• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Pernik

Ketika Benda Menjadi Wasilah Doa

Ketika Benda Menjadi Wasilah Doa
ilustrasi nabi Musa dan tongkatnya
ilustrasi nabi Musa dan tongkatnya

Umat muslim senantiasa berdoa di sepanjang hari selama hidupnya. Entah berdoa di dalam ibadah mahdlah maupun ghairu mahdlah. Baik berdoa secara individu seperti doa mau makan, tidur, masuk WC, maupun doa secara ritual rutinan, seperti setelah selesai shalat 5 waktu, yasinan, tahlilan, maulidan dan yang lainya.

 

Selain berdoa secara lisan umat muslim juga senantiasa berdoa secara benda atau bisa disebut dengan doa yang dibendakan. Di sini bukan bermaksud memberhalakan benda, akan tetapi menjadikan benda sebagai wasilah, perantara, untuk maksud suatu doa tertentu, yang tujuannya semoga Allah mengabulkan atau menghendaki makhluknya atas perantara benda tersebut. 

 

Jika kita berpikir yang mengabulkan sesuatu adalah benda tersebut berarti menjerumus kepada kemusrikan. Jangankan benda, kita menganggap terkabulnya segala sesuatu karena doa tersebut, contoh menjadi kaya raya berkat doa pelancar rezeki, dalam kajian tasawuf hal tersebut juga bisa menjerumuskan ke dalam kemusrikan. Maka yang perlu ditegaskan bahwa segala sesuatu yang terkabul merupakan mutlak kehendak Allah sendiri, sedangkan selain-Nya merupakan wasilah untuk menuju kepada kehendak-Nya.

 

Membendakan sebuah doa bukan berarti hal yang baru, atau mengada-ada, karena sejak dahulu kala praktik seperti ini sudah ada di zaman para Nabi dan Rasul. Dan hal tersebut justru menjadi salah satu mukjizat para Nabi dan Rasul.

 

Allah sendiri banyak memberikan dalil berupa kisah masa lalu di dalam Al Qur'an tentang doa yang dibendakan. Seperti tongkat Nabi Musa yang memiliki keberkahan bisa membelah laut Merah, atas izin Allah. 

 

Ketika Nabi Musa terkepung oleh pasukan Raja Firaun di pesisir laut, Nabi Musa menengadah ke langit dengan pasrah dan meminta dari Allah sebuah pertolongan. Kemudian Allah menyuruh memukulkan tongkat yang dibawa Nabi Musa ke laut, sehingga laut terbelah menjadi jalan yang besar menghubungkan daratan baru di depanya. 

 

Sebenarnya bukan suatu tidak mungkin atau pasti jika Allah langsung membelah laut tersebut tanpa tongkat, dan pasti terjadi. Akan tetapi Allah mengajarkan proses, yakni tetap menjadikan tongkat Nabi Musa sebagai perantara kehendak-Nya. 

 

Selain kisah Nabi Musa as, Allah juga memberikan dalil dari kisah Nabi Yusuf as dengan baju ajaibnya yang mengandung doa, keberkahan dan mukjizat untuk menyembuhkan mata ayahnya, Nabi Ya’qub yang buta. Padahal itu hanya sebuah baju, akan tetapi jika baju sudah mengandung karunia, doa, karamah, mukjizat, maka atas izin Allah swt, baju tersebut menjadi perantara kehendak-Nya. 

 

Sekali lagi, mengapa harus menggunakan baju? Karena Allah ingin menunjukkan dan mengajarkan bahwa semua makhluknya yang ada di muka bumi bisa dijadikan perantara atau wasilah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. 

 

Dalam dunia sains dan medis kita mengenal yang namanya tanaman herbal dan obat-obatan. Seperti orang yang sakit kepala diberi obat bodrek hilang sakit kepalanya, padahal ia tidak membaca doa sama sekali. Hal itu disebabkan kenapa obat bodrek mengandung doa manusia dan kehendak dari Allah untuk sakit kepada. 

 

Allah juga sudah memberikan kehendak penyembuhan-Nya lewat tanaman herbal. Seperti ada orang atheis yang sakit asam urat, kemudian ia meminum jamu berupa jahe dan kunyit dan ternyata sembuh, itu bukan berarti tanpa kehendak Allah. Justru Allah sudah menciptakan kehendak penyembuhan lewat tanaman tersebut, dan telah menjadi doa yang dibendakan oleh seluruh manusia di muka bumi. 

 

Tidak terlepas dari dalil di atas, masyarakat Islam di Indonesia terutama yang paling banyak menggunakan benda-benda yang mengandung doa, karamah, dan tuah untuk dijadikan sebagai wasilah mendekatkan diri kepada Allah, sehingga Allah berkenan untuk mengabulkan maksud dan permohonan dari makhluk-makhluk-Nya. 

 

Benda-benda tersebut meliputi tanaman, hewan, besi, batu dan tanah. Seperti pring petuk, bunga serei, rotan hitam, kulit harimau, besi meteor, pamor keris, tombak, batu merah delima, tanah kuburan, tanah masjid, dll. Semuanya sebagai doa yang dibendakan, dan semuanya mengandung doa dan kehendak dari Allah swt secara alami.  

 

Tidak perlu jauh-jauh untuk memahami hal-hal tersebut. Dalam ilmu tasawuf yang memberikan rasa kenyang dan dahaga adalah Allah swt semata bukan yang lainnya. 

 

Akan tetapi ketika nasi dan air putih sudah mengandung doa dan kehendak kenyang dari-Nya, maka orang yang lapar dan haus ketika makan dan minum tanpa berdoa akan diberikan rasa kenyang dan dahaga sudah kenyang dengan sendirinya. Itulah bagaimana Allah selalu mengajarkan kepada semua makhluknya untuk selalu bersyukur dan memahami dengan teliti segala nikmat yang telah diberikan oleh-Nya. 

 

(Yudi Prayoga, Sekretaris MWCNU Kedaton, Bandar Lampung)


Pernik Terbaru