Warta

Pengajian pada Harlah Ke-102 NU, KH Sujadi Saddad: Tanpa Cahaya Allah, Semua Gelap Gulita

Selasa, 28 Januari 2025 | 08:07 WIB

Pengajian pada Harlah Ke-102 NU, KH Sujadi Saddad: Tanpa Cahaya Allah, Semua Gelap Gulita

Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung, KH Sujadi Saddad saat menyampaikan mauidzah hasanah Harlah ke-102 NU dan Isra Miraj di Kantor PWNU Lampung, Senin (27/1/2025) malam. (Foto: Heri Aulia R)

Bandar Lampung, NU Online Lampung 

Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung, KH Sujadi Saddad menyampaikan bahwa dalam pasal 14 Kitab Al Hikam, disebutkan, semesta itu seluruhnya gelap gulitam. Ia hanya akan diterangi oleh wujud Allah. 

 

“Siapa yang melihat semesta, namun tidak melihat-Nya di sana atau tidak melihat-Nya ketika, sebelum, atau sesudah melihat semesta, berarti ia telah disilaukan oleh cahaya-cahaya lain dan terhalang dari surya makrifat karena tertutup tebalnya awan dunia,” ujarnya, pada Harlah ke-102 NU dan Isra’ Mi’raj di Kantor PWNU Lampung, Senin (27/1/2025) malam. 

 

Menurutnya, Pengurus Ranting NU, MWCNU, PCNU, PWNU, hingga PBNU semuanya akan merasakan gelap, apabila tidak mendapatkan zuhurul haqqi yaitu tidak mengikutsertakan Allah dalam melaksanakan apa yang sudah menjadi niat dan kesepakatan warga, baik sebagai warga Indonesia maupun organisasi. 

 

“Yang membuat dunia ini nampak, hanyalah wujud Allah semata, persis seperti pancaran sinar matahari yang masuk ke dalam sebuah lentera berkaca,” ungkapnya menjelaskan Kitab Al-Hikam

 

Tidak ada wujud, kecuali wujud yang Mahabenar. Dengan kemunculan Allah pada segala sesuatu, semuanya menjadi ada, sesuai tabiatnya masing-masing. Aslinya, mereka tidak berwujud dengan sendirinya.

 

“Salah satu program yang ada di NU yaitu keluarga maslahat, itu merupakan salah satu bentuk kaunu (keadaan) yang dibuat untuk mencari jalan keluar menyelesaikan masalah yang ada, dan menjadi bermanfaat,” ungkap Kiai Sujadi.

 

Kiai Sujadi menjelaskan bahwa dalam Isra’ Mi’raj pada Surat Al Isra ayat 1 yaitu bâraknâ ḫaulahû linuriyahû min âyâtinâ, ayat ini bermakna Allah menghadirkan barakah di sekelilingnya ketika peristiwa itu terjadi. 

 

“Daerah Masjidil Aqsha, merupakan tempat yang diberkahi Allah swt, di sana terdapat banyak makam para Nabi, menjadi sejarah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw. Maka nilai keberkahan harus hadir di mana masjid itu berada,” tuturnya. 

 

Ia melanjutkan,  NU melalui Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU), merupakan presentasi warga NU berada di sana. Ke depan agar secara manajemen pengelolaan ditingkatkan dan diperbaiki, seperti asal usul wakafnya. 

 

“Kemudian di dalam masjid itu nantinya bisa dijalankan amaliah-amaliah NU, seperti Yasinan, Tahlilan, Shalawatan, dan sebagainya agar memberikan keberkahan bagi sekelilingnya,” tegasnya.