• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Warta

Kabar Duka, Rais Aam PBNU 1991-1992 KH Ali Yafie Wafat

Kabar Duka, Rais Aam PBNU 1991-1992 KH Ali Yafie Wafat
Kabar Duka, Rais Aam PBNU 1991-1992 KH Ali Yafie Wafat
Kabar Duka, Rais Aam PBNU 1991-1992 KH Ali Yafie Wafat

Jakarta, NU Online Lampung

Kabar duka menyelimuti warga Nahdlatul Ulama (NU) dan umat Islam Indonesia. Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmah 1991-1992, KH Ali Yafie wafat. 


Ulama ahli fiqih penerima Anugerah 1 Abad NU kategori Pengabdi Sepanjang Hayat itu menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Premier Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, pada Sabtu (25/2/2023) pukul 22.13 WIB.


Putra Kiai Ali Yafei, Helmy Ali mengatakan, ayahanda Kiai Ali Yafie telah berpulang ke rahmatullah Sabtu malam, pukul 22.13 di Rumah Sakit Premier Bintaro.


“Satu jam sebelum Kiai Ali Yafie wafat sudah dalam kondisi kritis. Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla sempat menjenguk di rumah sakit,” ungkapnya dilansir dari NU Online


Lebih lanjut ia mengatakan Jenazah Kiai Ali Yafie akan disemayamkan di rumah duka yang beralamat di Kompleks Menteng Residence, Jalan Menteng V Blok FC 5 Nomor 12 Sektor 7 Bintaro Jaya, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Kemudian almarhum rencananya akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, pada Ahad (26/2/2023), selepas shalat Zuhur. 


Sebelum wafat, ia dirawat di RS Premier Bintaro sejak kurang lebih dua pekan. Selain karena faktor usia yang memang sudah sangat sepuh, ia juga memiliki gangguan pernafasan.  


Dokter yang menanganinya menemukan ada cairan di dalam paru-paru dan flek di jantung, sehingga Kiai Ali Yafie harus menjalani perawatan intensif dengan menggunakan alat pernafasan secara lengkap.  


Kiai Ali Yafie lahir di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, pada 1 September 1926. Itu berarti, ia wafat di usianya yang ke-96. Kiai Ali Yafie adalah anak ketiga dari lima bersaudara yaitu As’ad, Muzainah, Munarussana, dan Amira. 


Ia lahir dari pasangan Syekh Muhammad Al-Yafie dan Imacayya. Ibunya adalah seorang putri raja dari salah satu kerajaan di Tanete, sebuah desa di pesisir barat Sulawesi Selatan. Imacayya wafat saat Ali Yafie berusia 10 tahun. Lalu ayahnya menikah lagi dengan Tanawali. Pasangan ini diberi empat keturunan yakni Muhsanah, Husain, Khadijah, dan Idris. Muhammad Al-Yafie meninggal pada awal 1950-an.


Dalam kepengurusan NU, Kiai Ali Yafie didorong oleh KH Idham Chalid untuk meneruskan perjuangan Kiai Achmad Siddiq, memimpin NU. Hal ini tidak lain karena kedekatan kedua tokoh NU tersebut. 


Namun, pada Muktamar Ke-28 NU di Krapyak memilih duet pasangan KH Achmad Siddiq dan KH Abdurrahman Wahid. Sementara itu, sosok KH Ali Yafie yang seusia dengan Kiai Achmad dipilih sebagai Wakil Rais Aam PBNU. Manakala KH Achmad Siddiq wafat pada 23 Januari 1991, ia pun tampil meneruskan kepemimpinan tertinggi di tubuh organisasi yang didirikan pada 16 Rajab 1344 H itu.


Kiai Ali Yafie merupakan sosok yang teguh dalam memegang prinsip. Ia pun memilih mengundurkan diri dari Rais Aam PBNU saat terjadi peristiwa kasus SDSB. Setahun setelah mengemban amanah tersebut, posisinya diteruskan oleh KH Moh Ilyas Ruhiat yang ditetapkan pada Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama NU di Lampung pada Januari 1992.


Warta Terbaru