Khutbah

Khutbah Jumat: Bijak dalam Bermedia Sosial

Rabu, 11 Juni 2025 | 10:45 WIB

Khutbah Jumat: Bijak dalam Bermedia Sosial

bijak dalam bermedia sosial (Ilustrasi: YP/Istimewa)

Marilah kita bersyukur kepada Allah swt atas segala nikmat-Nya, termasuk nikmat teknologi dan informasi yang sangat cepat.

 

Namun, syukur itu harus diwujudkan dengan penggunaan yang bijak dan bertanggung jawab. Di akhirat nanti, setiap mata, telinga, tangan, dan jari kita akan menjadi saksi atas apa yang kita lakukan, termasuk di media sosial.

 

Khutbah I

 

الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

 

Hadirin yang dirahmati Allah,

Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Takwa adalah sebaik-baik bekal menuju kehidupan akhirat yang abadi. Allah swt berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 2:

 

 "ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ"

 

Artinya: Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.

 

Jamaah yang berbahagia,

Di zaman yang serba digital ini, kehidupan kita tidak bisa lepas dari media sosial. Setiap hari, bahkan setiap saat, kita membuka aplikasi seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, TikTok, Twitter, dan lain sebagainya. Media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Namun, sebagai seorang Muslim, kita harus menyadari bahwa apa pun yang kita lakukan—termasuk di dunia maya—akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah swt.

 

Rasulullah saw bersabda:

 

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

 

Artinya: Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam (HR Bukhari dan Muslim).

 

Hadits ini menunjukkan bahwa menjaga lisan adalah bagian dari keimanan. Di era media sosial, "lisan" itu bisa berubah menjadi jari-jari kita saat mengetik, mengomentari, membagikan, atau menyebarluaskan informasi. Maka, bijak dalam bermedia sosial adalah bagian dari menjaga lisan.

 

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Mari kita renungkan bersama beberapa prinsip Islam yang harus kita pegang dalam bermedia sosial:

 

1. Tabayyun: memastikan kebenaran informasi

 

Allah swt berfirman dalam Surah Al-Hujurat ayat 6:

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا ۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

 

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu (QS Al-Hujurat: 6).

 

Ayat ini menekankan pentingnya tabayyun atau klarifikasi sebelum menyebarkan informasi. Jangan sampai kita menjadi penyebar hoaks, fitnah, atau informasi yang tidak benar, yang bisa menyesatkan atau merugikan orang lain.

 

2. Menjaga akhlak dalam berinteraksi

 

Rasulullah saw adalah teladan terbaik dalam akhlak. Beliau tidak pernah mencela, memaki, atau menyakiti hati orang lain, meskipun berbeda pendapat.

 

Dalam bermedia sosial, kita sering melihat komentar kasar, ujaran kebencian, dan adu domba. Ini adalah akhlak yang bertentangan dengan Islam. Jangan karena merasa "anonim" di media sosial, kita merasa bebas berkata apa saja. Ingatlah bahwa Allah Maha Mengetahui, dan setiap kata yang kita tulis akan dicatat oleh malaikat.

 

Dalam Surah Qaf, ayat 18 dijelaskan:

 

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ ۝١٨

 

Artinya: Tidak ada suatu kata pun yang terucap, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat) (QS Qaf: 18).

 

3. Menghindari ghibah dan fitnah

 

Ghibah (menggunjing) dan fitnah sangat mudah tersebar di media sosial. Membicarakan keburukan orang lain tanpa hak, membagikan video aib seseorang, atau membuat komentar yang menjatuhkan adalah bagian dari ghibah dan fitnah yang sangat dilarang dalam Islam.

 

Allah swt berfirman:

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

 

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang (QS Al-Hujurat: 12).

 

4. Menjaga waktu dan fokus kehidupan

 

Media sosial bisa sangat menguras waktu jika tidak digunakan secara bijak. Banyak orang yang terlena scroll berjam-jam, melupakan waktu shalat, tanggung jawab, bahkan keluarga. Padahal waktu adalah amanah.

 

Rasulullah saw bersabda: "Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalamnya: kesehatan dan waktu luang" (HR Bukhari).

 

Gunakan media sosial untuk hal-hal bermanfaat: menyebarkan ilmu, dakwah, informasi yang benar, atau sekadar menjaga silaturahmi secara positif.

 

Jamaah yang dirahmati Allah,

Media sosial itu netral. Ia bisa menjadi alat pahala, bisa juga menjadi alat dosa. Semua tergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Jadikan media sosial sebagai ladang amal, bukan tempat menyebar dosa.

 

Allah swt berfirman dalam Surah An-Nur ayat 19:

 

اِنَّ الَّذِيْنَ يُحِبُّوْنَ اَنْ تَشِيْعَ الْفَاحِشَةُ فِى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌۙ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

 

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang senang atas tersebarnya (berita bohong) yang sangat keji itu di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang sangat pedih di dunia dan di akhirat. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui (QS An-Nur: 19).

 

Ayat ini menjadi peringatan keras bagi siapa saja yang senang menyebarkan aib, maksiat, dan konten negatif. Maka, berhati-hatilah dalam memposting dan menyebarkan sesuatu. Jangan hanya karena ingin viral, kita rela kehilangan keberkahan hidup dan pahala akhirat.

 

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Sebagai penutup khutbah ini, mari kita jadikan beberapa prinsip bijak dalam bermedia sosial berikut sebagai pedoman:

 

1. Pikirkan sebelum posting. Tanyakan pada diri: apakah ini benar? Apakah ini baik? Apakah ini perlu?

2. Jaga akhlak dan adab. Baik online maupun offline, seorang Muslim tetap harus berakhlak mulia.

3. Gunakan untuk dakwah dan kebaikan. Jadikan media sosial sebagai sarana menyebarkan ilmu, kebaikan, dan inspirasi positif.

4. Hindari debat kusir. Banyak perdebatan di media sosial yang hanya menghabiskan waktu dan menimbulkan permusuhan.

5. Bersihkan timeline dari konten negatif. Ikuti akun-akun yang bermanfaat, tinggalkan yang merusak iman dan akhlak.

 

Semoga khutbah ini menjadi pengingat bagi kita semua agar lebih bertakwa kepada Allah dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam dunia digital dan media sosial.

 

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هٰذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II

 

الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَ الْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أنْ لَآ إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ

اللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

Ustadz Yudi Prayoga, M.Ag, Sekretaris MWCNU Kedaton Bandar Lampung