• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Senin, 20 Mei 2024

Opini

Belajar Jujur dari Momentum Puasa Ramadhan

Belajar Jujur dari Momentum Puasa Ramadhan
Dosen UIN Raden Intan, Agus Hermanto (Foto: Istimewa).
Dosen UIN Raden Intan, Agus Hermanto (Foto: Istimewa).

Jujur adalah salah satu sifat yang dimiliki oleh baginda Rasulullah saw. Maka, sebagai seorang muslim kita harus senantiasa menjadi orang yang jujur, agar kita dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.


Allah saw, berfirman dalam surat al-Ahzab ayat 70, yang berbunyi:


 ياأيّهاالذين آمنوا اتقول الله وقولوا قولا سديدا 


Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar (QS Al-Ahzab: 70). 


Ayat ini senantiasa menyapa kepada orang-orang yang beriman untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah dan senantiasa bertutur yang baik dan santun. Allah berfirman dalam Syarat al-Taubah ayat 117


 ياأيهاالذين آمنوا اتّقواالله وكونوا مع الصّادقين   


Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan bersamalah dengan orang-orang yang jujur (QS Al-Taubah: 117). 


Perintah taqwa pada ayat kedua ini, sekaligus perintah untuk menjadi orang yang jujur, sehingga selalu bersama dengan orang-orang yang jujur. Maka sesungguhnya dua ayat ini mengisyaratkan agar kita bertaqwa dan senantiasa menjadi orang baik dalam ucapannya dan jujur dalam setiap perilakunya.


Jujur pada diri sendiri, jujur pada orang lain dan jujur pada Allah yang Maha Segalanya. Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas ra: sebaik-baiknya bulan adalah bulan Ramadhan. 


Ibadah puasa adalah ibadah khusus, yang dilakukan pada waktu khusus dan dilakukan oleh orang-orang khusus. Kekhususan di sini menunjukkan pada ayat Al-Qur’an yang artinya barang siapa di antara kalian melihat tanda-tanda Ramadhan maka berpuasalah. 


Jujur dalam konteks puasa adalah ketika seseorang menentukan awal datangnya bulan Ramadhan, hendaklah ia jujur, dan harus bersyahadat dan disaksikan atas kebenarannya. 


Begitu juga kejujuran dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan, sebagaimana Rasulullah saw, bersabda.


من فرح بدخول رمضان حرّم الله جسده على النّيران


Artinya: Barang siapa yang bahagia dengan datangnya bulan Ramadhan, maka Alah akan haramkan jasadnya dari api neraka. 


Begitu mulianya bulan Ramadhan, dan orang yang jujur senantiasa akan berkata Marhaban ya Ramadhan. Kejujuran dalam bulan Ramadhan juga tersirat dari makna ramadhan itu sendiri, di mana puasa ramadhan dilaksanakan mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari dengan menahan lapar dan dahaga, dan tanpa adanya dusta baik pada diri sendiri atau kepada Allah. 


Maka Allah swt berfirman dalam hadits qudsi: 


كل عمل ابن آدم له إلا الصيام فإنّه لي وأنا أجرى به 


Artinya: Setiap amalan anak Adam adalah miliknya kecuali puasa, sesungguhnya puasa adalah milikku dan aku yang akan membalas pahalanya (HR Bukhari Muslim). 


Ibadah Ramadhan yang dilaksanakan dalam waktu sehari penuh maka banyak potensi bagi setiap orang untuk tidak jujur, sehingga Allah yang akan mengawasinya dalam berpuasa.


Kejujuran selain pada diri sendiri juga pada Allah dan pada sesama, karena manusia diciptakan sebagai hamba yang bermasyarakat dan diberikan kemuliaan yang berbeda-beda, sehingga kemaslahatan adalah kunci dari kemuliaan manusia.


Sebagaimana sabda Rasulullah saw: sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Kejujuran dalam bergaul menjadi penting agar selalu menebar manfaat, dan orang yang sedikit jujurnya akan sedikit pula kawan dan manfaat hidupnya. 


Jujur dalam konteks Ramadhan adalah menjaga segala aktivitas kita khususnya selama berpuasa. Kejujuran akan membawa pada kebaikan dan kebaikan akan membawa pada surga-Nya Allah. 


Sebagaimana sabda Rasulullah saw, yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim:


 عليكم بالصدق فإنّ الصدق يهدى إلى البر، إن البرّ يهدى إلى الجنّة 


Artinya: Begitu indahnya syariah Islam, sehingga orang yang jujur adalah nyata dan orang yang munafik juga nyata. 


Rasulullah menerangkan dalam sabdanya: 


آية المنافق ثلاث إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف وإذا ائتمن خان


Artinya: Tanda-tanda orang munafik ada tiga, apabila berkata dia bohong, apabila berjanji ia khianati, dan apabila di percaya ia tidak menjaga amanat.


Ibadah puasa sejatinya adalah ibadah yang telah diperintahkan pula kepada umat terdahulu, sebagaimana firman Allah: Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang yang bertaqwa. 


Jujur termasuk menjalankan segala perintah Allah dengan ikhlas, meskipun ikhlas itu sulit diucapkan namun dapat dilihat hasilnya. Maka Imam Al Nawawi berkata:


 الإخلاص هو بأن طهرت حواسه الظاهرة والباطنة من الأخلاق الذميمة 


Artinya: Ikhlas adalah mensucikan panca indra kita baik secara nyata maupun batin, dari perbuatan yang dapat merusak ketulusan. Ikhlas seperti halnya air putih yang ada dalam gelas sehingga tidak adanya warna lain kecuali kejernihannya.


Orang-orang yang senantiasa ikhlas dalam beribadah berarti ia jujur dalam mengabdikan diri kepada Allah, sehingga dikatakan sebagai orang yang mukhlisun


المخلصون هم كالذين يمشون على الرمال لا تسمع أصوات خطواتهم ولمن ترى آثرهم  


Artinya: Orang-orang yang ikhlas adalah seperti halnya berjalan di atas pasir, yang tidak pernah terdengar suara langkah kakinya, namun nampak jelas tapak tilas dimana ia telah melakukan perjalanan. 


Ibadah puasa yang dilakukan secara jujur Allah akan senantiasa menjadikannya sebagai hamba yang bertaqwa. Taqwa sendiri sebagaimana diajarkan oleh Ali bin Abi Thalib: 


التقوى هى الخوف من الجليل والعمل بالتنزيل ورضى بالقليل والاستعداد ليوم الرحيل


Artinya: Taqwa adalah takut kepada Allah yang Maha Agung, ridha atas anugrah yang diberikan, dan mempersiapkan diri untuk rihlah (pindahnya dari alam duniawi menuju alam ukhrawi). 


Semoga dengan kejujuran dan keikhlasan kita, Allah senantiasa jadikan kita sebagai hamba yang bertaqwa.


Agus Hermanto, Dosen UIN Raden Intan Lampung
 


Opini Terbaru