• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Senin, 29 April 2024

Warta

Marahnya Seseorang Harus Dikelola dengan Baik dan Benar

Marahnya Seseorang Harus Dikelola dengan Baik dan Benar
Pengasuh Pondok Pesantren Darusy Syafa’ah Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah, KH Andi Ali Akbar dalam Ngaji Rutinan Kitab Arba’in Nawawi di Masjid Al Ikhlas, Dusun Kampung Baru, Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah, Selasa (17/10/2023) malam. (Foto: Istimewa)
Pengasuh Pondok Pesantren Darusy Syafa’ah Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah, KH Andi Ali Akbar dalam Ngaji Rutinan Kitab Arba’in Nawawi di Masjid Al Ikhlas, Dusun Kampung Baru, Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah, Selasa (17/10/2023) malam. (Foto: Istimewa)

Lampung Tengah, NU Online Lampung 

Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi Muhammad saw, tentang cara mengendalikan marah. Lalu Rasul berpesan jangan marah, jangan marah, jangan marah, diulang hingga tiga kali. 


Hal tersebut disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Darusy Syafa’ah Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah, KH Andi Ali Akbar dalam Ngaji Rutinan Kitab Arba’in Nawawi di Masjid Al Ikhlas, Dusun Kampung Baru, Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah, Selasa (17/10/2023) malam 


“Orang kuat adalah orang yang bisa menahan emosi hawa nafsunya. Nabi Muhammad saw, berpesan agar kita jangan gampang emosi. Dalam beberapa hadits menerangkan, marah atau emosi adalah bisa membuat keras hati seseorang,” ujarnya saat membahas keterangan hadits ke-16 tentang larangan emosi (ghadab). 


Sifat emosi itu harus dikendalikan, marah sesuai dengan porsinya. Maksiat ada di mana-mana bisa membuat marah, salah satu cara mengatasinya dengan berdoa, dengan menangis meneteskan air mata. 


“Jika kita marah tidak boleh membabi-buta (ngawur). Kita menempatkan posisi diri, kita tidak boleh merendahkan diri. Kita tidak boleh takabur, kita bisa menempatkan pada posisi tengah-tengah,” kata Wakil Katib Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lampung Tengah itu.


Ia melanjutkan, jangan meniru iblis yang sombong, ketika itu diperintahkan sujud kepada Nabi Adam as tetapi menolaknya. Sebagai umat manusia juga tidak boleh membanggakan diri (ujub), harus menjadi manusia yang murah hati. 


“Maka dijelaskan dalam Al-Qur’an, agar manusia untuk jangan marah, tetapi saling memaafkan sesama manusia,” ungkapnya. 


Dalam mengelola emosi, lanjutnya, salah satu caranya dengan diajak dengan duduk dan jangan dilanjutkan marahnya. Jangan melayani orang yang marah, jika melayaninya akan menjadikan seperti orang bodoh. 


“Marah itu bisa membuat kita lupa dengan nikmat Allah swt, menjauhkan kita dari nikmat Allah, marah itu bagian tidak mensyukuri nikmat Allah swt,” paparnya. 


Menurutnya, Nabi Muhammad saw pernah marah, ketika kemuliaan Allah dirusak, dicaci maki oleh orang kafir. Akan tetapi karena Rasul itu pemalu, marahnya tidak ditunjukkan di depan umum, marahnya diluapkan dengan berdoa kepada Allah swt.  


Maka perlu mengelola emosi, istilah saat ini manajemen kecerdasan emosional, harus dikelola secara baik dan benar. Nabi Muhammad saw, itu akhlaknya Al-Qur’an, tergantung dengan ridhanya Allah swt.


“Dalam tradisi ilmu tasawuf, dijelaskan bahwa manusia itu bisa berbesar hati (karim). Maka, manusia harus dekat dengan Allah swt dalam hal sifatnya, jika kita ingin mengenal dekat dengan Allah swt, maka kita kenali sifatnya,” katanya. 


Cinta sesuatu bukan karena fisiknya, tapi cintailah sesuatu karena karakternya. Jika seseorang dicaci maki, jangan mudah marah, harus bisa berbesar hati, dan semoga bisa menjadi hamba yang dekat dengan Allah swt.

(Akhmad Syarief Kurniawan)
 


Warta Terbaru