• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Selasa, 21 Mei 2024

Warta

Rais ‘Aam PBNU: Puasa, Meninggalkan Bekas agar Menjalankan Amaliah Ramadhan di Bulan Lainnya

Rais ‘Aam PBNU: Puasa, Meninggalkan Bekas agar Menjalankan Amaliah Ramadhan di Bulan Lainnya
Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar saat menyampaikan ceramah pada halal bi halal NU Lampung di Pondok Pesantren Darul Ishlah, Tulang Bawang, Kamis (9/5/2024) (Foto: Aziz/Kemenag)
Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar saat menyampaikan ceramah pada halal bi halal NU Lampung di Pondok Pesantren Darul Ishlah, Tulang Bawang, Kamis (9/5/2024) (Foto: Aziz/Kemenag)

Tulang Bawang, NU Online Lampung 

Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar mengatakan tradisi halal bi halal setelah lebaran Idul Fitri hanya ada di Indonesia.


Hal tersebut disampaikan pada halal bi halal dan silaturahim Keluarga Besar Nahdlatul Ulama Provinsi Lampung di Pondok Pesantren Darul Ishlah, Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang, Kamis (9/5/2024).


“Ini sangat munasabah (berhubungan) setelah satu bulan penuh di bulan Ramadhan mengekang diri, mengenali diri, siapa sebenarnya diri kita. Tentu semua yang kita lakukan itu ada atsar (bekas), dan atsar inilah yang harus kita kejar di setiap amaliah kehidupan kita sehari-hari,” ujarnya. 


Sebagaimana dalam Surat Yasin dijelaskan wanaktubuma qaddamu wa astsarahum wa kulla syai’in ahshainahu fî imamim mubin, bermakna bahwa semua amal, sekecil apapun, dan atsar (bekas) ilmu yang didapatkan sebanyak atau sedikit, lalu melahirkan atsar (bekas), maka akan dicatat dan semua akan dihitung secara pasti. 


“Apalagi puasa Ramadhan yang dilaksanakan selama 30 hari, kita membiasakan hal yang tidak biasa. Biasanya pagi-pagi sudah ngopi dan sarapan, kemudian ada pedagang makanan maupun minuman, dipanggil untuk dibeli. Namun, saat puasa Islam menyatakan untuk menahannya,” kata Kiai Miftah. 


Dengan melakukan hal yang tidak biasa tersebut, Allah swt akan memberikan anugerah yang tidak biasa bagi kita semua. Maka kita juga agar tidak mencari rezeki yang biasa-biasa saja, namun perlu digabung dengan rezeki yang luas atau tidak biasa.


“Orang yang mau meninggalkan kebiasaan nafsu, maka Allah akan memberi rezeki yang tidak disangka-sangka. Maka setelah puasa kita disebut dengan kembali kepada fitrah atau kebersihan dan kesucian,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah Surabaya itu.  


Bulan Syawal disebut dengan bulan peningkatan, karena kita semua dalam keadaan fitrah atau kesucian. Jika kembali pada fitrah maka kembali kepada jati diri sesungguhnya. 


“Manusia dinilai bukan dari jasad, tapi dari jiwanya. Jika sudah menemukan jiwa kita, maka untuk mengurus bumi dan memakmurkan bumi, akan mudah tidak ada pertikaian. Tidak ada perebutan karena memiliki jiwa yang bersih,” ungkapnya.  


Umat manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk unggulan untuk memakmurkan bumi, bagaimana bumi ini sejahtera, bagaimana keadilan bisa merata, dan kemakmuran dapat dirasakan oleh siapapun. 

(Dian Ramadhan)
 


Warta Terbaru