Warta

Ibarat Masuk Rumah Lewat Pintu, Ini Pentingnya Ngaji dengan Kiai yang Ilmunya Bersanad

Ahad, 27 Juli 2025 | 21:14 WIB

Ibarat Masuk Rumah Lewat Pintu, Ini Pentingnya Ngaji dengan Kiai yang Ilmunya Bersanad

Ketua PCNU Pringsewu, H Muhammad Faizin dalam kegiatan Pengajian Triwulan Muslimat NU Ranting Pringsewu Barat yang digelar di Masjid Darunnajah, Pringsewu Barat, Ahad (27/7/2025). (Foto: Istimewa)

Pringsewu, NU Online Lampung 

Dalam tradisi keilmuan Islam, sanad atau rantai transmisi ilmu merupakan elemen fundamental yang membedakan antara ilmu yang sah dan berkah dengan ilmu yang diragukan sumbernya. 

 

Sanad bukan sekadar formalitas, tetapi merupakan "pintu" yang mengantarkan seseorang memasuki "rumah" ilmu dengan cara yang benar. Sebagaimana seseorang yang masuk rumah tanpa melewati pintunya dianggap sebagai pencuri, demikian pula seseorang yang memperoleh ilmu tanpa melalui sanad yang jelas, maka ilmu itu patut diragukan validitas keberkahannya.

 

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pringsewu, H Muhammad Faizin mengatakan bahwa sanad ibarat jalur silsilah yang menghubungkan seorang penuntut ilmu kepada para ulama yang telah bersambung hingga Rasulullah saw. Dari sinilah nilai dan validitas suatu ilmu diperoleh. 

 

"Ketika seseorang menimba ilmu kepada guru yang memiliki sanad keilmuan yang tersambung kepada ulama-ulama hingga sahabat dan Nabi Muhammad, maka ilmu yang diperoleh tidak hanya sahih secara isi, tetapi juga mengandung keberkahan," katanya dalam kegiatan Pengajian Triwulan Muslimat NU Ranting Pringsewu Barat yang digelar di Masjid Darunnajah, Pringsewu Barat, Ahad (27/7/2025).

 

Ia mengingatkan, di tengah arus deras informasi dan kemudahan akses belajar agama di era digital, penting bagi umat Islam untuk tidak gegabah dalam mengambil ilmu. Tidak semua yang berbicara atas nama agama memiliki latar belakang keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan. 

 

"Ada kalanya seseorang berbicara lantang tentang agama, tetapi tidak pernah duduk mengaji secara bersanad kepada guru yang benar. Ini ibarat seseorang yang mengklaim punya rumah, namun masuknya bukan dari pintu yang sah," katanya.

 

Ilmu yang tidak melalui sanad sering kali kehilangan nilai adab, ruh, dan kehati-hatian. Ia bisa disampaikan, tetapi kosong dari keberkahan. Ia bisa mengundang decak kagum, namun tidak menghadirkan keteduhan. 

 

Sebaliknya, ilmu yang diperoleh dari para guru bersanad membawa jejak kedalaman, kelembutan, dan tanggung jawab, sebagaimana warisan Rasulullah yang diwariskan dari dada ke dada.

 

"Kita ingin ilmu yang katah (banyak), berkah, dan manfaah. Jadi monggo perhatikan siapa guru kita, dari mana ia mendapat ilmunya, dan kepada siapa ia berguru. Inilah sebabnya ulama-ulama terdahulu sangat menekankan pentingnya sanad," ungkapnya.

 

Ia pun mengutip muqaddimah kitab Shohih Muslim, yang menyebutkan “Sanad itu bagian dari agama. Kalau bukan karena Isnad, pasti siapaun bisa berkata apa yang dia kehendaki.” 

 

Sementara Bupati Pringsewu, H Riyanto Pamungkas, yang turut hadir dalam acara tersebut, menyampaikan harapannya agar kegiatan pengajian seperti ini dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt, baik saat berada dalam majelis pengajian maupun di luar itu. 

 

Ia menegaskan bahwa ketakwaan memiliki ciri-ciri yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, yakni kesiapan untuk berbagi dan peduli terhadap kebutuhan sosial, baik dalam kondisi sempit maupun lapang, serta kemampuan untuk menahan emosi dan memaafkan orang lain.

 

Sementara itu, dalam tausiyahnya, KH Muhammad Nur Aziz menjelaskan bahwa kunci utama kesuksesan seseorang bukan hanya terletak pada kerja keras dan doa, tetapi juga pada rasa syukur dan penerimaan terhadap ketetapan Allah. 

 

"Orang yang bersyukur akan senantiasa merasa cukup dan tidak mudah mengeluh. Dari sinilah jalan menuju kesuksesan terbuka lebih luas," ungkapnya.

 
Pengajian Triwulan Muslimat NU Ranting Pringsewu Barat yang digelar di Masjid Darunnajah, Pringsewu Barat, Ahad (27/7/2025). (Foto: Istimewa)