• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 28 Juni 2024

Warta

Belajar dari KH Sujadi, Santri Sukses Bawa Kabupaten Pringsewu Maju

Belajar dari KH Sujadi, Santri Sukses Bawa Kabupaten Pringsewu Maju
KH Sujadi. (Foto: Humas Pemda Pringsewu)
KH Sujadi. (Foto: Humas Pemda Pringsewu)

Pringsewu, NU Online Lampung

Peran alumni pesantren (santri) di era saat ini tidak hanya berkutat pada bidang agama. Saat ini santri sudah banyak memberi sumbangsih di berbagai bidang dan sektor kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Santri sukses di bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan sektor-sektor lain bisa dengan mudah ditemukan termasuk di bidang politik dan pemerintahan.


Salah satunya adalah sosok KH Sujadi yang merupakan alumni Pesantren Al- Asy’ariyah Kalibeber wonosobo Jawa Tengah yang sukses menjadi bupati dan membangun Kabupaten Pringsewu Lampung selama dua periode yakni pada 2011-2016 dan 2017-2022. Di bawah kepimpinanan kiai dan santri kelahiran Bantir, Temanggung, Jawa Tengah ini, Pringsewu berhasil meraih banyak prestasi dan menjadikan Bumi Jejama Secancanan Bersenyum Manis ini menjadi daerah papan atas di Lampung dan Nasional.


Semasa kepemimpinannya, Kiai Sujadi berhasil membawa Pringsewu meraih WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) sebanyak 9 kali berturut-turut dengan nilai plus-plus. Penilaian ini diberikan oleh BPK-RI dalam pengelolaan Keuangan Daerah. Pringsewu juga menjadi daerah peringkat terbaik ke-4 DOB (Daerah Otonomi Baru) dari 44 Kabupaten Pemekaran se-Indonesia.


Untuk di dalam Provinsi Lampung, Pringsewu merupakan kabupaten terbaik peringkat 3 setelah Kota Bandar Lampung dan Kota Metro dengan nilai Indek Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 7,4 dan merupakan tertinggi di Provinsi Lampung. Bahkan melebihi IPM Provinsi. 


Kabupaten Pringsewu juga menjadi Kabupaten Open Defecation Free (ODF) pertama di Provinsi Lampung, bahkan di pulau Sumatera. Berbagai penghargaan pun telah diraih Kabupaten Pringsewu di berbagai bidang di tingkat provinsi dan juga nasional.


Dalam pembangunan fisik, Kiai Sujadi juga berhasil mewujudkan berbagai infrastruktur di Pringsewu di antaranya Gedung Baru RSUD Pringsewu, Islamic Center, Gedung Baru Pasar Pagelaran, Banyumas, Pardasuka, Gadingrejo, Komplek Perkantoran Kabupaten Pringsewu Beserta Instansi Vertikal, dan Bendungan Way Sekampung.


Dengan adanya bendungan ini, Pringsewu berhasil menjadi sentra peternakan ikan air tawar terbesar di Provinsi Lampung dan inisiator destinasi pariwisata buatan yang berorientasi pemberdayaan masyarakat setempat di seputaran genangan Bendungan Way Sekampung


Kiprah di NU

Selain menjadi bupati dua periode, Kiai Sujadi juga aktif berkiprah di Nahdlatul Ulama. Sosok yang pernah menjadi Anggota DPD/MPR RI periode (2004-2009) dan Wakil Bupati Tanggamus (2008-2011) ini juga merupakan Ketua Tanfidziyah PCNU Tanggamus masa khidmah 1998–2009 dan juga membidani lahirnya PCNU Pringsewu yang mengikuti pemekaran kabupaten dari Tanggamus.


Tercatat, ia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua PC GP Ansor Lampung Selatan (1988 - 1998), Wakil Ketua PC GP Ansor Lampung Selatan (1988-1998), Ketua MUI Kecamatan Pagelaran (2001–2003), Ketua PCNU Kabupaten Tanggamus 1998–2009, dan Mustasyar PC NU Kabupaten Pringsewu 2009–sampai sekarang, Wakil Ketua PWNU Lampung pada 2018. Saat ini ia tercatat sebagai Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung. 


Saat ditemui NU Online Lampung ia mengatakan bahwa baginya, berkhidmah di Nahdlatul Ulama merupakan tugas para santri. “Awak dinggo berjuang rusak. Ora dinggo berjuang yo rusak. Awak dinggo ngibadah yo rusak. Ora dinggo ngibadah yo rusak. Luwih becik kanggo berjuang lan ngibadah.” Inilah prinsip yang dipegang Abah Sujadi yang merupakan pesan KH Muntaha.


Dalam berkhidmah di NU, ia menganalogikan seperti gambar bumi yang ada pada lambang NU sebagai sebuah bola. Menurutnya bola ini menjadi manfaat jika bisa mengolahnya dengan baik dan sebaliknya bisa menjadi sebuah kemudlaratan jika tidak dengan baik menjaga serta menggunakannya.


“Kalau kita bisa memainkan bola, maka kita akan bisa membawa bola ini menjadi kesejahteraan. Tetapi kalau tidak bisa memainkan bola, maka kita akan dipermainkan. Kita akan ditendang ke sana, tendang ke sini,” katanya dalam sebuah video Youtube NU Online, yang diakses NU Online Lampung pada Ahad (23/6/2024).


“Bahkan jangan-jangan menjadi gol bunuh diri, karena kita tidak bisa mengelola bola itu sendiri,” katanya


Untuk mengelola ini, pengurus dan warga NU harus memiliki dan mempertahankan dua hal penting yang sudah diwariskan para ulama NU. Hal itu adalah spiritualitas dan mentalitas. Ke dua hal ini sudah dilatih oleh para kiai dan ulama kepada para santri yang digembleng dengan kedisiplinan belajar dan beribadah sehingga mampu menjadi modal dalam menghadapi masa depan.


“Sehingga ketika santri memiliki spiritualitas dan mentalitas yang tinggi, maka itu akan memungkinkan menjadi dukungan yang kuat untuk menempuh mental yang kuat,” jelasnya.


Ojo dadi wong nggumunan (jangan jadi orang yang gampang heran dan kaget). Ketika melihat sesuatu yang berbeda, jangan mudah kemudian segera memvonis dia bersalah. Jangan-jangan ‘pikniknya’ kurang jauh,” imbaunya.


Penting juga untuk memegang prinsip yang senantiasa dipegang oleh Nahdlatul Ulama yakni “Al Mukhafadzatu alal Qadimis Shalih wal Akhdu bil Jadidil Ashlah” yakni senantiasa menjaga hal lama yang baik dan senantiasa mengadopsi hal baru yang lebih baik. “Santri harus terus memiliki ide dan kreativitas,” tegasnya. (Muhammad Faizin)


Editor:

Warta Terbaru