• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Keislaman

Perkara-Perkara yang Menodai Ramadhan

Perkara-Perkara yang Menodai Ramadhan
Perkara-Perkara yang Menodai Ramadhan (Foto NU Online)
Perkara-Perkara yang Menodai Ramadhan (Foto NU Online)

Ramadhan adalah anugerah yang diberikan Allah swt kepada umat Islam. Kehormatan dan kesuciannya merupakan karunia istimewa yang tidak boleh dicederai sedikitpun, dan oleh siapapun.


Ramadhan teramat istimewa dalam segala hal, dan menjadikan istimewa juga sesuatu yang bersamanya, terlebih ibadah-ibadah yang diisyaratkan secara spesial. Karena itu, Ramadhan layak untuk dihormati, diistimewakan, dan dirindukan oleh siapapun.


Sayangnya sering kali kita menyaksikan sikap angkuh yang seolah sengaja dipertunjukkan untuk menodai kesucian bulan agung ini, baik diri sendiri maupun orang lain di sekitar kita.


Seperti orang makan dan minum di tempat-tempat umum tanpa ada rasa bersalah, padahal mereka tidak ada udzur berpuasa. Meskipun hal tersebut menjadi cobaan iman bagi yang berpuasa. 


Sedangkan contoh pelanggaran yang dianggap berat, itu terjadi seperti pada zaman Nabi saw. Suatu hari di bulan Ramadhan, ada seorang laki-laki datang menemui Rasulullah saw dan berkata "Aku telah binasa, ya Rasulullah", kata orang itu, "Apa yang membuatmu binasa?" tanya Rasulullah. Laki-laki itu menjelaskan, bahwa ia telah menggauli istrinya di siang hari Ramadahan. Maka Rasulullah saw mengatakan, untuk menebus kesalahannya, ada tiga hukuman yang harus dipilih orang itu sesuai kesanggupannya yaitu:

 

1. Membebaskan budak
2. Berpuasa selama 2 bulan berrurut-turut
3. Memberi makan 60 orang miskin.


Dari sinilah kafarat sebagai hukuman bagi orang yang telah menodai kehormatan Ramadhan. Padahal Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang berbuka (tidak berpuasa) sehari di siang hari Ramadhan, tanpa ada rukhsah (keringanan) yang diberikan Allah kepadanya، maka ia tidak akan pernah bisa menggantinya meskipun ia berpuasa sepanjang tahun." (HR: Abu Dawud dan Ibnu Majah).


Jika pun memang kita terpaksa melakukannya (tidak berpuasa), hendaknya kita menyembunyikan makan dan minum kita dari pandangan orang lain, karena hal itu merusak kehormatan Ramadhan.


Karena berpuasa yang sempurna, tidak hanya  menahan lapar dan haus saja, tetapi haruslah disertai menahan diri dari melakukan perbuatan-perbuatan buruk dan tidak terpuji. Dan itulah yang sulit. Mungkin kita mampu berpuasa dari makan dan minum, namun kita masih sering mendengar gosip dan pembicaraan yang sia-sia. Kita bisa menahan dari melakukan hubungan suami istri, tapi tidak kuasa menahan pandangan dari melihat hal-hal yang terlarang. Inilah yang lebih sulit, karena kadang kita melakukan tanpa sadar. 


Ternyata kadang tidak ada bedanya malam-malam Ramadhan dengan malam-malam selain Ramadhan. Karena kadang di siang hari waktunya hanya dihabiskan dengan menonton tv, tidur, mengobrol, dsb.


Padahal para salafus shaleh dahulu justru mengagungkan malam Ramadhan, mereka memperbanyak tilawah, zikir dan shalat malam. Karena Ramadhan itu merupakan bulan jihad:

 

Pertama, jihad di waktu siang dengan berpuasa.

Kedua, jihad di waktu malam dengan memperbanyak shalat malam dan tilawah Al-Qur'an. 


Imam Ibnu Jauzi mengingatkan kita tentang itu dalam nasehatnya, "Siapa yang mengumpulkan dua jihad ini, serta melakukan keduanya dengan penuh kesabaran, pahalanya akan diberikan tanpa hisab."


     
Dikisahkan dari Ubaid ra, (budak yang telah dimerdekakkan Rasuluallah saw), bahwa ada dua orang perempuan yang berpuasa. Seorang sahabat berkata kepada Rasuluallah, "Wahai Rasulullah, di sini ada dua orang perempuan yang berpuasa dan keduanya hampir meninggal kehausan." Rasulullah berpaling dari lelaki itu dan mendiamkannya. Lelaki itu kemduaian kembali berkata, "Wahai Nabi Allah! Demi Allah! Mereka berdua telah sekarat." Setelah dua kali diberitahu, akhirnya Rasuluallah Saw berkata, "Bawalah keduanya kesini."  


Kedua perempuan itu pun dibawa dan diambilkan sebuah gelas. Rasuluallah saw lalu menyuruh salah seorang dari mereka, "Muntahkanlah!" Perempuan itu pun memuntahkan darah yang bercampur nanah dan daging hingga memenuhi gelas itu. Kemudian beliau menyuruh perempuan kedua,  "Muntahkanlah." Perempuan itupun muntah darah bercampur nanah dan daging, hingga penuhlah gelas tersebut.

 

 Rasuluallah saw bersabda, "Perempuan itu berpuasa dari segala yang Allah halalkan dan berbuka dengan semua yang Allah haramkan. Salah seorang dari mereka bertemu dan duduk dengan saudaranya itu, lalu keduanya memakan daging manusia (ghibah terhadap orang lain)."  (HR: Ahmad).

 

Ketika kita berpuasa, namun tidak mampu menjaga mata melihat dari yang haram, menjaga telinga dari mendengar cerita-cerita bohong, menjaga lisan dari mengeluarkan kata-kata kasar, membuka rahasia orang lain, mengadu domba, berdusta dan lain sebagainya. Maka sesungguhnya kita telah menodai bulan suci Ramadhan. jangankan berharap pahala, justru adzab yang mungkin akan menimpa. Sebab Rasuluallah saw pernah bersabda, "Ada kalanya kalimat buruk yang sering diucapkan oleh seseorang, tapi karena Allah tidak ridha dengan kalimat itu, orang tersebut dimasukkan kedalam neraka." (HR: Ahmad).

 

Ramadhan adalah bulan latihan, menuntut kita untuk bersungguh-sungguh dalam mencapai tujuan. Tujuan yang terendah adalah diampuninya seluruh dosa, sedangkan tujuan tertinggi adalah meraih derajad takwa di sisi-Nya.


Takwa itu merupakan harta karun yang sangat berharga. Kita akan memperoleh keuntungan yang sangat besar bila berhasil mendapatkannya. Di dalam takwa itu, Allah saw telah menggabungkan seluruh keuntungan dan kebaikan agama, dunia dan akhirat.

 

Keberhasilan Ramadhan, kita akan ditunjukkan dengan meningkatnya grafik amal saleh, menurunnya dosa dan kemaksiatan, dan stabilnya ruhaniyah yang telah tercapai. Jika semua itu tidak terwujud, meskipun sedikit, maka Ramadhan ini telah sia-sia.


Semoga kita tidak termasuk dalam sabda Rasuluallah saw,  yang artinya "Berapa banyak orang berpuasa namun ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.." (HR: Bulhari dan Muslim).


Yulia Ulfah, Spd, Alumni Ashidiqiyah Islamic College Jakarta Barat.


Keislaman Terbaru