• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 4 Mei 2024

Khutbah

Khutbah Jumat: 4 Tingkatan Rezeki dari Allah Swt

Khutbah Jumat:  4 Tingkatan Rezeki dari Allah Swt
Khutbah Jumat: 4 Tingkatan Rezeki Menurut Syekh Sya'rawi
Khutbah Jumat: 4 Tingkatan Rezeki Menurut Syekh Sya'rawi

Rezeki merupakan anugerah dari Allah swt yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya di dunia ini. Semua makhluk-Nya pasti dijamin rezekinya, seperti jin, manusia, tumbuhan, hewan, baik manusia yang beriman maupun yang ingkar. Karena Allah merupakan Ar-Razzaq, Maha Pemberi Rezeki. 


Allah swt memberikan rezeki kepada makhluknya dengan cara yang beragam dan dalam bentuk rezeki yang beragam pula. Bisa berupa harta materi, seperti harta benda, uang, kendaraan, rumah, kebun, peternakan, bisa juga non materi, seperti kebahagiaan, kesehatan, kecerdasan, ketentraman dan ridha Allah swt. 


Khutbah kali ini membahas tentang "4 Tingkatan Rezeki Menurut Syekh Sya'rawi”, yang memberikan gambaran bahwa harta bukan hanya sebatas material belaka, karena itu merupakan tingkatan harta terendah, sedangkan harta paling tertinggi adalah ridha Allah swt. Dengan ridha Allah segala kehidupan di dunia akan menjadi tenang dan tenteram.

 

Khutbah I

 

الْحَمْدُ للهِ الَّذِي مَنّ عَلَينا بِنِعمَةِ الاِسلامِ، وَلا يَزالُ يُوالِي علىَ عِبادِهِ مَواسِمَ الفَضْلِ والاِنْعامِ، ،وَأَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه ذُوْالجَلالِ والاِكْرامِ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،ٍ. اَللَّههُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تععالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ


Jamaah Jumat rahimakumulluh,

 

Pada waktu yang mulia dan di masjid yang mulia ini, khatib berwasiat kepada seluruh hadirin sekalian, khususnya kepada diri khatib pribadi, untuk selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt, yakni dengan menjalankan segala perintah-Nya dengan ikhlas, serta menjauhi segala larangan-Nya. Karena sebaik-baik hamba di sisi Tuhan adalah karena takwanya. Dengan takwa manusia akan memiliki jiwa yang qanaah, menerima segala pemberian Allah swt, baik rezeki dan yang lainnya dengan ikhlas dan penuh rasa syukur. 

 

Rasulullah saw mengingatkan kepada kita semua untuk selalu mengedepankan takwa dalam segala hal, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Jabir bin ‘Abdillah. Rasulullah saw bersabda:


أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ

 

Artinya: Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram (HR Ibnu Majah No 2144).

 

Jamaah Jumat rahimakumulluh

 

Allah memberikan rezeki kepada hamba-Nya dengan berbagai macam dan cara. Sehingga pemberian Allah melebihi apa yang diminta hamba-Nya. Bahkan sering Allah Yang Maha Dermawan memberikan anugerah-Nya tanpa diminta oleh hamba-Nya. Contoh kecilnya seperti oksigen, angin, cahaya matahari, yang kesemuannya dibutuhkan oleh manusia setiap hari.

 

Allah swt berfirman di dalam Al-Quran surat Al-Ankabut ayat 60 tentang rezeki setiap makhluk:

 

وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ


Artinya: Dan berapa banyak makhluk bergerak yang bernyawa yang tidak mampu membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan juga kepadamu. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS Al-Ankabut: 60).

 

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak akan pernah terlepas dari aktivitas mencari rezeki, untuk makan, minum dan keberlangsungan hidup sehari semalam. Manusia akan mencari uang dan uang, karena memang uang merupakan alat tukar, jual beli yang dapat membeli apapun,  sehingga untuk orang agamawan, bahkan selalu berdoa untuk meminta dilancarkan rezekinya berupa harta benda (kekayaan). 

 

Hal tersebut tentu sangat benar, dan benar sekali, akan tetapi sebenarnya bentuk rezeki yang diberikan Allah swt kepada hamba-Nya tidak hanya berupa harta kekayaan, melainkan juga yang bersifat batin seperti kesehatan, kesalehan, kebahagiaan, ilmu dan sebagainya. Karena Allah swt memberikan rezeki apa yang dibutuhkan hambanya, bukan yang diinginkan hambanya. Bisa saja manusia berdoa meminta rezeki berupa uang, Allah mengabulkannya berupa kesehatan sepanjang usia, berupa ketentraman selama hidup dan kecerdasan bagi anak dan keturunannya. 

 

Syekh Muhammad Mutawalli asy-Sya'rawi adalah salah satu ulama terkemuka abad ini membagi derajat rezeki dalam empat tingkatan: 

 

درجا ت الرزق

المال: هو أدنى درجات الرزق.
العافية: هي أعلي درجات الرزق.
صلاح الأبناء: هو أفضل الرزق. 
ورضا رب العالمين: هو تمام الرزق. 

 

Artinya: Yakni harta benda, merupakan rezeki paling dasar. Kedua, kesehatan, merupakan derajat rezeki yang tinggi. Ketiga, anak-anak yang saleh, merupakan rezeki paling utama. Dan keridhaan Allah swt, merupakan rezeki yang paling sempurna. 

 

Jamaah Jumat rahimakumulluh

 

Pertama, rezeki berupa harta. 

 

Rezeki berupa harta benda merupakan tingkatan dasar, sehingga semua orang bisa meraih rezeki tersebut. Baik itu hamba yang taat maupun yang ingkar. Rezeki seperti ini mudah untuk didapatkan di seluruh penjuru bumi, bahkan dengan cara yang batil sekalipun. Itulah kenapa rezeki harta benda masuk kategori paling dasar derajatnya. 

 

Allah swt berfirman di dalam Al-Qur’an surat Al-Mulk ayat 15 bahwa bumi diciptakan dengan mudah untuk dijelajahi dan diambil rezekinya oleh seluruh makhluk-Nya:

 

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ ۖ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ


Artinya: Dialah yang menjadikan untuk kamu bumi yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan (QS Al-Mulk: 15).

 

Jamaah Jumat rahimakumulluh

 

Kedua, rezeki berupa kesehatan. 

 

Kesehatan, masuk ke dalam rezeki yang luhur, karena kesehatan sangatlah mahal. Orang bisa saja miskin harta benda, akan tetapi jika badannya sehat, maka ia akan lebih bebas dan merdeka. Orang sehat akan lebih leluasa untuk bekerja, beribadah kepada Allah dan segala aktivitas lainnya.  

 

Rasulullah saw bersabda di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad:

 

لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ

 

Artinya: Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia adalah bagian dari nikmat (HR Ibnu Majah No 2141 dan Ahmad 4/69).

 

Umat Islam juga dianjurkan untuk selalu bersyukur kepada Allah swt ketika diberi kesehatan walaupun mungkin hartanya sedang terbatas. Selain itu juga dianjurkan untuk selalu taat menjalankan ibadah yang wajib, maka niscaya Allah akan beri kenikmatan yang lainnya. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw:

 

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ ، وَغِنَاءَكَ قَبْلَ فَقْرِكَ ، وَفِرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ ، وَحَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

 

Artinya: Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: waktu mudamu sebelum masa tuamu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum waktu fakirmu, waktu luangmu sebelum waktu sibukmu, dan waktu hidupmu sebelum matimu (HR Al Hakim dalam Al Mustadrok, 4/341, dari Ibnu ‘Abbas. Hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim).

 

Jamaah Jumat rahimakumulluh

 

Ketiga, rezeki berupa keturunan saleh.

 

Anak yang saleh masuk ke dalam rezeki yang utama, karena tidak semua orang bisa mendidik anak-anaknya menjadi saleh atau salehah. Anak-anak yang saleh akan membawa kebahagiaan orang tuanya di dunia dan di akhirat. Maka bentuk rezeki seperti ini sangat diidamkan banyak orang tua. Tidak semua orang tua bisa mendidik anaknya dengan sempurna. Ada seseorang yang memiliki ilmu yang tinggi dalam agama, tetapi belum tentu anaknya bisa meniru orang tuanya. 

 

Maka Nabi Zakaria as mengajarkan kepada kita berdoa kepada Allah swt untuk meminta keturunan yang saleh dan baik, sebagaimana doa tersebut terekam di dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 38:

 

هُنَا لِكَ  دَعَا  زَكَرِ يَّا  رَبَّهٗ   ۚ قَا لَ  رَبِّ  هَبْ  لِيْ  مِنْ  لَّدُنْكَ  ذُرِّيَّةً  طَيِّبَةً   ۚ اِنَّكَ  سَمِيْعُ  الدُّعَآءِ

 

Artinya: Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa (QS Ali ‘Imran 3: Ayat 38).

 

Begitupun dengan doa yang dilantunkan Nabi Ibrahim as untuk meminta keturunan yang saleh juga disebutkan dalam Al-Qur’an, sebagaimana surat Ash Shaffaat ayat 100, yang berbunyi:

 

رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ

 

Artinya: Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.

 

Rasulullah saw sendiri memerintahkan kepada umat Muslim untuk mendidik anaknya menjadi yang baik dan saleh, karena anak merupakan investasi masa depan, dan harta yang tidak akan pernah putus sampai ke akhirat, yakni berupa doa-doanya. Hal ini disebutkan di dalam hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. yang artinya: Apabila anak Adam itu mati, maka terputuslah amalnya, kecuali (amal) dari tiga ini: sedekah yang berlaku terus menerus, pengetahuan yang dimanfaatkan, dan anak saleh yang mendoakan dia (HR Muslim).

 

Jamaah Jumat rahimakumulluh

 

Keempat, rezeki berupa ridha Allah swt. 

 

Rezeki berupa ridha Allah swt merupakan sempurnanya rezeki. Karena tidak semua makhluk Allah mendapatkan ridha-Nya. Karena ridha Allah hanya diberikan kepada hamba yang beriman dan taat kepada-Nya. Maka beruntunglah hamba yang mendapatkan rezeki berupa ridhanya Allah swt. Karena ketika Allah sudah ridha dengan hamba, maka jaminannya adalah surga. 

 

Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat At-Taubah 9: Ayat 72:

 


وَعَدَ اللّٰهُ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَمَسٰكِنَ طَيِّبَةً فِيْ جَنّٰتِ عَدْنٍ ۗوَرِضْوَانٌ مِّنَ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ ࣖ 

 

Artinya: Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan (mendapat) tempat yang baik di Surga ‘Adn. Dan keridaan Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung (QS At-Taubah: 72).

 

Jamaah Jumat rahimakumulluh,

 

Demikianlah khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan khutbah ini dapat kita hikmati bersama dan semoga kita tercatat sebagai insan yang senantiasa diberikan keluasan rezeki yang halal, baik dan berkah. Amin ya rabbal alamin.

 

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ


ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ۖ هَلْ مِن شُرَكَآئِكُم مَّن يَفْعَلُ مِن ذَٰلِكُم مِّن شَىْءٍ ۚ سُبْحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
. بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّللَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ , وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمم

 


Khutbah II 

 

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُأَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلإلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَففَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْممِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِممَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّاا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.

رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ ااْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْللعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْللعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ 

 

Ustadz Yudi Prayoga, M Ag, Sekretaris MWCNU Kedaton, Bandar Lampung


Khutbah Terbaru