• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 4 Mei 2024

Khutbah

Khutbah Jumat: Berbagai Cara Allah Memberikan Rezeki kepada Manusia

Khutbah Jumat:  Berbagai Cara Allah Memberikan Rezeki kepada Manusia
Khutbah Jumat: 4 Cara Allah Memberikan Rezeki Kepada Kita 
Khutbah Jumat: 4 Cara Allah Memberikan Rezeki Kepada Kita 

Rezeki merupakan karunia yang diberikan Allah swt kepada makhluknya, dan Allah akan menjamin rezeki dari berbagai arah, salah satunya dengan perantara bekerja, sehingga semua mendapatkan bagiannya.  Rezeki yang diberikan Allah tidak bisa dihitung satu persatu dan bukan hanya didapatkan dari bekerja saja. Namun Allah memberikan rezeki kepada manusia di dunia melalui banyak cara dan jalan yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an.   

 

Teks khutbah Jumat ini berjudul “Khutbah Jumat:   Berbagai Cara Allah Memberikan Rezeki Kepada Manusia”, memberikan gambaran kepada kita semua, bahwa rezeki dari Allah sangatlah luas, sehingga bisa didapatkan dengan berbagai cara. 


Khutbah I

 

   الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ    

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

 

Marilah kita semua memanjatkan puja, puji dan syukur kita kepada Allah swt, Dzat yang Kaya Raya, selalu memberikan rezekinya kepada semua makhluknya, baik yang beriman maupun yang ingkar. Maka yang dapat kita haturkan kepada Allah adalah rasa syukur dan menerima atas pemberiannya.

 

Shalawat beserta salam tak lupa kita haturkan kepada Nabi Muhammad saw, Nabi yang dermawan, memiliki etos kerja yang tinggi dan selalu memperjuangkan hak-hak orang fakir dan miskin. 


 
Pada kesempatan yang mulia ini, tidak bosan-bosannya khatib berpesan kepada seluruh jamaah dan khususnya kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt, yakni dengan senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

 

Rezeki merupakan sesuatu yang telah dijamin oleh Allah swt. Dan Allah sendiri memberikan rezeki kepada makhluknya dengan berbagai cara, sebab atau wasilah. Karena Allah swt Maha Pemberi dan Maha Kaya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah swt dalam surat Ar-Rum ayat 40:

 

اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْۗ هَلْ مِنْ شُرَكَاۤىِٕكُمْ مَّنْ يَّفْعَلُ مِنْ ذٰلِكُمْ مِّنْ شَيْءٍۗ سُبْحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ ࣖ - ٤٠


Artinya: Allah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, lalu mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara mereka yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu yang demikian itu? Maha Suci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (QS Al-Isra: 40).

 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata rezeki adalah segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan), bisa berupa materi atau nonmateri. Rezeki berupa materi seperti harta dan kekayaan yang bisa dirasakan oleh panca Indera. Sedangkan nonmateri bisa berupa kecerdasan, kesehatan, kebahagiaan, ketentraman, dan sebagainya.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

 

Rezeki yang berkah bisa diperoleh kapanpun dan dengan berbagai cara apapun, asalkan dengan cara yang baik dan halal. Di sini khatib akan menjelaskan bahwa ada 4 cara Allah memberikan rezeki kepada manusia. 

 

Yang pertama, sebab bekerja. 

 

Bekerja dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan manusia untuk mendapatkan penghasilan demi memenuhi tujuan tertentu. Tujuan tersebut dapat berupa pemenuhan kebutuhan makan, tempat tinggal, atau kebutuhan hidup lainnya. Dengan perantara bekerja, maka manusia akan memperoleh rezeki dari Allah swt. Sebagaimana yang disebutkan di dalam Al-Quran Surat At-Taubah ayat 105:


وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ

 

Artinya: Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah: 105).


Selain itu Allah juga sudah menciptakan bumi dengan berbagai isi, sehingga kita diperintah untuk mencari rezeki di bumi yang telah dibentangkan oleh Allah swt. Seperti yang tercantum di dalam surat Al-Mulk, ayat 15:


هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ


Artinya: Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan (QS Al-Muluk: 15).

 

Rasulullah saw juga bersabda dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal bahwa bekerja merupakan mulia, terlebih dengan tangannya sendiri. 


قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ قَالَ عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ


Artinya: Dari Rafi' bin Khadij ra, ia berkata: Pernah ditanyakan, "Ya Rasulullah, pekerjaan apa yang paling baik?" Beliau menjawab: "Pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri, dan setiap jual-beli yang baik" (HR Ahmad bin Hanbal).

 

Hadits tersebut mengingatkan sekaligus menyadarkan manusia tentang betapa mulianya seorang yang bekerja, karena Allah mengkategorikan seseorang yang bekerja sama saja sedang berjuang di jalan Allah (sabilillah).

 

Juga sabda Rasulullah saw lainnya, yang artinya: Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bekerja dan barangsiapa yang bekerja keras untuk keluarganya, maka ia seperti mujahid di jalan Allah  (HR Ahmad).

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

 

Yang kedua, dengan tawakal. 

 

Rezeki juga bisa diperoleh dengan cara bertawakal kepada Allah swt. Yakni selalu menyerahkan dan menyandarkan segala pekerjaannya dan aktivitas kepada Allah swt. Banyak orang-orang terdahulu yang diberikan kekayaan oleh Allah sebab takwa dan tawakalnya. Meski kadang bekerjanya biasa saja, tidak ngoyo atau memaksa. Sebagaimana dalam firman-Nya, Surat At-Talaq Ayat 2:

 

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا

 

Artinya: Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu (QS. At-Talaq: 2).

 

Disebutkan dalam Tafsir al-Wajiz bahwa ayat di atas mengandung makna Allah memberi rezeki dengan berbagai cara melalui arah yang tidak diketahui. Barangsiapa menyerahkan urusannya kepada Allah, maka Dia akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang menerapkan hukum, kehendak, dan takdir-Nya terhadap makhluk-Nya. Sungguh Allah telah menciptakan bagi tiap-tiap sesuatu kesejahteraan yang sudah ditakdirkan, jumlah dan masanya tidak lebih dari takdir yang telah ditentukan itu. 

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

 

Ketiga, sebab silaturahim. 

 

Silaturahim merupakan menjaga hubungan sesama saudara, baik saudara sesama Islam, sesama suku, dan lain sebagainya. Meskipun ada kerabat yang berbuat buruk, Rasulullah tetap memerintahkan untuk menjaga hubungan silaturahim. 

 

Silaturahim tidak hanya merekatkan persaudaraan, akan tetapi ada timbal balik di dalamnya, seperti dilapangkan rezeki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, 

 

عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

 

Artinya: Dari Ibnu Syihab dia berkata, "Telah mengabarkan kepadaku Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa ingin dilapangkan pintu rezeki untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturahim" (HR Bukhari) [Shahih No.5986 Versi Fathul Bari].

 

Juga diungkapan oleh Rasulullah saw dalam hadits lain yang artinya: Sedekah terhadap orang miskin adalah sedekah, dan terhadap keluarga sendiri mendapat dua pahala: sedekah dan silaturahim (HR Tirmidzi).  

 

Momen silaturahim bisa digunakan untuk menolong kerabat yang mungkin membutuhkan bantuan. Allah tentunya menjanjikan pahala yang besar, berupa keberkahan harta, bagi mereka yang membantu sesama, bahkan lebih melimpah dibandingkan bersedekah untuk fakir miskin. 

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

​​​​​​​

Keempat, sebab rahasia Allah. 


 
Allah swt selalu memiliki berbagai rahasia yang tidak terpikirkan oleh manusia, termasuk rahasia masalah rezeki. Di dunia nyata, kita sering menyaksikan manusia dengan kadar rezeki dan perantara yang berbeda-beda ada yang pasti di depan mata, ada yang masih tersembunyi. Akan tetapi Allah swt juga kadang-kadang menampakkan kekuasaan-Nya atas rezeki yang tidak disangkan-sangka. Seperti Allah menurunkan rezeki bagi Siti Maryam, menurunkan makanan bagi umat Nabi Ilyas, mengeluarkan air dari jari-jari Nabi Muhammad saw. 

 

Hal demikian bukanlah sesuatu yang mustahil, karena Allah swt sendiri berfirman di dalam Al-Qur’an surat At-Talaq ayat 3: 

 

وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

 

Artinya: Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu (QS At-Talaq: 3). 

 

Selain itu juga Allah swt memberikan rezeki tanpa disangka-sangka lewat kita beristighfar kepada Allah. Hal ini dijelaskan di dalam hadis Nabi saw, yang artinya: Barang siapa yang memperbanyak istighfar, Allah jadikan baginya kemudahan dari setiap kesulitan dan menjadikan jalan keluar dari setiap kesempitan. Dan, Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka nya (HR Abu Daud dan Ibnu Majah).

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

 

Demikianlah khutbah yang singkat ini, semoga kita senantiasa menjadi hamba-hamba yang terus mengalir rezekinya dan mendapatkan keberkahan dan ridhanya Allah swt dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Amin ya Rabbal alamin.

 

   بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ   

 

Khutbah II

 

   اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ   اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ   اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ  رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ   عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ   

 


Ustadz Yudi Prayoga, M Ag, Sekretaris MWCNU Kedaton, Bandar Lampung


Khutbah Terbaru