• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Opini

Mari Merdekakan Belajar dengan Cinta dan Saling Berinteraksi Kepada Siswa

Mari Merdekakan Belajar dengan Cinta dan Saling Berinteraksi Kepada Siswa
Mari Merdekakan Belajar dengan Cinta dan Saling Berinteraksi Kepada Siswa Sumber foto: NU Online
Mari Merdekakan Belajar dengan Cinta dan Saling Berinteraksi Kepada Siswa Sumber foto: NU Online

Sudah 78 tahun indonesia merdeka. Apakah siswa mendapatkan kemerdekaan dalam belajar?. apakah kita masih mendapati guru yang hanya mengajar setengah hati atau bahkan hanya mengejar jam sertifikasi serta nilai kompetensi?. Ingatkah bahwa guru adalah teladan sepanjang hayat, terlebih guru yang selalu belajar, juga selalu meningkatkan literasi guna menupgrade kemampuan dan pengetahuan diri. 

 

Sejatinya murid dengan raihan kesuksesanya itu berkat kecerdasan dan budi pekerti yang baik. Bukan sekedar murid yang juara di kelas berkat intipan materi dibawah laci tanpa diawasi, atau justru nilai besar sebab lemahnya pengawasan guru. Mungkin ini merupakan dampak dari sekedar menunaikan kewajiban tanpa mengingat pembelajaran tentang kejujuran peserta ujian, atau bahkan hanya mengejar keterampilan yang saat ini sudah tidak relevan untuk masa depan. 

 

Berbicara tentang masa depan, kita semua tahu bahwa masa depan adalah sebuah perubahan, tidak ada yang permanen di dunia ini kecuali sebuah perubahan itu sendiri. 

 

Ratusan tahun yang lalu, tujuan murid datang ke sekolah berbeda dengan zaman sekarang. Dulu guru adalah satu-satunya sumber belajar, situasi tersebut tentu sudah sangat tidak relevan, sebab saat ini sumber informasi bisa didapati dimana saja dan kapan saja. 

 

Dalam merdeka belajar, guru bukan lagi tentang pentransfer pengetahuan atau memindahkan konten dari isi kepala guru kepada siswa layaknya gelas kosong yang dituangkan air dari teko. Peranan utama guru adalah mengetahui kebutuhan siswa, keunikanya, dan bagaimana ia dapat dukungan dalam pembelajaran. Hubungan yang kuat antara guru dengan murid membuka peluang untuk guru dapat memfasilitasi proses belajar siswanya, juga memberi kesempatan pada berbagai sumber yang tidak terbatas pada dinding kelas serta halaman sekolahan. 

 

Pastikan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan guru adalah pola pendidikan  dengan belajar esensial yang membawa perubahan untuk masa depan, bukan sekadar belajar dengan pola lama yang membosankan sehingga siswa berada  di sekolah dengan jasad dan fikiran terpisah, atau bahkan siswa menari dalam mimpi yang indah. 

 

Tantangan guru hari ini adalah menumbuhkan love learning anak, karena generasi saat ini merupakan generasi yang unik dan kreatif. Tetapi tentu mereka juga adalah generasi yang lemah jika lingkungannya salah dalam mengolah, yang akhirnya siswa menjadi malas. Maka wajar saja jika malas menjadi big problem in the world,  ya simpelnya adalah  permasalahan yang melanda secara global.  Namun saat ini banyak sekali negara yang bisa bebas dari masalah tersebut, seperti Rusia, Singapura, Hongkong, Irlandia dan Finlandia. 


Satu contoh di negara finlandia, hasil penelitian Stres Guru dari Universitas Jyväskylä, Universitas Finlandia Timur dan Universitas New York Abu Dhabi, mendapatkna hasil bahwa bukan hanya metode pembelajaran saja yang meningkatkan motivasi belajar siswa, namun juga kedekatan pola interaksi guru dengan siswa sangat berpengaruh besar terhadap semangat siswa dalam belajar, konflik yang terjadi antara guru dan murid menyebabkan hilangnya minat belajar anak sehingga menjadi malas. 

 

Jika Berkaca dari Singapura, mereka baru saja mereformasi dunia pendidikan dengan menghilangkan beberapa tes akademik dan proses pembelajaran yang kaku, serta mewajibkan siswanya mengikuti kelas-kelas seni, musik dan pendidikan jasmani. 

 

Maka dari itu, untuk hari ini sangatlah penting bagi seorang guru menyadari pendekatan metode belajar serta memahami pentingnya interaksi sebagai kekuatan keberhasilan anak, dengan penuh dukungan terhadap kebutuhannya. Guru tidak hanya memaksa anak wajib belajar namun juga memberikan kemerdekaan dalam belajar.

 

Ustadz Mahfudz Nasir, Pengajar di Pondok Pesantren Al Hikmah Bandar Lampung
 


Opini Terbaru