Buka Raker LAZISNU 2025, Ketua PCNU Pringsewu Ingatkan 3 I sebagai Fondasi Utama
Ahad, 3 Agustus 2025 | 15:54 WIB

Ketua PCNU Pringsewu, H Muhammad Faizin saat rapat kerja dan evaluasi kinerja LAZISNU Kabupaten Pringsewu yang berlangsung di Gedung NU Pringsewu, Ahad (3/8/2025). (Foto: Istimewa)
Dian Ramadhan
Penulis
Pringsewu, NU Online Lampung
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pringsewu, H Muhammad Faizin, mengatakan bahwa untuk meraih keberkahan dalam berkhidmah di Nahdlatul Ulama setiap pengurus harus memiliki 3 fondasi utama yakni terangkum dalam 3 I. Hal tersebut meliputi istiqamah, ikhlas, dan iman.
Hal ini dipesankannya kepada pengurus Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) saat membuka rapat kerja dan evaluasi kinerja LAZISNU Kabupaten Pringsewu yang berlangsung di Gedung NU Pringsewu, Ahad, (3/8/2025).
Istiqamah menurutnya dibutuhkan agar langkah tidak mudah goyah oleh lelah, godaan dunia, atau tantangan yang datang bertubi-tubi. Sebab, kerja kemanusiaan dan pengelolaan zakat tidak selalu mendapat pujian, bahkan kadang disalahpahami.
"Hanya mereka yang konsisten dan teguh yang mampu bertahan dalam amanah ini,"
Kemudian lanjutnya, ikhlas menjadi ruh dari semua pengabdian. Tanpa ikhlas, kerja akan berubah menjadi beban; kebaikan akan kehilangan nilai. Pengurus LAZISNU, dituntut untuk bekerja karena Allah, bukan karena ingin dilihat atau dihargai. Keikhlasan menjadikan langkah ringan, walau medan berat.
"Dan di atas segalanya, iman adalah sumber energi spiritual. Iman menghadirkan keyakinan bahwa setiap rupiah yang dikumpulkan dan disalurkan, setiap tetes keringat dan air mata, akan bernilai pahala di sisi-Nya," jelasnya.
Iman menguatkan jiwa untuk terus bergerak meski tidak dilihat, tetap memberi meski tidak disebut. Iman akan menjaga diri dari hal-hal negatif seperti menyalahgunakan amanah.
Kepercayaan (Trust) adalah Magnet
Ia mengungkapkan bahwa kepercayaan masyarakat merupakan kunci utama dalam memaksimalkan potensi zakat, infak, dan sedekah (ZIS).
“Kepercayaan adalah magnet. Ketika masyarakat percaya kepada lembaga amil zakat, maka potensi ZIS bisa tergali lebih optimal dan manfaatnya bisa dirasakan lebih luas oleh umat,” ungkapnya.
Tugas LAZISNU lanjutnya bukan hanya menghimpun dana, tetapi juga menjaga amanah dengan penuh tanggung jawab. Menurutnya, membangun dan menjaga kepercayaan publik adalah investasi jangka panjang yang harus terus diperkuat melalui transparansi, akuntabilitas, dan pelaporan terbuka.
“Setiap rupiah yang dihimpun harus memiliki jejak pemanfaatan yang jelas. Masyarakat perlu tahu ke mana zakatnya disalurkan, bagaimana infaknya dimanfaatkan, dan siapa saja yang menerima sedekahnya. Di sinilah pentingnya laporan yang transparan dan akuntabel,” lanjutnya di hadapan para pengurus LAZISNU tingkat kabupaten hingga kecamatan.
Untuk memperkuat kepercayaan, pengurus LAZISNU bisa nelakukannya melalui digitalisasi manajemen dan publikasi kegiatan sebagai bagian dari strategi membangun kepercayaan.
Menurutnya, publik kini hidup di era keterbukaan informasi, dan LAZISNU harus mampu hadir secara aktif di ruang digital melalui laporan daring, dokumentasi program, dan narasi-narasi keberhasilan yang membangun optimisme.
“Jangan biarkan publik bertanya-tanya. Justru kita harus lebih dulu menyampaikan informasi. LAZISNU harus unggul dalam akuntabilitas dan unggul pula dalam komunikasi publik,” tegasnya.
Di sisi lain, ia juga mengingatkan bahwa LAZISNU adalah bagian dari gerakan dakwah Nahdlatul Ulama. Oleh karena itu, profesionalitas dalam pengelolaan ZIS harus disertai dengan integritas spiritual. Mengelola zakat dan sedekah bukan sekadar administrasi, melainkan amanah ilahiah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt
“LAZISNU adalah alat perjuangan NU. Maka seluruh pengurusnya harus menjunjung nilai-nilai Nahdliyah: jujur, amanah, ikhlas, istiqamah, dan berorientasi pada kemaslahatan umat,” pesannya.
Menjadi pengurus LAZISNU menurutnya bukan sekadar menjalankan amanah organisasi, tetapi juga adalah bagian dari pengabdian kepada umat dan upaya mewujudkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sosial.
Pengurus LAZISNU adalah penjaga amanah. Kepercayaan umat adalah modal utama. Maka, hanya dengan niat yang lurus dan semangat melayani yang tulus, roda lembaga ini bisa terus berjalan. Istiqamah dan ikhlas adalah bahan bakar yang tidak tampak, namun menentukan arah dan keberkahan setiap program.
Ia juga mendorong seluruh pengurus LAZISNU untuk terus memperluas sinergi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, ormas, tokoh masyarakat, dan kaum muda. Partisipasi dan kolaborasi, menurutnya, merupakan kunci untuk memperkuat gerakan sosial berbasis keumatan.
“Semakin luas kita menjalin kerja sama, semakin besar pula daya ungkit program-program kita,” katanya pada acara yang juga dihadiri oleh pengurus banom NU di Pringsewu seperti Muslimat, Ansor, Fatayat, IPNU dan IPPNU.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Bulan Safar, Berkah Bagi yang Taat dan Sial Bagi yang Maksiat
2
Resmi Dilantik, Ini Susunan Lengkap Pengurus PP ISNU Masa Khidmah 2025-2030
3
Diah Dharma Yanti Imbau Warga Manfaatkan Perpanjangan Program Pemutihan Pajak hingga 31 Oktober
4
Khutbah Jumat: Meningkatkan Amal Kebaikan di Bulan Safar untuk Pahala Berlipat Ganda
5
Anggota DPRD Lampung Turun Langsung Perbaiki Jalan Rusak di Gunung Katun dan Tanjung Ratu
6
Pengibaran Bendera Merah Putih Serentak 1–31 Agustus, Masyarakat Lampung Diimbau Semarakkan HUT Ke‑80 RI
Terkini
Lihat Semua