Masjid Al-Furqon Lampung: Menjaga Tradisi di Tengah Modernitas
Ahad, 9 Maret 2025 | 14:26 WIB

Masjid Agung Al-Furqon, sebuah simbol spiritualitas dan kebudayaan yang telah menjadi saksi bisu perjalanan sejarah masyarakat Lampung. (Foto: NU Online Lampung/ Yudi Prayoga)
Wahyu Iryana
Penulis
Di jantung kota Bandar Lampung, berdiri megah masjid Agung Al-Furqon, sebuah simbol spiritualitas dan kebudayaan yang telah menjadi saksi bisu perjalanan sejarah masyarakat Lampung.
Masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial, pendidikan, dan budaya yang mengakar kuat dalam kehidupan warga.
Sejarah dan Arsitektur
Gagasan pendirian masjid Al-Furqon muncul pada tahun 1951 atas prakarsa Presiden Soekarno. Namun, pembangunan fisiknya baru dimulai pada tahun 1961. Masjid ini dirancang dengan arsitektur yang menggabungkan unsur-unsur tradisional dan modern, mencerminkan semangat zaman saat itu. Kubah limas yang unik dan menara Al-Qur’an yang menjulang tinggi menjadi ciri khasnya.
Pada tahun 2021, menara masjid setinggi 114 meter diresmikan oleh Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana. Menara ini tidak hanya menjadi yang tertinggi di Provinsi Lampung, tetapi juga menawarkan pemandangan indah kota dari atas, menjadikannya daya tarik wisata baru.
Peran Sosial dan Pendidikan
Masjid Al-Furqon telah lama menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial. Berbagai program pendidikan, seperti pengajian rutin, kajian tafsir, dan kelas-kelas keagamaan lainnya, diselenggarakan untuk berbagai kalangan usia. Selain itu, masjid ini juga aktif dalam kegiatan sosial, seperti santunan anak yatim, bantuan untuk kaum dhuafa, dan program-program kemanusiaan lainnya.
Kegiatan-kegiatan tersebut tidak hanya memperkuat ikatan sosial antarwarga, tetapi juga menegaskan peran masjid sebagai pusat pemberdayaan masyarakat. Dalam konteks modernisasi dan perubahan sosial yang cepat, masjid Al-Furqon tetap konsisten menjaga nilai-nilai tradisional sambil beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Kepemimpinan dari KHÂ Arif Mahya hingga Buya Ahmad Bukhari Muslim
Kepemimpinan Masjid Al-Furqon mengalami pergantian penting pada tahun 2016. KH Arif Mahya, yang telah lama menjabat sebagai ketua, memutuskan untuk mundur dan menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada KH Ahmad Bukhari Muslim. Serah terima jabatan ini berlangsung pada 20 Januari 2016, menandai babak baru dalam manajemen dan pengembangan masjid.
Di bawah kepemimpinan Buya Ahmad Bukhari Muslim, masjid Al-Furqon terus berkembang dan beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Program-program inovatif diperkenalkan, termasuk pemanfaatan teknologi dalam dakwah dan pendidikan, serta pengembangan fasilitas masjid untuk mendukung berbagai aktivitas komunitas. Kepemimpinan yang visioner ini memastikan bahwa masjid tetap relevan dan menjadi pusat kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Tantangan dan Harapan
Seperti banyak institusi keagamaan lainnya, masjid Al-Furqon menghadapi tantangan dalam menjaga relevansi di tengah arus modernisasi. Generasi muda yang semakin terpapar teknologi dan budaya global memerlukan pendekatan dakwah yang kreatif dan adaptif. Masjid ini perlu terus berinovasi dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan yang sesuai dengan konteks kekinian tanpa mengorbankan nilai-nilai inti.
Harapannya, masjid Al-Furqon dapat terus menjadi mercusuar spiritual bagi masyarakat Lampung, tempat di mana tradisi dan modernitas bertemu dalam harmoni. Dengan dukungan semua pihak, masjid ini dapat terus memancarkan cahaya kebaikan dan menjadi teladan bagi masjid-masjid lainnya di Indonesia.
Penulis mencoba membuat syair tentang Serambi Al-Furqon
Di serambi ini, angin membawa kisah lama tentang doa-doa yang terbang ke langit senja menyentuh awan, lalu kembali sebagai hujan rahmat.
Di sini, jejak kaki para pejuang tertinggal pada lantai yang dingin, mereka sujud menitipkan harap pada setiap helaan napas.
Anak-anak berlari, tawa mereka melayang mengisi ruang dengan keceriaan tanpa beban sementara azan memanggil dengan lembut.
Pada malam yang sunyi, lampu-lampu temaram menjadi saksi bisu zikir yang mengalun pelan menghitung butir-butir tasbih hingga fajar tiba.
Di serambi ini, waktu seakan berhenti membiarkan hati-hati yang resah menemukan damai dalam dekapan arsitektur yang penuh makna.
Al-Furqon, engkau bukan sekadar bangunan tapi rumah bagi jiwa-jiwa yang mencari tempat di mana bumi dan langit bertemu dalam doa.
Masjid Agung Al-Furqon Bandar Lampung adalah bukti nyata bagaimana sebuah tempat ibadah dapat memainkan peran sentral dalam kehidupan masyarakat. Dengan sejarah yang kaya, arsitektur yang megah, dan program-program yang relevan, masjid ini terus menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan bagi warga Lampung. Semoga cahaya Al-Furqon terus bersinar, menerangi jalan bagi generasi mendatang.
(Disarikan dari berbagai sumber).
Wahyu Iryana, Sejarawan dan Penyiar UIN Raden Intan Lampung.
Terpopuler
1
3 Amalan Malam Nuzulul Qur'an, Ahad 16 Maret 2025
2
Bolehkah Shalat Tahajud Setelah Shalat Witir
3
Nuzulul Qur'an: Berikut 5 Fadilah Membaca Al-Qur'an pada Malamnya
4
Bacaan Qunut Witir pada Separuh Akhir Ramadhan, Arab, Latin dan Terjemah
5
Kisah Sayyidah Khadijah ra dan Hari-Hari Menjelang Turunnya Al-Qur’an
6
Berikut Keutamaan Lailatul Qadar pada Bulan Ramadhan
Terkini
Lihat Semua