• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Warta

Inilah Empat Ciri-ciri Moderasi Beragama

Inilah Empat Ciri-ciri Moderasi Beragama
Inilah Empat Ciri-ciri Moderasi Beragama (Foto: Istimewa)
Inilah Empat Ciri-ciri Moderasi Beragama (Foto: Istimewa)

Bandar Lampung, NU Online Lampung

Empat ciri-ciri moderasi beragama yang harus dimiliki dalam diri seseorang yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan menghargai budaya.


Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Pusat Penelitian (Kapuslit) Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan, Asriani pada kegiatan Penguatan Moderasi Beragama bagi Para Dai dan Khatib di Bandar Lampung di Aula Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Bandar Lampung, Ahad (10/9/2023).


“Kementrian Agama memiliki progam moderasi beragama yang dilakukan secara berkala. Ada empat ciri-ciri moderasi beragama,” paparnya. 


Ia melanjutkan, Pertama, yakni komitmen kebangsaan. Apapun peraturan dan kebijakan yang ada di Indonesia tidak boleh terlepas dari 4 pilar, yakni Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.


Kedua, toleransi. Hal ini juga sangat penting dalam kehidupan yang majemuk, mengingat kita tidak akan pernah bisa hidup hanya dalam satu warna tertentu. 


“Ketika kita tidak memiliki rasa toleransi, kita akan memiliki sifat menipu orang lain, membuli karena perbedaan, dan lain sebagainya,” ujarnya. 


Ketiga, yakni anti kekerasan. Indonesia merupakan negara hukum yang di dalamnya diatur Undang-Undang Hak Asasi Manusia (HAM). 


“Seorang penceramah tidak boleh melakukan kekerasan verbal, yakni memberikan kata-kata yang kasar dan menimbulkan perpecahan umat,” katanya. 


Keempat, yaitu menghargai budaya. Di Indonesia, hidup dengan beragam suku bangsa dan budaya, sehingga hal ini menjadikan kehidupan bermasyarakat menjadi indah dan unik. 


“Jangan sampai karena fanatik dengan ajaran dan pemikiran tertentu, menjadikan kita keras kepala dan tidak terbuka,” tuturnya. 


Seperti kasus sajen di Jawa Timur, lanjutnya, ini sangat mencolok, dan menjadikan keributan di antara saudara umat manusia. Meskipun berbeda pendapat, tetap berilah ruang toleransi bagi mereka untuk menjalankan tradisi dan keyakinan mereka, selagi mereka tidak mengganggu ibadah.

(Yudi Prayoga)
 


Warta Terbaru