• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Warta

Kepala Kemenag Bandar Lampung: Mari Jauhi 4 Sikap Ekstremisme

Kepala Kemenag Bandar Lampung: Mari Jauhi 4 Sikap Ekstremisme
Kepala Kemenag Bandar Lampung: Mari Jauhi 4 Sikap Ekstremisme (Foto: Istimewa)
Kepala Kemenag Bandar Lampung: Mari Jauhi 4 Sikap Ekstremisme (Foto: Istimewa)

Bandar Lampung, NU Online Lampung

Sikap ekstremisme merupakan sikap yang tidak tengah-tengah (tawassuth), bisa terlalu kanan, bisa terlalu kiri. Maka, sebagai umat Islam harus menjauhi sikap ekstrem tersebut. Ada 4 ciri-ciri sikap ekstrem yang ada di kehidupan saat ini. 


Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kepala Kementrian Agama (KaKemenag) Bandar Lampung, Makmur saat memberikan materi tentang Moderasi Beragama kepada para Dai dan Khatib se-Bandar Lampung di Aula Kantor Kemenag Bandar Lampung, Ahad (10/9/2023).


Pertama, sikap yang menjadi ciri dari ekstremisme adalah mencederai nilai-nilai luhur kehidupan manusia. Orang-orang yang mengaku jihad, merupakan orang salah menafsirkan ayat agama.


“Ayatnya benar, tapi untuk praktik buruk, sehingga dia tidak enggan lagi untuk membunuh orang yang berbeda paham maupun agama. Karena menurutnya orang seperti ini sudah menyimpang. Orang-orang ekstrem seperti ini sering melakukan bom bunuh diri,” ujarnya. 


Menurutnya, orang tersebut lebih senang jika yang dibunuh masuk neraka. Hal ini berbanding terbalik dengan Nabi Muhammad saw, yang sangat sedih jika ada umat Islam yang masuk neraka. Justru Nabi sebaliknya, jika ada yang keliru, maka akan diajak ke jalan yang benar dengan lemah lembut. 


Kedua, yakni melanggar kesepakatan bersama. Banyak peraturan yang telah disepakati bersama seperti Pancasila, UUD 1945 dan sebagainya, tetapi banyak yang melanggar. Banyak di Indonesia, kelompok yang menentang sesuatu yang telah disepakati bersama, seperti menentang Pancasila.


“Yang katanya buka Al-Qur’annya, padahal sangat jelas meskipun Pancasila bukan Al-Qur’an. Tetapi di dalamnya mengandung intisari ajaran-ajaran Islam, karena Pancasila bisa menjadi penengah dari umat manusia (Indonesia) yang majemuk,” paparnya.


Ketiga, yakni melanggar ketertiban umum. Banyak umat yang tidak menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.


“Shalat itu baik, karena beribadah kepada Allah swt, tetapi jika shalatnya di jalan raya yang sebenarnya fungsinya untuk jalan/kendaraan. Padahal masjid masih banyak yang kosong, maka hal tersebut merupakan sikap ekstrem,” katanya. 


Keempat, yaitu mengikuti ibadah agama lain dengan alasan tenggang rasa. Jangan sampai dengan alasan yang konyol aqidah kita bisa menjadi rusak, karena mencampurkan praktik ibadah.


“Bertoleransi boleh, tetapi ada batasnya. Jangan sampai umat agama tertentu merayakan ibadah agama yang lainnya. Seperti umat Islam merayakan Natal setiap tahun, umat Nasrani ikut shalat Idul Fitri, dan sebagainya,” tuturnya. 


Ia melanjutkan, jangan sampai juga ikut makan atau minum sesuatu yang diharamkan di agama Islam, meski bagi agama mereka itu diperbolehkan.

(Yudi Prayoga)
 


Warta Terbaru