• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 18 Mei 2024

Syiar

Nasihat Nabi Isa agar Kita Tak Selalu Mengeluhkan Rezeki

Nasihat Nabi Isa agar Kita Tak Selalu Mengeluhkan Rezeki
Burung-burung yang terbang setiap hari selalu mendapatkan rezeki dengan caranya (Ilustrasi Foto: NU Online)
Burung-burung yang terbang setiap hari selalu mendapatkan rezeki dengan caranya (Ilustrasi Foto: NU Online)

Dalam hidup kadang kala atau mungkin sering kali kita mengalami kesulitan dalam hal keuangan. Kondisi itu membuat sebagian orang menjadi bersusah hati, mengeluh, hingga prasangka buruk.


Dalam Kitâb al-Imtâ wa al-Mu’ânasah, Imam Abu Hayyan al-Tauhidi (w. 414 H) mencatat perkataan Nabi Isa as tentang pentingnya melihat palajaran dalam mencari rezeki. Berikut riwayatnya:  

 وقال عيسي عليه السلام: يا ابن آدم اعتبرْ رِزقك بطير السماء, لا يزرَعْن ولا يحْصُدن وإله السماء يرزُقهنّ. فإن قلتَ: لها أجنحةٌ فاعتبرْ بحمر الوحْش وبقر الوحْش ما أسمنها وما أبشمها وأبدنها  

 

Artinya: Isa as bekata, “Wahai anak cucu Adam, ambillah pelajaran rezekimu dengan burung di langit. Mereka tidak pernah menanam dan menuai (memanen). Tuhan langitlah yang memberikan mereka rezeki. Jika kau (anak cucu Adam) beralasan: Mereka (burung) memiliki sayap. Maka ambillah pelajaran dari keledai dan sapi liar, (lihatlah) betapa gemuknya mereka, betapa banyaknya makan mereka dan betapa gempalnya tubuh mereka.” 
 

Dilansir dari NU Online,  Nabi Isa as menyuruh anak cucu Adam untuk mengambil pelajaran, terutama soal rezeki. 

 

Ia berkata (terjemah bebas): Lihatlah burung yang terbang di kolong langit, ia bisa makan tanpa harus menanam dan memanen, karena Allah lah yang memberi mereka makan.

 

Maknanya adalah, burung yang tidak difasilitasi kemampuan bercocok tanam, dapat memenuhi kebutuhannya. Lalu mengapa manusia yang diberikan banyak perangkat kemampuan, akal dan pikiran, terus mengeluhkan rezekinya. 

 

Memang mengeluh itu wajar dan tidak haram. Setiap manusia berhak mengadukan keluhannya kepada Tuhan. Karena itu Tuhan memberikan hak berdoa kepada manusia.

 

Jadi, nasihat Nabi Isa di atas bukan soal boleh-tidaknya mengeluh, tapi lebih kepada bagaimana agar manusia bisa berkembang secara spiritual dan mental.   Artinya, nasihat di atas bertujuan mendidik jiwa manusia agar tidak rapuh dan tidak mudah berputus asa, apalagi jika keputusasaan itu dicarikan alasan logisnya, seperti perkataan (terjemah bebas): “Burung memiliki sayap, sedangkan kami tidak.”

 

Kemudian Nabi Isa merubah objek “i’tibâr”nya ke keledai dan sapi liar yang tetap gemuk, gempal dan banyak makannya tanpa bercocok tanam. Dengan mengatakan itu, Nabi Isa sedang mengajari kita bahwa ada pelajaran dalam segala sesuatu. 

 

Jika cara pandang kita baik, pikiran kita jernih, dan iman kita kuat, kita akan menemukan bermacam-macam pelajaran dari setiap peristiwa hidup. Sayyidina Luqman al-Hakim pernah berkata:  


 إنّ الذّهب يُجرَّب بالنّار وإنّ المؤمن يُجرَّب بالبَلَاء 

 

Artinya: Sesungguhnya emas ditempa dengan api, dan orang beriman ditempa (diuji) dengan kesusahan (musibah) (Imam Abu Hayyan al-Tauhidi, Kitâb al-Imtâ wa al-Mu’ânasah, 2011, halaman 242).  


Ini menunjukkan bahwa jiwa kita sebagai manusia harus berkembang. Tanpa ditempa dan diuji, perkembangan kita sebagai manusia akan terhenti. 

 

Penjelasan sederhananya, misalylnya, dengan adanya musibah, Allah sedang mendidik kesabaran kita agar bertambah, sehingga kita menjadi orang yang lebih sabar dari kita yang kemarin. Dengan adanya limpahan anugerah, Allah sedang mendidik rasa syukur kita, sehingga kita menjadi orang yang lebih bisa mensyukuri nikmat daripada kita yang kemarin, dan begitu seterusnya.  

 

Karena itu, Nabi Isa menyuruh kita untuk mengambil pelajaran dari burung, sapi dan keledai liar, agar kita bisa terus mendidik diri kita sendiri, terutama dalam cara pandang kita tentang rezeki. Perasaan kekurangan rezeki inilah yang paling sering memantik kekufuran, kemarahan dan keputusasaan manusia.    

 

Padahal, jika kita melihatnya lebih jauh, Allah selalu memberikan rezeki-Nya kepada kita, hanya saja kita tidak menyadarinya. Dan sesungguhnya rezeki adalah itu ada di mana-mana, bukan hanya uang. Tapi juga udara yang kita hirup, tanah yang kita pijak, langit yang kita pandang, tangan yang kita gerakan, mata yang kita gunakan, sampai matahari yang selalu bersinar setiap hari.


Syiar Terbaru