Tentukan Lebaran Idul Fitri 2025, Lembaga Falakiyah PBNU Dorong Pelaksanaan Rukyatul Hilal
Sabtu, 29 Maret 2025 | 11:39 WIB
Jakarta, NU Online Lampung
Menjelang penentuan awal Syawal 1446 H, Lembaga Falakiyah (LF) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendorong pelaksanaan rukyatul hilal untuk memastikan kapan umat Islam di Indonesia merayakan Lebaran Idul Fitri 2025.
Metode rukyatul hilal atau pengamatan visibilitas bulan sabit ini menjadi bagian penting dalam tradisi Nahdlatul Ulama (NU) untuk menentukan awal bulan hijriah secara akurat.
“Lembaga Falakiyah PBNU mendorong perukyah Nahdlatul Ulama se–Indonesia untuk melaksanakan rukyatul hilal awal bulan Syawal 1446 H,” isi Surat Penjelasan Rukyah Syawal 1446 H Nomor 52/PB.08/A.ll.08.13/13/03/2025 yang ditandatangani Ketua dan Sekretaris LF PBNU KH Sirril Wafa dan H Asmui Mansur, Kamis (27/3/2025).
Meskipun hilal masih di bawah ufuk, dorongan rukyatul hilal ini dilakukan mengingat penyelenggaraan sidang itsbat dan keputusan Muktamar NU mengenai pengumuman awal bulan Ramadhan dan Syawal.
“Dengan mempertimbangkan Pemerintah Indonesia akan menggelar sidang itsbat awal Syawal 1446 H serta memperhatikan keputusan Muktamar ke–20/1954 di Surabaya dan keputusan Muktamar ke–34/2021 di Bandar Lampung,” lanjut isi surat itu dilansir dari NU Online.
Sebagai informasi, data hisab pada Sabtu, 29 Ramadhan 1446 H atau bertepatan dengan 29 Maret 2025 menunjukkan bahwa ketinggian hilal mar’ie -1 derajat 59 menit 16 detik. Hal ini berarti hilal masih berada di bawah ufuk. Dengan demikian, hilal belum memenuhi kriteria imkanur rukyah.
Adapun ijtimak atau konjungsi terjadi pada Sabtu Kliwon 29 Maret 2025 M pukul 17:58:27 WIB. Sementara letak Matahari terbenam berada pada posisi 3 derajat 32 menit 52 detik utara titik barat.
LF PBNU juga merilis data hilal di sejumlah kota lainnya di Indonesia, khususnya ketinggian terkecil dan terbesar. Parameter hilal terkecil terjadi di Kota Merauke Provinsi Papua Selatan dengan tinggi hilal -3 derajat 24 menit. Sementara parameter hilal terbesar terjadi di Kota Lhoknga, Aceh dengan tinggi hilal -0 derajat 59 menit.
Elongasi hilal haqiqy di Indonesia pada 29 Ramadhan 1446 H bervariasi antara 2 derajat 58 menit hingga 3 derajat 01 menit. Lama hilal di atas ufuk di seluruh Indonesia pada 29 Ramadhan 1446 H adalah 0 detik.
Hal ini mengingat kedudukan hilal di seluruh Indonesia (dalam hal tinggi hilal mar’ie dan elongasi hilal haqiqy) adalah di bawah ufuk dan di bawah kriteria Imkan Rukyah Nahdlatul Ulama (IRNU). Dengan begitu, hilal berada pada zona istihalah al-rukyah (mustahil terlihat).
Data hisab tersebut merupakan hasil perhitungan LF PBNU yang dilakukan pada titik markaz Gedung PBNU Jl Kramat Raya Jakarta Pusat dengan koordinat 6º 11’ 25” LS 106º 50’ 50” BT. Perhitungan ini dilakukan berdasarkan perhitungan metode ilmu falak (sistem hisab) jama’i atau tahqiqy tadqiky ashri kontemporer khas Nahdlatul Ulama.
Terpopuler
1
Perkuat Konsolidasi Organisasi, MWCNU Pringsewu Gelar Turba
2
Pernikahan, Ibadah Paling Panjang dalam Kehidupan Manusia
3
Ubah Generasi Strawberry Jadi Kelapa, Ketua PCNU Pringsewu: Pesantren Tempatnya!
4
Gelar Musker, Ranting NU Bandungbaru Adiluwih Tajamkan Program untuk Wujudkan Target
5
Lampung-In, Aplikasi Pintar untuk Warga Lampung yang Aktif dan Peduli, Diluncurkan
6
Kolaborasi Assahil–Madani: Menuju Pesantren Mandiri dengan Kaderisasi Akuntansi
Terkini
Lihat Semua