• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Senin, 29 April 2024

Warta

Berorganisasi di Pesantren, Dorong Jiwa Hormat dan Ketaatan Santri

Berorganisasi di Pesantren, Dorong Jiwa Hormat dan Ketaatan Santri
Folllow up Jam’iyyah Thariqah Ath-Thalibin Pondok Pesantren Al Hikmah Kedaton Bandar Lampung di Aula Utama Al Hikmah, Ahad (26/11/2023). (Foto: Istimewa).
Folllow up Jam’iyyah Thariqah Ath-Thalibin Pondok Pesantren Al Hikmah Kedaton Bandar Lampung di Aula Utama Al Hikmah, Ahad (26/11/2023). (Foto: Istimewa).

Bandar Lampung, NU Online Lampung

Taat terhadap perintah untuk mengerjakan sesuatu merupakan kewajiban. Selain taat, seorang santri juga harus memiliki jiwa hormat, yaitu mengerjakan suatu kebaikan tanpa diperintah.

 

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Ketua Al Hikmah Studi, Ustadz Feri Sandriya pada follow up Jam’iyyah Thariqah Ath-Thalibin Pondok Pesantren Al Hikmah Kedaton Bandar Lampung di Aula Utama Al Hikmah, Ahad (26/11/2023).

 

Jam’iyyah Thariqah Ath-Thalibin sendiri merupakan organisasi santri yang jika di sekolah umum setara dengan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).

 

“Mengerjakan sesuatu karena diperintah merupakan bentuk ketaatan kita kepada pemimpin. Akan tetapi mengerjakan sesuatu tanpa diperintah merupakan bentuk hormat kita kepada pemimpin, organisasi, dan pesantren,” ujarnya.

 

Menurutnya ketika para santri memiliki jiwa hormat berarti kepekaan sosialnya sangat tinggi. Andaikan kelak menjadi pemimpin maka ia akan menjalankan amanahnya dengan baik, bahkan akan ringan tangan melakukan kebaikan tanpa ada bayaranya.

 

“Karena hormat merupakan bentuk kecintaan seorang santri, sehingga tanpa disuruh ia akan memungut sampah yang berserakan, menata sendal yang acak-acakan, dan sebagainya,” ungkapnya.

 

Ia melanjutkan, sesuatu yang sedikit tapi istiqamah itu lebih baik, daripada yang banyak tapi tidak istiqamah. Karena dengan istiqamah sebuah kebaikan akan melekat di dalam dirinya.

 

“Dengan istiqamah, progam yang kecil akan berjalan dengan baik. Selian itu juga harus disertai dengan ikhlas dan tulus,” tuturnya.

 

Di organisasi (jam’iyyah), lanjutnya, seorang santri diposisikan di manapun dan bentuk apapun sangat penting. Karena organisasi itu saling melengkapi, saling berfungsi satu sama lain.

 

“Seperti uang satu juta yang ada di dalam dompet, meski berbeda lembaran, ada yang seratusan, ada yang lima puluh ribuan, dan lainnya. Semua itu menjadi pelengkap dari nominal satu juga, karena jika hilang seribu saja, tidak bisa dikatakan menjadi satu juta,” paparnya.

 

Berorganisasi mesti banyak rintangannya, tetapi dengan adanya koordinasi, konsolidasi, evaluasi, dan komunikasi akan ada jalan keluarnya. Jam’iyyah ini juga seperti kawah candradimuka, tempat penggemblengan para santri, untuk berproses menemukan jati diri.

 

Jam’iyyah juga membekali dengan banyak pengalaman, yang nantinya akan dirasakan keberkahan dan kemanfaatan yang banyak sekali tanpa disadari.

 

“Dengan Jam’iyyah, berarti kalian memiliki sedikit batu loncatan untuk masa depan anda, karena tanpa disadari jiwa anda akan tertempa dengan berbagai aktivitas di organisasi,” tuturnya.

 

Mungkin ketika masih menjadi santri, banyak yang hanya memandang dengan biasa, bahkan hina. Tetapi tidak tahu ke depannya, karena santri juga merupakan pelajar yang terus menimba ilmu dan menempa jiwa.

 

“Ketika menjadi santri, mungkin biasa-biasa saja, tidur di manapun tempatnya, makan seadanya. Tetapi ketika sudah selesai dengan pendidikannya maka akan banyak yang mencari dan memperhitungkan, itu pasti, karena santri pulang akan membawa ilmu yang didapat selama mengaji,” ujarnya.

 

Ia mengatakan yang lebih penting dari berorganisasi adalah menjadi pelayan dengan sungguh-sungguh. Karena orang yang berorganisasi berarti siap berisiko dengan segala yang ada.

 

Juga siap menjadi suri teladan bagi yang lainnya. Yang muda mencontoh yang lebih tua, dan juga akan dicontoh kepada yang lebih muda.

 

“Jam’iyyah itu menjadi uswah bagi yang lainnya, bukan hanya sekadar menjalankan sebuah progam, tetapi harus mencontohkan uswah yang baik. Seperti rajin mengaji, shalat berjamaah dan semua kebaikan yang ada,” katanya.

 

Dengan sikap taat dan hormat itulah, seorang santri akan benar-benar matang dalam memimpin dirinya dan kelompoknya. Karena dengan keduanya merupakan kunci menjadi anggota yang baik dan juga akan menjadi pemimpin yang baik juga.

(Yudi Prayoga)


Warta Terbaru