main. 

 

Hadirin rahimakumullah

Selain kita diharuskan fokus kepada Allah swt, kita juga diharuskan untuk andap asor, tawaduk, dan rendah hati. Salah satu bukti shalat menjadikan kita rendah hati dan bahkan memaksa kita untuk itu, yakni dalam sujud. 

 

Rukun shalat yang satu ini memiliki dimensi yang unik dalam hidup, karena tanah dan lantai yang sebelumnya kita injak, justru kita cium, jidat kepala kita tempelkan dan ditekan. Ini menjadi tanda bahwa kepada yang biasa digunakan untuk kesombongan harus tunduk di dasar paling bawah yang sebelumnya kita injak dengan kaki.

 

Karena sebenarnya buat apa kita menyombongkan diri, menengadah kepala, yang justru menjadikan kita terjerumus, maka dengan semakin banyak shalat, semakin banyak mencium makhluk Allah bernama tanah, maka kita semakin banyak untuk merendah di hadapan Tuhan. 

 

Selain itu, sujud juga menjadi bukti bahwa pantat kita lebih tinggi daripada kepala. Pantat yang biasa ada di belakang kita dan di bawah kepala, bisa menjadi paling atas dan di atas kepala. 

 

Ini menjadi isyarat sesuatu yang kita anggap jelek, rendah, hina, bisa menjadi mulia dalam suatu waktu, dan sebaliknya sesuatu yang kita agungkan, mulyakan dan hormati justru menjadi terhina. 

 

Hadirin rahimakumullah

Dalam semua shalat, pasti diakhiri dengan salam, ke kanan dan kiri. Salam merupakan keselamatan bagi kita dan sekeliling kita. Maka ujung dari shalat merupakan keselamatan bagi sekeliling kita. Jangan sampai setelah shalat justru kita menjadi ancaman bagi sesama Muslim dan sesama manusia karena merasa sudah suci dan merasa sudah selesai shalat. 

 

Padahal, sesungguhnya shalat akan mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar. Ini bisa terlaksana jika kita setelah shalat tetap menjaga keselamatan dan kemaslahatan bagi umat manusia. 

 

Jika kita setelah shalat masih suka mengkafirkan, membid'ahkan, menyalahkan, merendahkan dan menerakakan saudara kita, berarti shalat kita belum sampai kepada hakikat, hanya sekedar formalitas belaka. Sebaliknya, jika setelah shalat pembawaannya santai, arif dan bijaksana maka ia telah menyelami hakikat dari shalat tersebut. 

 

Hadirin rahimakumullah

Demikianlah khutbah yang singkat ini mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua, sehingga kita senantiasa menjalankan shalat dengan shalat yang khusuk dan penuh penghambaan. 

 

Dan mudah-mudahan juga, kita semua selalu diberikan hidayah oleh Allah swt untuk selalu menjalankan ibadah shalat baik yang wajib maupun yang sunnah, karena ketika kita sudah istikamah dalam ibadah shalat berarti Allah swt sudah ridha kepada kita semua. Aamiin ya rabbal alamin 

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم.

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا  أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ،  فَيَآيُّهَا اْلمُؤْمِنُونَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسى بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ ااْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

 

Ustadz Yudi Prayoga MAg, Pengajar di Pondok Pesantren Al Hikmah Kedaton Bandar Lampung


Khutbah Terbaru