Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi masyarakat (Ormas) Islam terbesar di Indonesia yang didirikan pada 31 Januari 1926 di Surabaya oleh beberapa ulama terkemuka saat itu, terutama KH Hasyim Asy’ari (Tebuireng Jombang), KH Abdul Wahab Hasbullah (Tambakberas Jombang), dan KH Bisri Sansuri (Denanyar Jombang).
NU bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial dan ekonomi. Sehingga sejak awal berdirinya, NU selalu berkontribusi besar dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, dan kini para anggotanya terlibat aktif dalam pembangunan di berbagai bidang.
Mengapa NU dinamakan dengan nama Nahdlatul Ulama atau Nahdlah dan Ulama, hal ini merupakan konsep yang memiliki arti dan makna yang mendalam. Karena nama merupakan simbol kebanggaan bagi penganutnya, juga sebagai doa dan spirit yang mendalam.
Dilansir dari NU Online, bahwa Nahdlatul Ulama terdiri dari dua suku kata, yaitu نهضة dan العلماء. Kata نهضة adalah bentuk masdar dari نهض- ينهض tsulatsi mujarrod bab ketiga. Menurut KH Abdurrahman Wahid, kata نهضة ini diambil oleh para muassis NU, merujuk kepada salah satu perkataan dari Imam Ibnu Athoillah Assakandari seorang Sufi terkenal dalam Kitab Al Hikam:
لاتصحب من لا ينهضك حاله ولا يدلك على الله مقاله
Dari kata ينهض ini, diambillah bentuk masdarnya yaitu نهضة yang berarti kebangkitan.
Sedangkan kata العلماء yang menjadi mudhof ilehnya, adalah jama taksir (plural) dari kata العليم yang artinya orang yang banyak tahu yang merupakan bentuk sighat mubalagah (penguatan makna) dari kata العالم. Jika kata العالم bentuk jamaknya العالمون, maka العليم jamaknya adalah العلماء. Dengan demikian kata العلماء berarti orang-orang yang banyak tahu.
Baca Juga
Pentingkah Mengetahui Nasab Leluhur?
Jika kita cermati kata Ulama dalam Al-Qur’an hanya disebutkan dua kali, salah satunya dalam surat Fathir ayat 28:
إنمايخشى الله من عباده العلماء
Dalam ayat ini dengan jelas disebutkan bahwa salah satu sifat utama yang harus dimiliki oleh ulama adalah adanya خشية الله rasa takut kepada Allah.
Ada 3 unsur penting yang harus dimiliki seorang alim:
Pertama adalah العلم pengetahuan tentang agama secara luas dan mendalam.
Kedua adalah الفهم pemahaman dari pengetahuan yang dimilikinya. Karena tidak semua orang yang tahu itu paham, tapi orang yang paham sudah pasti tahu.
Ketiga adalah العمل pengamalan dari semua pengetahuan dan pemahamannya tentang agama dalam kehidupan nyata. Unsur inilah yang paling penting yang harus dimiliki seorang alim. Jika sifat utama ini hilang, setinggi apapun ilmunya, maka dia tidak masuk dalam kategori Ulama.
Dari pengertian secara harfiah di atas, bisa kita simpulkan, bahwa Nahdlatul Ulama adalah kebangkitan orang-orang yang memiliki dan memahami ilmu agama serta mampu mengamalkannya di tengah masyarakat.
Maka sangat wajar, jika NU sejak berdiri hingga sekarang selalu dinaungi oleh para ulama yang alim dan saleh. Selain itu, NU juga senantiasa mengkader warganya untuk menjadi alim dengan pengetahuan yang luas, baik ilmu agama maupun ilmu umum, baik akhirat maupun dunia.