• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Opini

Persaudaraan Erat Indonesia dan Palestina

Persaudaraan Erat Indonesia dan Palestina
Rektor UIN Raden Intan, Prof H Wan Jamaluddin. (Foto: Istimewa)
Rektor UIN Raden Intan, Prof H Wan Jamaluddin. (Foto: Istimewa)

Konflik antara Palestina dan Israel masih terus berlangsung hingga saat ini, setidaknya ribuan korban jiwa berjatuhan dari kedua belah pihak. Dalam berbagai forum, Indonesia selalu tegas mengutuk dan mengambil posisi membela Palestina dan kedaulatannya. 


Serta meminta eskalasi ini segera dihentikan karena warga sipil banyak yang menjadi korban, termasuk perempuan dan anak-anak. Indonesia selalu menganggap akar konflik antara kedua negara tersebut merupakan dampak dari aneksasi atau pendudukan wilayah Palestina oleh Israel. Akar masalah dari konflik ini adalah pendudukan wilayah Palestina oleh Israel.


Indonesia tentu memiliki kepentingan dalam pembebasan Palestina, misalnya solidaritas sebagai negara bekas jajahan. Secara politik, sejak 1947, Indonesia mendukung dan mengakui kemerdekaan negara Palestina yang ditunjukkan melalui beberapa hal, mulai dari mendirikan Kedutaan Besar (Kedubes) di Amman, Yordania, yang merangkap Palestina, dan sebaliknya, mendirikan Kedubes Palestina di Jakarta. 


Melalui Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Indonesia juga berperan aktif dalam upaya diplomasi internasional untuk mencapai solusi dua negara (two state solution) dalam konflik Israel-Palestina. 


Solusi dua negara ini disebut akan memungkinkan masyarakat Israel dan Palestina untuk hidup berdampingan dan saling menghormati hak asasi manusia (HAM) yang diatur melalui konstitusi dan peraturan perundang-undangan.


Sejumlah langkah juga ditempuh Indonesia untuk mendukung proses perdamaian, antara lain menyediakan personel dan pasukan untuk misi perdamaian PBB di Timur Tengah, termasuk United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL), yang bertujuan untuk memelihara perdamaian di Lebanon Selatan. 


Meskipun tidak langsung terkait dengan konflik Israel-Palestina, partisipasi Indonesia dalam misi perdamaian ini merupakan kontribusi positif terhadap stabilitas regional. 


Selain itu, Indonesia juga memberikan berbagai bentuk bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina yang terkena dampak konflik, di antaranya bantuan medis, bantuan pangan, dan bantuan keuangan untuk proyek-proyek pembangunan infrastruktur vital di Palestina seperti rumah sakit dan lainnya.


Teologis, Historis dan Kemanusiaan

Hubungan baik Indonesia dan Palestina terjadi karena sejumlah faktor, antara lain adalah faktor teologis. Palestina menjadi salah satu tempat bersejarah yang sangat dicintai oleh umat muslim dunia, khususnya Masjid Al-Aqsha. Ikatan historis-religius inilah yang telah memperkuat ikatan antara bangsa Indonesia dan Palestina. 


Masjid Al-Aqsa adalah salah satu masjid suci umat Islam, selain Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Masjid Al-Aqsa sebagai tempat pijakan Nabi Muhammad dalam perjalanan Isra Mi’raj.


“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui (QS. Al-Isra :1). 


Kemudian, Masjid Al-Aqsa juga merupakan kiblat pertama kaum muslimin sebelum dihapus dan dialihkan ke ka’bah. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda: Kami shalat bersama Nabi menghadap Bait Maqdis selama 17 bulan. Kemudian Nabi berpindah arah kiblat (ka’bah) (HR Bukhari dan Muslim).


Selain faktor teologis, Indonesia dengan Palestina juga memiliki historis yang sangat kuat, setidaknya pada tanggal 6 September tahun 1944 menjadi momen yang penting bagi Palestina dan Indonesia. Saat itu, Palestina secara de facto mengakui Indonesia sebagai negara merdeka. 


Dalam catatan sejarah bahwa Palestina merupakan bangsa terdepan yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Saat itu Indonesia tengah dalam kondisi yang membutuhkan dukungan negara internasional untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.


Palestina kemudian menjadi salah satu negara yang mengakui Kemerdekaan Indonesia. Termasuk seorang Mufti Palestina yang bernama Muhammad Amin Al Husaini salah satu tokoh yang disegani di Palestina ikut andil dalam pengakuan kemerdekaan Republik Indonesia dan rela bersafari ke sejumlah negara untuk pengakuan Negara Indonesia. 


Saat Indonesia menyatakan kemerdekaan pada 1945, di sana rakyat Palestina bersukacita dan bergembira melihat bangsa Indonesia sebagai saudaranya meraih kemerdekaan. Begitu dekat batin masyarakat Palestina dan begitu kuat rasa persaudaraan rakyat Palestina kepada bangsa Indonesia.


Tidak hanya faktor teologis dan historis, faktor kemanusian menjadi alasan mengapa Indonesia hubungannya erat dengan Palestina. Bahkan sering membantu rakyat Palestina dengan berbagai bentuk. Sebab, tidak ada ajaran agama maupun konstitusi Negara yang mengajarkan penjajahan, penganiayaan, dan pembunuhan terhadap  warga sipil. 


Maka dari itu, mari kita bantu masyarakat Palestina dengan mendoakan untuk kemerdekaan dan kesejahteraan Palestina. Memberikan donasi melalui lembaga resmi yang diakui pemerintah serta mendukung langkah-langkah diplomasi pemerintah Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia.


Prof H Wan Jamaluddin, Rektor Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung


Opini Terbaru