
Udunan, tradisi tukar menukar dan makan bersama masyarakat di kampung, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Tradisi ini sebagai pengingat Ramadhan akan segera usai
Yudi Prayoga
Penulis
Dalam masyarakat Islam Indonesia, khususnya Nahdlatul Ulama, banyak sekali tradisi dan budaya yang berbarengan dengan syariat Islam. Hal ini digunakan sebagai wasilah dakwah dan identitas Islam di Indonesia. Karena sejatinya Islam berkembang dengan budaya.
Seperti syariat menutup aurat dengan budaya pakaian jubah, gamis, mukena, celana, baju lengan panjang, koko dan lain sebagainya. Begitupun dengan syariat yang lainnya.
Masyarakat NU di Desa Lengkukai, Kabupaten Tanggamus, Lampung, misalnya, ada tradisi yang unik yang terjadi di akhir bulan suci Ramadhan, tepatnya mulai tanggal 25 Ramadhan sampai lebaran Idul Fitri tiba. Tradisi ini dinamakan "Udunan". Udunan sendiri berarti turunan, yakni membersamai akan turunnya atau habisnya bulan suci Ramadhan.
Secara sosio kultur masyarakat Lengkukai mayoritas dihuni oleh warga NU dengan berbagai etnis masyarakat, seperti Lampung, Jawa, Sunda, Minangkabau, peranakan Tionghoa, dan Semendo.
Dalam tradisi Udunan ini, biasanya masyarakat membawa nasi berkat yang berisi nasi, sayur dan lauk pauk untuk dibawa ke masjid pada malam 25 Ramadhan sampai selesai puasa.
Biasanya nasi berkat tersebut disantap bersama-sama dengan warga lainnya setelah shalat tarawih dan doa akhir Ramadhan.
Tradisi ini menandakan kepada masyarakat bahwa puasa Ramadhan kurang lebih tinggal 5 hari lagi. Maka masyarakat akan lebih semangat dalam ibadah shalat tarawih, tadarus Al-Qur'an serta ibadah sunnah lainnya.
Menurut salah satu warga Lengkukai, Agus Rifai, tradisi Udunan sudah ada sebelum ia lahir. Tradisi ini menjadi keberkahan sendiri bagi masyarakat karena bisa berkumpul dan makan bareng-bareng di masjid, yang dalam bahasa Lampung disebut "mengan balak" (makan besar).
Biasannya setiap kepala keluarga (KK) membawa sebesek atau sebaskom nasi yang penuh lauk pauk. Setelah sampai di masjid maka nasi tersebut akan dibagi dengan saling tukar. Satu besek bisa dimakan sampai 5 orang.
Umumnya masyarakat di kampung mengisi nasi besek dengan, nasi, mie goreng, tempe goreng, telor, daging ayam dan ikan laut. "Tradisi ini meningkatkan semangat kebersamaan antarwarga kampung, selain sebagai pengingat Ramadhan segera berakhir," kata Rifai.
(Yudi Prayoga)
Terpopuler
1
Yuk Infak dan Menjadi Bagian Pengadaan Ambulans Ke-7 NU Peduli Pringsewu 2025
2
Khutbah Jumat: Ilmu dan Adab Lebih Tinggi daripada Nasab
3
3 Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Membangun Masjid
4
KBNU Sidomulyo Gelar Donor Darah, Perkuat Kepedulian Sosial di Lampung Selatan
5
Khutbah Jumat: Bijak dalam Bermedia Sosial
6
Gaji dan TPP ke-13 ASN Lampung Mulai Dicairkan, Total Rp118,7 Miliar
Terkini
Lihat Semua