Warta

Ini Keistimewaan Kata 'Allah' menurut KH Sujadi

Rabu, 29 Januari 2025 | 03:24 WIB

Ini Keistimewaan Kata 'Allah' menurut KH Sujadi

Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung, KH Sujadi Saddad pada peringatan Isra Miraj di Masjid Riyadhus Shalihin Margodadi, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus, Senin (27/1/2025). (Foto: Istimewa)

Tanggamus, NU Online Lampung

Wakil Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Lampung, KH Sujadi Saddad mengungkapkan keistimewaan kata 'Allah' dari sisi susunan hurufnya.

 

Hal ini disampaikannya saat memberikan mauidzah hasanah pada kegiatan Pengajian Isra' Mi'raj Nabi Muhammad di Masjid Riyadhus Shalihin Margodadi, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus, Senin (27/1/2025).

 

Menurut alumni Pesantren Al Ay'ariyah Kalibeber Jawa Tengah ini, kata Allah sangat unik dan istimewa yang tidak dimiliki oleh kata lain selain-Nya. Menurutnya kata Allah sempurna dari huruf-hurufnya, sempurna maknanya, serta memiliki kekhususan berkaitan dengan rahasianya.

 

"Keistimewaan kata “Allah” bisa dilihat dari segi lafalnya. Ketika kata “Allah” dihapus huruf awalnya maka akan berbunyi “Lillah” yang artinya milik/bagi-Nya," katanya pada Isra' Mi'raj yang dibarengkan dengan Khatmil Quran TPQ Riyadhusshalihin ini.

 

"Jika dihapus kata awal dari Lillah, maka akan terbaca “Lahu” yang berarti bagi-Nya," imbuh kiai yang pernah menjadi wakil Bupati Tanggamus ini.

 

Ia melanjutkan jika kata Allah dihapus lagi huruf awal dari Lahu, maka akan terdengar dalam ucapan “Hu” yang berarti Dia (menunjuk kepada Allah), 

 

"Kita sering mendengar orang berdzikir hanya mengucapkan hu hu hu hu hu, yang artinya adalah kembali kepada Allah, dia Allah," ungkapnya.

 

Terkait dengan eksistensi Allah, umat Islam tidak diperkenankan untuk berpikir tentang bagaimana bentuk dari Allah. Umat Islam diajarkan untuk menambah keyakinan pada Allah melalui apa yang diciptakannya dan terwujud di bumi.

 

"Adanya Allah sudah ada sebelum apapun lain ada. Adanya Allah terus ada ketika semua sudah ada. Dan Allah akan terus ada ketika yang ada sudah tidak ada," katanya.

 

Hal ini mengajarkan juga kepada umat Islam untuk menyadari bahwa banyak hal dalam beragama yang tidak masuk akal. Dan semua itu harus diimani dan diyakini sebagai komitmen individu dalam beragama.

 

"Peristiwa Isra' Mi'raj sendiri merupakan salah satu contoh nyata hal yang tidak masuk akal Namun kita sebagai umat Islam harus meyakini hal tersebut," ungkapnya.

 

Ia menjelaskan bahwa jika Isra' Mi'raj diukur dari sisi nalar semata maka akan tidak mungkin hal tersebut terjadi. Yang percaya pada kejadian Isra' Mi'raj adalah orang-orang yang beriman saja. Pasalnya Nabi Muhammad melakukan hal tersebut hanya dalam waktu satu malam.

 

Hal tersebut bisa terjadi dan mengibaratkan ketika semut ikut di sebuah mobil yang melakukan perjalanan jarak jauh dalam waktu sehari. Kemudian ketika mobil dan semut tersebut kembali ke tempat semula, semut itu kembali bercerita kepada semut lainnya tentang perjalanannya yang jauh dan hanya ditempuh dalam waktu 1 hari.

 

"Apakah semut yang lainnya percaya dengan hal tersebut? Tentunya para semut akan banyak yang tidak percaya. Itulah hal di luar akal para semut dan itulah yang menggambarkan perjalanan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad yang hanya dilakukan dalam satu malam," jelasnya.