• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Literasi

Melanjutkan Perjuangan Gus Dur sebagai Tokoh Bangsa dan Dunia

Melanjutkan Perjuangan Gus Dur sebagai Tokoh  Bangsa dan Dunia
Gus Dur sebagai tokoh bangsa dan dunia
Gus Dur sebagai tokoh bangsa dan dunia

Bulan Desember sering disebut sebagai  bulannya Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid). Beliau wafat 13 tahun lalu, 30 Desember 2009. Dalam tradisi Nahdlatul Ulama (NU) dikenal istilah tradisi haul, yakni peringatan tahunan wafat seseorang. 

 

Haul akan terasa dahsyat gemanya jika yang meninggal itu seorang tokoh kharismatik, ulama besar, pendiri sebuah pesantren dan seterusnya. Gus Dur adalah salah satu tokoh itu. Tahun 2022 ini adalah peringatan haul Gus Dur ke-13, dengan mengusung tema besar: Gus Dur dan Pembaharuan NU. 

 

Warga NU, para pengagum Gus Dur di seluruh seantero pelosok Nusantara bahkan dibelahan dunia menggelar agenda serupa dengan berbagai macam acara, dengan multi apresiasi seperti doa bersama, tahlil, ziarah kubur ke Tebuireng, Jombang, tahfidzul quran, testimoni, pembacaan puisi, pameran lukisan untuk Gus Dur, hingga menulis sosok Gus Dur seperti yang di tulis oleh Wakil Ketua DPR RI, Abdul Muhaimin Iskandar (AMI) ini yang dituangkan dalam judul buku Melanjutkan Pemikiran dan Perjuangan Gus Dur.

 

Menurut AMI, Gus Dur telah melakukan investasi abadi dalam bentuk pemikiran dan perjuangan yang akan membuatnya terus dikenang. Pertama adalah amal jariyah, berupa terobosan-terobosan besar dalam kehidupan bangsa dan masyarakat, sehingga Indonesia bisa jauh lebih demokratis dan toleran.

 

Kedua, ilmu yang bermanfaat, yaitu pemikiran-pemikiran dan pengetahuannya tentang kehidupan yang terus menjadi rujukan dan payung bagi generasi penerusnya. Kemudian ketiga, generasi anak sholeh, yang terus berikhtiar untuk menyebarkan gagasan-gagasannya, disamping mendoakannya.

 

Buku yang  diterbitkan oleh LKiS, Yogyakarta ini terdiri dari 18 tulisan utama refleksi AMI tentang sosok Gus Dur, baik dari sisi pemikiran, perjuangan, gerakan, dan lain-lain yang telah melampaui sekat-sekat budaya, agama, etnis, dan bangsa. 

 

Pemikiran dan perjuangan Gus Dur dinilai telah merangkum gagasan–gagasan besar dari berbagai agama, tradisi, budaya, dan peradaban manusia, memayungi semua aspirasi dan kepentingan kelompok masyarakat dari berbagai keyakinan. Gus Dur telah merintis suatu tata kehidupan masyarakat bangsa yang demokratis, berbasis pandangan keagamaan yang terbuka dan tradisi masyarakat yang kokoh. Suatu rintisan dan sumbangan yang sangat berharga bagi bangsa yang majemuk dan bagi perdamaian dunia. 

 

Bagi mantan Ketua Umum PB PMII ini, sosok Gus Dur adalah sebagai muballigh kemanusiaan, seluruh hidupnya bisa dikatakan didedikasikan untuk menyebarkan ajaran-ajaran agama. Namun berbeda dengan muballigh konvensional yang cenderung menyebarkan ajaran-ajaran agama sebatas pada dimensi normatif dan simboliknya, Gus Dur selalu menyebarkan inti ajaran agama, yaitu ajaran yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta kemanusiaan. 

 

Karena yang disebarkan adalah inti ajaran agama, dakwah Gus Dur bersifat terbuka, menyeluruh dan mampu merangkum ajaran-ajaran yang baik dari semua agama dan peradaban. Dakwahnya juga tidak hanya ditujukan kepada dan diterima oleh kelompoknya saja, tetapi juga pemeluk agama lain dan bahkan lintas agama.

 

Bagi AMI, Gus Dur adalah guru inspirasi dan yang membesarkan. Gus Dur banyak melahirkan politisi ternama, misalnya, Alwi Shihab yang semula hanya seorang tokoh biasa, diangkat menjadi Menteri Luar Negeri. Kemudian Mahfudh MD semula hanya seorang dosen UII Yogyakarta diangkat menjadi Menteri Pertahanan.  Lalu AS Hikam seorang pengamat politik LIPI (sekarang BRIN) diangkat jadi Menristek. Khofifah Indah Parawansa diangkat jadi Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan. Dan masih banyak lagi orang-orang yang menjadi tokoh besar karena dibesarkan oleh Gus Dur. 

 

Namun, sebagai demokrat, Gus Dur membiarkan anak didiknya berdiaspora dan berbeda pendapat dengannya. Ketika menjadi Presiden RI, Gus Dur juga membiarkan orang-orang Aceh atau Papua berbeda pendapat tentang kemerdekaan wilayahnya. Tapi Gus Dur sama sekali tidak memberikan toleransi jika orang-orang tersebut sudah membuat gerakan untuk memisahkan diri dari Republik Indonesia. Dalam tradisi NU, separatisme hanya di izinkan dalam pikiran, tidak dalam tindakan atau gerakan.

 

Meskipun buku ini telah terbit 12 tahun lalu, tetapi isinya tetap kontekstual untuk menyelami spirit nilai-nilai yang melekat dalam Gus Dur, baik dari sisi pemikiran, perjuangandan gerakan sosial lainnya. Memang, kini Gus Dur telah tiada namun cita-cita dan keteladanannya sampai hari ini masih hidup menyala.

 

Selaku generasi bangsa selayaknya kita melanjutkan estafet perjuangan dan pemikirannya. Gus Dur bukan sekedar milik warga NU, santri Pesantren Tebuireng Jombang, Gusdurian, atau Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Gus Dur adalah milik semua  bangsa Indonesia bahkan dunia. 

      

Identitas Buku: 

Judul : Melanjutkan Pemikiran dan Perjuangan Gus Dur

Penulis : Abdul Muhaimin Iskandar     

Penerbit : LKiS, Bantul, Yogyakarta

Tahun Terbit : Cetakan 1, Juli, 2010

Tebal : xvv + 182 Halaman 

Nomor ISBN : 979-25-5328-2

Peresensi : Akhmad Syarief Kurniawan, warga NU tinggal di Kabupaten Lampung Tengah  dan Kontributor NU Online Lampung.


Literasi Terbaru