Pernik

Lingkungan Merupakan Kunci Karakter Seseorang

Rabu, 26 Juni 2024 | 19:34 WIB

Lingkungan Merupakan Kunci Karakter Seseorang

Ilustrasi bergaul (Foto: NU Online)

Lingkungan merupakan tempat manusia hidup dan beraktivitas, baik lingkungan rumah, sekolah, lingkungan teman, komunitas, lingkungan kerja dan lain sebagainya. 


Karena manusia selalu hidup dengan lingkungan, maka tempat tersebut menjadi wahana untuk saling berinteraksi, berkomunikasi, bertukar pikiran, gagasan, bertukan tugas, canda tawa dan segala ekspresi di dalamnya. Baik aktivitas yang baik dan mendukung kemaslahatan maupun aktivitas buruk yang penuh madlarat (bahaya).


Umumnya, lingkungan yang baik akan melahirkan kepribadian yang baik, dan lingkungan yang buruk akan melahirkan karakter yang juga buruk. Dalam ilmu psikologi modern, yakni teori Behaviorisme mengatakan bahwa lingkungan sangat berpengaruh bagi karakter seorang manusia. 


Karena lingkungan berpengaruh besar terhadap watak, sudut pandang, dan tindak laku seorang manusia, maka sebaik mungkin kita mencari lingkungan yang baik dan mendukung kebaikan. Seandainya masuk ke dalam lingkungan yang kurang baik, maka kita bisa mengubahnya menjadi baik, dan seandainya jika tetap tidak mampu mengubah, maka cukup bagi kita untuk tidak terpengaruh dan tidak andil di dalamnya (cuek). 


Para sahabat Nabi bisa dikatakan atau dijuluki menjadi generasi terbaik dalam Islam, karena mereka hidup di lingkungan Rasulullah saw. Setiap saat mereka menerima nasihat darinya, menerima wahyu atas bimbingannya dan melihat suri teladan yang sangat mulia dan luhur. 


Setelah masa sahabat, ada umat terbaik kedua, yakni para tabiin. Mereka hidup di lingkungan para sahabat Nabi, bertemu mereka, menimba ilmu dari mereka, mengetahui perbuatan dan suri tauladannya Rasulullah saw dari mereka juga.  


Kemudian ada generasi terbaik ketiga, yakni tabi’it tabiin, orang yang bertemu dan mengikuti para tabiin. Ini juga merupakan generasi emas yang banyak melahirkan ilmu pengetahuan dalam Islam. Kedekatan kurun dari para tabiin dan sahabat menjadikan mereka lebih mudah mengakses berbagai sumber ilmu yang bermanfaat bagi zamannya dan bagi zaman setelahnya. 


Di dalam keluarga, seorang anak akan menjadi pribadi yang baik, mulia, luhur jika ia tinggal di lingkungan yang baik (rumah), karena lingkungan keluarga merupakan awal mula watak manusia dibentuk. 


Kedua orang tuanya akan mempengaruhi semua aspek kepribadian anak hingga ia dewasa dan berakal. Jika ternyata didikan orang tuanya baik, maka ia akan selalu takzim, dan jika dirasa buruk maka ia bisa menolak dan meninggalkan ajaranya.  


Itulah kenapa kedua orang tua harus menjadi guru yang baik bagi anaknya di rumah, terlebih seorang ibu. Karena sesungguhnya seorang ibu harus menjadi madrasatul ula (sekolah yang pertama) bagi anak-anaknya. 


Umumnya, jika ada seorang ibu yang memiliki karakter baik maka akan melahirkan pribadi anak yang baik, dan jika memiliki karakter buruk, maka akan melahirkan pribadi yang buruk. Ini bukan rumus utama, tetapi mayoritas didikan ibu seperti itu. 


Seorang Gus Dur, bisa rajin membaca karena memiliki orang tua yang mencintai ilmu pengetahuan dan juga gemar membaca. Di rumahnya, ayahnya memiliki perpustakaan pribadi yang sangat beragam koleksi bukunya, sehingga karena setiap hari menyaksikan buku, maka akan menstimulasi pikirannya yang juga ingin membaca. 


Hal tersebut akan bernasib berbeda jika orang tuanya tidak memiliki koleksi buku dan tidak gemar membaca. Sama halnya dengan para petani di kampung-kampung yang saban harinya bergulat dengan cangkul, tanah dan tanaman, maka akan menstimulan anaknya yang juga ingin mencoba. 


Begitu juga jika orang tuanya nelayan, maka akan mengajarkan anaknya bagaimana cara menjala, memancing, mendayung perahu, menambalnya dan segala aktivitas yang berkaitan dengan laut. 


Maka, ketika orang tua yang menginginkan anaknya tidak mengikuti jejaknya, dan menginginkan anaknya menjadi pribadi yang lebih baik, ia akan menyekolahkan, memondokkan dan mencarikan lingkungan yang mengubah karakternya menjadi lebih baik. 


Sekali lagi, ini bukan rumusan utama dalam menentukan kebenaran, karena karakter bisa berubah kapanpun, ini hanya teori yang berkembang pada ilmu psikologi dan juga diamati oleh penulis sendiri. 

(Yudi Prayoga)