• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Senin, 29 April 2024

Warta

Ngaji Tafsir Jalalain: Jangan Bersumpah Atas Nama Allah untuk Mencegah Kebaikan

Ngaji Tafsir Jalalain: Jangan Bersumpah Atas Nama Allah untuk Mencegah Kebaikan
Pengasuh Pondok Pesantren Darusy Syafa’ah Lampung Tengah, KH Andi Ali Akbar pada Ngaji Rutinan Tafsir Jalalain di Masjid Agung Ash Shulaha, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah, Jumat (8/12/2023) malam. (Foto: Istimewa)
Pengasuh Pondok Pesantren Darusy Syafa’ah Lampung Tengah, KH Andi Ali Akbar pada Ngaji Rutinan Tafsir Jalalain di Masjid Agung Ash Shulaha, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah, Jumat (8/12/2023) malam. (Foto: Istimewa)

Lampung Tengah, NU Online Lampung

Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 224 memberikan pesan moral kepada seluruh umat manusia, agar jangan sampai bersumpah mengatasnamakan Allah swt, menjadi penghalang untuk berbuat baik.


Pernyataan tersebut disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Darusy Syafa’ah Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah, KH Andi Ali Akbar dalam Ngaji Rutinan Tafsir Jalalain di Masjid Agung Ash Shulaha, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah, Jumat (8/12/2023) malam.


“Dikisahkan bahwa Abdullah bin Rawahah pernah bersumpah tidak akan bersilaturahim ke rumah sahabat Nukman. Maka, pesan agama kita, agar jangan menggunakan nama Allah menjadi sasaran sumpah manusia untuk berbuat kebaikan,” ujar Gus Andi sapaan karibnya.  


Gus Andi menjelaskan, dalam kalimat ‘urdhah tersebut memiliki dua makna yaitu penghalang dan sasaran. Kita jangan banyak sumpah atas nama Allah, hal tersebut membuat rendah nama Allah swt itu sendiri, menjadikan tidak sakral, baik untuk hal yang kecil dan hal yang besar.


Kemudian dikisahkan Siti Aisyah pernah ikut perang bersama Nabi Muhammad, tapi tertidur di bawah sebuah pohon, kemudian ditemukan diantar pulang oleh seseorang, lalu peristiwa tersebut dibuat berita bohong oleh Mistoh bahwa Siti Aisyah telah selingkuh, lalu mendengar peristiwa tersebut sahabat Abu Bakar Shiddiq melakukan sumpah tidak akan silaturahim ke rumah Mistoh tersebut karena telah menyebarkan berita bohong.


“Allah swt tidak akan menyiksa orang yang bersumpah yang tidak sengaja, tapi orang yang melanggar sumpahnya maka akan mendapatkan hukuman dari Allah swt,” ungkapnya. 


Menurut Wakil Katib Syuriyah PWNU Lampung itu, orang jika bersumpah tidak menepati sumpahnya, ada beberapa hal akibatnya yakni dengan membayar kafarat memberi makan kepada 10 fakir miskin, memerdekakan budak, memberi pakaian fakir miskin, atau puasa Sunnah, 


Alumni Pondok Pesantren Blokagung, Banyuwangi, Jawa Timur ini melanjutkan, ayat berikutnya menjelaskan mengenai suami tidak boleh bersumpah tidak akan menyetubuhi kepada istrinya lebih dari 4 bulan. Jika dalam kitab Fathul Mu’in, suami bersetubuh dengan istri itu jangan lebih dari 4 hari. 


“Jika suami tidak setubuhi istrinya dalam waktu 4 bulan maka boleh talak, jika di Indonesia adalah Kantor Urusan Agama (KUA) yang turun tangan. Dalam hadits diterangkan yang disenangi manusia adalah pada tiga hal yaitu senang istri (bersetubuh), senang parfum, dan senang shalat,” katanya. 


Alumnus Doktoral UIN Sunan Ampel, Surabaya, Jawa Timur mengatakan, suami bersetubuh dengan istrinya itu hanya karena cinta kepada Allah. Maka kenikmatan apapun yang ada di dunia ini hanya sebagai wasilah cinta kepada Allah, contohnya istri kita masing-masing. 


“Maka pesan Islam, salah satu makna nikah adalah bersetubuh, di dalam tasawuf orang yang berzina itu tidak ada nikmatnya, beda dengan istrinya sendiri, di sana ada ketenangan batin dan ketenangan jiwa,” tuturnya.  

(Akhmad Syarief Kurniawan)
 


Warta Terbaru