Syiar

Ngaji Online Tafsir Jalalain: 6 Hiasan dan Ujian Kehidupan Dunia

Ahad, 10 Agustus 2025 | 06:20 WIB

Ngaji Online Tafsir Jalalain: 6 Hiasan dan Ujian Kehidupan Dunia

Ujian dunia. (Foto: Freepik)

Manusia seringkali diuji oleh Allah SWT dengan berbagai bentuk keadaan, baik berupa kebaikan maupun keburukan. Jabatan, pujian, dan kekayaan bisa menjadi ujian. Kebaikan yang diberikan dapat menjadi bala hasanah (ujian kebaikan), sementara penderitaan bisa menjadi bala sayyi’ah (ujian keburukan).


Allah ingin melihat bagaimana hamba-Nya merespons ujian itu. Hal ini seperti orang tua yang kadang bercanda dengan anaknya. Kadang mencubit untuk mendidiknya atau menggelitik hanya karena untuk mendengar tangisan atau tawanya. 


Dalam hidup, sering kali yang kita inginkan tidak terwujud, sementara yang tidak kita harapkan justru datang. Semua itu adalah bagian dari ujian dan hiasan yang Allah berikan. Semua itu terkadang juga dihiasi pula oleh tipu daya setan yang membuat keburukan tampak indah.


Setan menipu manusia baik dalam amalan pribadi maupun amal kelompok. Contohnya, orang yang terbiasa melakukan kejahatan seperti membunuh atau membuat onar bisa menganggap perbuatannya benar. Karena itu, kita perlu berlindung kepada Allah sebagaimana doa yang tertulis dalam Al-Qur’an:


وَقُلْ رَّبِّ اَعُوْذُ بِكَ مِنْ هَمَزٰتِ الشَّيٰطِيْنِ ۙ - ٩٧


Wa qur rabbi a'ụżu bika min hamazātisy-syayāṭīn


Artinya : “Dan katakanlah, "Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan.” (QS. Al-Mu'Minun [23]: 97)


وَاَعُوْذُ بِكَ رَبِّ اَنْ يَّحْضُرُوْنِ - ٩٨


Wa a'ụżu bika rabbi ay yaḥḍurụn


Artinya : “dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, agar mereka tidak mendekati aku." (QS. Al-Mu'Minun [23]: 98)


Enam Hiasan Dunia


Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an tentang enam hal yang dijadikan hiasan kehidupan dunia. Ke enam hal ini juga terkadang bisa menjadi ujian bagi  manusia.


Pertama adalah Perempuan. Perempuan adalah makhluk yang Allah ciptakan sebagai hiasan sekaligus ujian bagi laki-laki. Secara fitrah, perempuan senang berhias dan memiliki peralatan untuk itu. Di sisi lain, perempuan juga memiliki kecenderungan kepada laki-laki, hanya saja laki-laki umumnya tidak berhias sebagaimana perempuan.


Laki-laki dan perempuan saling membutuhkan untuk melanjutkan keturunan. Maka, keinginan mendapatkan pasangan adalah fitrah.


Kedua adalah anak-anak. Setelah mendapatkan pasangan, manusia mendambakan anak, terutama anak laki-laki, karena dianggap sebagai penerus garis keturunan. Ini adalah sunatullah yang berlaku di berbagai bangsa.


Ketiga adalah harta yang berlimpah. Setelah memiliki anak, manusia ingin memperbanyak harta. Harta bisa berupa emas, perak, atau aset lainnya. Investasi emas misalnya, dianggap aman meskipun harganya naik turun. Negara pun berlomba-lomba mencari sumber daya alam seperti tambang emas.


Keempat adalah kendaraan yang bagus. Di masa lalu, kendaraan mewah adalah kuda perang yang kuat dan terlatih. Kini, kendaraan bermotor dan mobil mewah menjadi simbol prestise dan kenyamanan.


Kelima adalah binatang ternak. Manusia senang memelihara ternak seperti unta, sapi, kambing, ayam, atau itik. Ternak bukan hanya sumber makanan, tapi juga kebanggaan dan investasi.


Keenam adalah ladang dan tanaman. Setelah memiliki berbagai kebutuhan dasar, manusia ingin memiliki ladang, kebun, atau sawah. Ini menjadi simbol kemapanan dan keberhasilan hidup.


Sikap yang Benar


Semua hiasan itu hanyalah mata‘ul hayātiddunyā (kesenangan dunia yang fana). Seorang mukmin tidak boleh berhenti pada hiasan dunia semata, apalagi terjerumus dalam tipu daya setan hingga melupakan Allah.


Yang terpenting adalah menjadikan semua itu sebagai sarana menuju keridhaan Allah, bukan tujuan akhir. Pada akhirnya, semua yang kita miliki akan kita tinggalkan, pangkat, anak, harta, kendaraan, ternak, bahkan ladang. Yang kita bawa hanyalah amal.


Tempat kembali yang paling baik adalah kepada Allah SWT dengan membawa amal saleh sehingga mendapatkan husnul khātimah dan surga-Nya. Karena itu, cinta terbesar seorang mukmin haruslah tertuju pada Allah dan akhirat, bukan dunia yang sementara. Wallahu a’lam.
 

***

Disampaikan oleh KH Sujadi Saddad (Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung) dalam pengajian Kitab tafsir Jalalain yang dilaksanakan setiap pagi pada pukul 05.30 – 06.00 WIB di tautan: https://us06web.zoom.us/j/87090712416?pwd=MNbSHGDH62NUWjzwDBm4xGjcVo7MYl.1 .  


Jamaah juga bisa bergabung di grup Yuk WA Ngaji Tafsir dengan mengklik tautan ini: https://chat.whatsapp.com/G92Nj2PYtUD4DYpSn1WUj7